Rakyat Tidak Ingin Polri Memiliki Sejarah Kelam

Reporter : Seno
Screenshot_20220824-092905_Docs

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Pemberitaan tentang kasus pembunuhan Brigadir Joshua yang diotaki atasannya sendiri yaitu Irjen. Pol Sambo terus bergulir dimasyarakat dan pemberitaan maupun pendapat publik mulai melebar tidak hanya pada soal pembunuhan itu atau apa motif nya pihak pembunuh dsb namun sudah masuk ke soal apakah ada mafia di tubuh polisi, apakah ada kerajaan di polri, apakah beberapa oknum pejabat polri itu terlibat masalah narkotika, perjudian dan tindakan melawan hukum lainnya.

Baca juga: Mengapa Bharada E Tidak Jadi Ditahan di Lapas Salemba?

Maklum, pendapat publik itu melebar karena memang ada berita bahwa Irjen Sambo ini terlibat pada kejahatan judi yang bernilai ratusan milyar bahkan mencapai angka trilliun dan melibatkan banyak oknum Polri yang berpangkat tinggi. Publik disuguhi juga gambar-gambar kekayaan Irjen Sambo, beberapa rumah mewah, beberapa mobil mewah dan mempunyai delapan ajudan ditambah sopir dan asisten rumah tangga. Berita terakhir menjelaskan soal penemuan uang tunai sejumlah hampir Rp 1 trillun di bunker salah satu rumah milik pak Sambo.

Pihak Polri memang selalu menjelaskan pada publik bahwa Polri secara sungguh-sungguh membongkar kasus pembunuhan Bragadir Joshua dan tidak berkomentar atau membantah anggapan publik yang sudah meluas soal mafia dan kerajaan di tubuh Polri. Sampai saat ini publik masih lebih percaya pada penjelasan putra Madura yang menjadi Menko Polhukan bapak Mahfud MD, karena beliau selalu memberikan Hint atas kasus Irjen Sambo ini secara jelas sebelum pihak Polri merilis sikap resminya atas pernyataan pak Mahfud.

Hint dalam bahasa Inggris bermakna Petunjuk, misalkan kalau kita kesulitan menjawab suatu pertanyaan ujian di Kampus, maka seorang dosen memberikan hint berupa penjelasan tentang latar belakang soal tersebut yang pernah dia berikan di kuliah ke tiga; dengan demikian muncul ingatan mahasiswa tentang makna soal itu.

Kepala Polri Jendral Listyo Sigit Prabowo menanggapi keprihatinan masyarakat dengan tegas dengan mengeluarkan isntruksi pada jajarannya bahwa siapapun yang tidak serius dan terlibat kejahatan perjudian maka akan dilibas, siapapun itu baik di tingkat Polres, Polda bahkan di Mabes sendiri.

Kisah polisi terlibat pada kejahatan narkotik dan perjudian terjadi di banyak negara atara lain Italia, Meksiko, Amerika Serikat dan lain-lainnya. Khusus yang terjadi di Amerika Serikat kita ingat kisah tentang gembong Mafia yang terkenal di dunia yaitu Al Capone. Seperti diketahui Al Capone ini memerintah sebuah kerajaan kejahatan perjudian, prostitusi, penyuapan, perdagangan narkotika, perampokan, produksi dan peredaran minuman keras dan pembunuhan.

Dan sepertinya penegak hukum tidak bisa menyentuhnya. Capone kebal hukum karena membeli kekebalan hukum itu dengan memberikan suap kepada polisi dan politisi. Dia praktis membayar setiap agen penegak hukum dan politisi di distrik tempat dia menjalankan bisnis ilegalnya.

Baca juga: Dijatuhi Vonis Ringan 18 Bulan Penjara, Ini yang Meringankan Richard Eliezer

Lahir dari keluarga imigran di Brooklyn, New York pada Januari 1899, Al Capone berhenti sekolah setelah kelas enam dan terkait dengan geng jalanan terkenal, diterima sebagai anggota. Johnny Torrio adalah pemimpin geng jalanan dan di antara anggota lainnya adalah Lucky Luciano, yang kemudian akan mencapai ketenarannya sendiri.

Sekitar tahun 1920, atas undangan Torrio, Capone bergabung dengan Torrio di Chicago di mana ia telah menjadi tangan kanan berpengaruh di gerombolan Colosimo. Raket yang dihasilkan oleh pemberlakuan Amandemen Larangan, pembuatan bir ilegal, penyulingan dan distribusi bir dan minuman keras, dipandang sebagai "industri pertumbuhan." Torrio, yang disekongkolkan oleh Al Capone, berniat memanfaatkan peluang sepenuhnya.

Torrio segera berhasil memimpin penuh geng dengan kematian Big Jim Colosimo dengan kekerasan, dan Capone memperoleh pengalaman dan keahlian sebagai lengan kanannya yang kuat. Pada tahun 1925, Capone menjadi bos ketika Torrio, terluka parah dalam upaya pembunuhan, menyerahkan kendali dan pensiun ke Brooklyn.

Capone telah membangun reputasi yang menakutkan dalam persaingan geng yang kejam pada periode itu, berjuang untuk memperoleh dan mempertahankan "hak pemerasan" ke beberapa daerah di Chicago. Reputasi itu tumbuh ketika geng-geng saingan dihilangkan atau dibatalkan, dan pinggiran kota Cicero menjadi, pada dasarnya, wilayah kekuasaan massa Capone.

Baca juga: PN Jaksel Jatuhkan Vonis 15 Tahun Penjara, Kuat Ma’ruf: Banding Lah!

Al Capone beberapa kali ditangkap, dipenjara dan dibebaskan misalnya pada 16 November 1939, Al Capone dibebaskan setelah menjalani tujuh tahun, enam bulan dan lima belas hari, dan telah membayar semua denda dan pajak kembali. Menderita penyakit sifilis dan kondisinya sangat memburuk selama kurungannya. Segera setelah dibebaskan, dia memasuki rumah sakit Baltimore untuk perawatan otak dan kemudian melanjutkan ke rumahnya di Florida, sebuah perkebunan di Palm Island di Biscayne Bay dekat Miami, yang telah dia beli pada tahun 1928. Capone tinggal di Palm Island bersama istri dan keluarga dekatnya, dalam suasana terpencil, sampai kematiannya karena stroke dan pneumonia pada 25 Januari 1947.

Kasus kejahatan Al Capone dan hubungannya dengan pihak kepolisian yang korup menjadikan sejarah kelam kepolisian di Amerika Serikat. Tentu kita di Indonesia tidak ingin pihak Polri memiliki sejarah kelam seperti itu, karena rakyat masih yakin bahwa diantara lebih 400.000 anggota Polri di Nusantara ini masih banyak anggota Polri yang bersih mengemban amanat negara sebagai pengayom rakyat, masih banyak anggota Polri yang religius dan sadar bahwa gaji dan kesejahteraan mereka berasal dari keringat rakyat Indonesia yang masih mencintai lembaga Polri.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru