Mewaspadai “Imported Inflation”

Reporter : Seno
Screenshot_20220827-101237_Docs

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Hampir seluruh negara di dunia ini (termasuk Indonesia) dalam membuat kebijakan perekonomian negara saat ini memasukkan variabel dampak perang yang sedang berlangsung antara Rusia melawan Ukraina.

Baca juga: Keturunan India Menjadi Presiden Singapura

Maklum perang itu mengakibatkan penderitaan baik pihak-pihak yang berseteru juga seluruh negara di dunia ini. Hal ini disebabkan antara lain kebijakan Amerika Serikat dan Eropa (NATO) yang memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia atas tindakannya menyerang Ukraina dengan memberikan larangan untuk tidak membeli produk-produk Rusia. Padahal Rusia dan Ukraina adalah salah saatu penghasil produk terbesar didunia yaitu produk pertanian, pupuk dan gas.

Negara-negara barat (AS dan Eropa) demi ambisinya untuk mencegah dominasi Rusia di kancah internasional dan memperpanjang perang di Ukraina dengan selalu mengirim senjata=senjata canggih, berani mengorbankan dirinya mengalami keterpurukan ekonomi terutama karena kengototannya tidak membeli produk Rusia terutama gas.

Seluruh pemimpin Eropa menasihati rakyatnya untuk siap-siap menderita pada musim dingin yang akan datang akibat tidak adanya pasokan gas. Presiden Perancis Macron dalam wawancara TV menjelaskan bahwa sekarang ini rakyat harus siap menghadapi kondisi the end of abundance atau berakhirnya ketercukupan hidup yang sebelumnya dirasakan rakyat negara-negara Eropa. Nasihat mereka itu umumnya di olok-olok rakyatnya karena para pemimpin itu dengan segala kekuasaan dan kekayaannya tentu tidak menderita; yang menderita itu rakyat kecil

TV Wion dari India melaporkan akibat keputusan untuk tetap memperpanjang konflik di Ukraina, Eropa mulai menghadapi resesi ekonomi yang parah dengan beberapa indikator antara lain jatuhnya nilai mata uang Euro. Pada tangal 12 Juli 2022 nilai 1 Euro = 1 US dolar, pada tanggal 23 Agustus 2022 1 Euro = 0,99 US dolar. Tingkat inflasi di beberapa negara Eropa sudah mencapai angka 2 digit, misalkan Estonia 23,2%; Latvia 21,3%; Lithuania 20,9n Citi Bank memprediksi tingkat inflasi di Inggris tahun depan 18%, inflasi di Amerika Serikat mencapai angka paling tinggi sejak 40 tahun lalu yaitu 8-9%. Selama ini negara-negara Eropa dan AS menikmati angka inflasi sekitar 2-3% yang membuat perekonomian mereka maju. Karena itu sebagai patokan angka inflasi mendekati/di atas angka 2 digit menunjukkan kondisi perekonomian yang sangat berbahaya.

Sementara Bank of England juga memperkirakan bahwa Eropa mengalami resesi dalam waktu yang cukup lama Terganggunya pasokan dari Rusia membuat kerugian besar di perekonomian negara-ngara Eropa, misalkan kerugian yang diderita Jerman bisa mencapai US$ 225 miliar selama 2 tahun.

Baca juga: Kecurangan Pemilu Tidak Hanya di TPS

Pada dasarnya kondisi menuurunnya perekonomian di Eropa ini dikarenakan karea krisis energi akibat terganggunya pasokan gas dari Rusia, tingkat inflasi yang tinggi dan pergolakan politik dalam negeri di beberapa negara Eropa. Khusus krisis energi, beberapa negara Eropa mulai mengambil keputusan untuk beralih ke batubara untuk menghindari ketergantungan dari Rusia. Keputusan penggunaan batubara ini ditentang para pecinta lingkungan hidup. Ditingkat grassroot banyak penduduk yang mulai mencari kayu bakar untuk di simpan untuk antisipasi menghadapi musim dingin nanti.

Tingkat inflasi yang tinggi di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat itu berdampak negative tidak hanya pada kedua wilayah itu namun juga pada hampir semua negara di dunia.

Dampak yang dimaksud antara lain Imported Inflation yang secara umum didefiniskan sebagai: Kenaikan harga produk yang di impor misalnya bahan bakar, bahan pangan, komponen impor meningkatkan biaya produksi dalam negeri, dan menyebabkan kenaikan harga barang yang diproduksi di dalam negeri. Inflasi impor dapat dipicu oleh kenaikan harga asing, atau oleh depresiasi nilai tukar suatu negara.

Baca juga: Polusi Udara DKI Sebagai Pembenar Perlunya IKN

Indonesia perlu waspada akan Imported Inflation ini mengingat perekonomian Indonesia sangat tergantung pada perdagangan internasional dan sangat rentan terhadap segala perubahan yang terjadi di negara mitra dagang luar negeri.

Hal ini sangat berdampak pada kenaikan harga-harga kebutuhan rakyat dalam negeri misalkan BBM, pangan, komponen industri, bahan baku produk-produk yang di ekspor, biaya transportasi, biaya kesehatan dsb. Dampak negative imported inflation ini sudah terjadi di banyak negara antara lain di benua Afrika.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru