Optika.id - Ratusan perusahaan di Karawang, Jawa Barat ramai-ramai hengkang dan melakukan relokasi ke wilayah lain dalam jangka waktu beberapa hari terakhir. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, fenomena tersebut disebabkan perusahaan kesulitan membayar upah karyawannya.
"Karawang itu kan upah minimum salah satu tertinggi di Indonesia, sehingga menjadi wajar ketika perusahaan padat karya mereka ngga bisa bertahan di situ. Mereka cari upah minimum yang lebih kompetitif," katanya ketika dimintai keterangan Optika.id, Kamis (23/6/2022).
Baca juga: Ricuh, Demo Buruh Soal UMP DKI Jakarta 2024 Dibubarkan Polisi
Rata-rata perusahaan yang angkat kaki dari Karawang ini bukan perusahaan yang tergolong padat modal, melainkan perusahaan padat karya dengan pendanaan yang terbatas. Di satu sisi, kesulitan lainnya ialah dari karakteristik industri padat karya yang harus menanggung beban upah cukup besar.
"Garmen, terkait industri makanan yang margin kecil, semua perusahaan yang tidak padat modal ngga tahan, sulit, otomatis karena udah tinggi (upah) jadi cenderungnya sulit bertahan di situ terus," sebut Hariyadi.
Alhasil, dampak terbesar dari daerah yang ditinggalkan oleh pabrikan tersebut adalah angka pengangguran yang bertambah banyak. Menurut Hariyadi, efek samping ini bukan hanya menjadi masalah daerah saja, akan tetapi berimbas pada tingkat nasional dan membawa masalah baru.
Baca juga: UMP DKI Jakarta 2024 Naik Rp165 Ribu Jadi Rp5.067.381
"Pengangguran pasti ada pengaruh, karena dengan lapangan kerja terbatas, kebanyakan kan padat modal, dia minta persyaratan lebih tinggi, kemampuan skill, jenjang pendidikan, pengalaman. Otomatis pencari kerja susah bersaing, otomatis akan berpengaruh ke penyerapan yang pasti nggak maksimal," ujarnya.
Reporter: Uswatun Hasanah
Baca juga: DPRA Enggan Tampung Keluhan Buruh, FSPMI Aceh Ajak Warga Pilih Wakil Rakyat yang Benar
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi