[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - Setelah perang dunia II berakhir tahun 1945, dunia terbelah menjadi kekuatan besar yaitu blok barat yang di komandani Amerika Serikat dan blok timur yang dikomandani Uni Sovyet yang berhaluan komunis. Pengaruh kedua blok itu di dunia sangat kuat dimana blok barat berpengaruh di daratan Amerika Serikat, Eropa, Australia, Jepang dan beberapa negara di Timur Tengah dan Amerika Latin.
Baca juga: Keturunan India Menjadi Presiden Singapura
Sementara blok timur berpengaruh di negara-negara Eropa timur seperti Honggaria, Chekoslovakia, Polandia, Rumania, Kuba, Cina, beberapa negara di Afrika dan Timur Tengah. Blok Barat membuat aliansi militer NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Blok Timur membuat aliansi militer Pakta Warsawa.
Indonesia sendiri yang memiliki politik luar negeri bebas aktif, pada awal-awal kemerdekaan dekat dengan Amerika Serikat, namun di tahun-tahun 1960 an Indonesia dibawah kepemimpinan presiden Sukarno dekat dengan Uni Sovyet yang membantu Indonesia dibidang ekonomi dan militer terutama pada saat Indonesia merebut Irian Jaya dan Konfrontasi dengan Malaysia.
Pertarungan memperebutkan pengaruh di dunia, menyebabkan dunia terancam perang lagi secara global, dan periode ini disebut sebagai the Cold War atau Perang Dingin. Namun di tataran negara-negara secara individual sudah terjadi perang yang masing-masing pihak didukung oleh kedua blok itu. Kita bisa membaca sejarah perang tersebut seperti perang antara Korea Utara dan Korea Selatan, perang Vietnam, perang di Angola Afrika, krisis di Kuba dsb.
Perang Dingin itu sangat menakutkan dunia, karena masing-masing blok berlomba dalam persenjataan militer dan bahkan berlomba untuk memiliki senjata nuklir. Krisis Kuba misalnya membuat dunia ketakutan karena pihak Uni Sovyet mengirim rudal berhulu ledak nuklir di Kuba; kondisi ini membuat Amerika Serikat marah karena Kuba sangat dekat dengan Amerika Serikat. Presiden AS John F. Kennedy mengancam presiden Uni Sovyet Kruchov bahwa AS akan melawan dengan mengerahkan rudal-rudal nuklirnya.
Baca juga: Kecurangan Pemilu Tidak Hanya di TPS
Mikhail Sergeyevich Gorbachev (kadang-kadang dieja Gorbachov yang lahir tanggal 2 Maret 1931 30 Agustus 2022 muncul menjadi figur fenomenal karena menghentikan era Perang Dingin itu. Dia baru-baru ini meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 2022 karena sakit di usia 91 tahun. Gorbachov adalah seorang politikus dan pemimpin Soviet dari 1985 hingga 1991 selama akhir Perang Dingin dari 1989 hingga 1991 . Dia adalah Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet (1985-91), Ketua Soviet Tertinggi Uni Soviet (kepala negara) (1988-91) dan presiden pertama (dan terakhir) Uni Soviet (1990-dibubarkan 1991). Gorbachev dikenal karena menjalin persahabatan dengan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan. Keduanya membantu mengakhiri Perang Dingin.
Upaya Gorbachev dalam reformasi dan kemitraan dengan Ronald Reagan menyebabkan berakhirnya Perang Dingin. Niat utamanya adalah untuk meningkatkan ekonomi Uni Soviet. Untuk melakukan ini, ia menggerakkan dua reformasi besar: Perestroika: restrukturisasi ekonomi Glasnost: memberikan lebih banyak kebebasan kepada rakyat, dan memungkinkan mereka untuk mengekspresikan pendapat mereka dengan lebih bebas. Secara tidak langsung, ini mungkin telah membantu menyebabkan berakhirnya kekuatan Partai Komunis Uni Soviet (CPSU), dan pecahnya Uni Soviet menjadi negara-negara yang lebih kecil.
Setelah kudeta Agustus pada tahun 1991, Gorbachev mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Komunis dan memegang kepresidenan Soviet. Ketika republik-republik Uni mulai berpaling dari sistem Soviet, kekuatan Gorbachev berkurang secara dramatis. Pada akhir 1991 ia hampir tidak memiliki pengaruh di luar Moskow. Ketika Rusia, Ukraina, dan Belarus merdeka, Gorbachev pada dasarnya adalah seorang Presiden dari sebuah negara yang hanya ada di atas kertas. Ia mengundurkan diri pada 25 Desember 1991. Setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989. Gorbachev meninggal di sebuah rumah sakit di Moskow pada 30 Agustus 2022 setelah lama sakit, namun pada saat kematiannya dia menderita diabetes dan masalah ginjal.
Baca juga: Polusi Udara DKI Sebagai Pembenar Perlunya IKN
Kepemimpinan Gorbachev dengan ide nya Prestroika dan Glasnost menyebabkan munculnya perbedaan sikap rakyat Rusia. Ada yang menghargainya karena idenya itu menyebabkan Rusia mengenal sistim demokras; sementara yang lain menuduhnya sebagai penyebab runtuhnya harga diri Uni Sovyet. Bahkan presiden Rusia Vladimir Putin dan pidato nya pernah mengatakan bahwa jetuhnya kejayaan Uni Sovyet itu merupakan Kehancuran Geopolitik yang paling besar dalam abad ini yang menyebabkan beberapa republik nya memisahkan diri; dan karena itu kejatuhan Sovyet merupakan tragedi bagi bangsa Rusia. Pihak Amerika Serikat menganggap jatuhnya Uni Sovyet adalah kemenangan yang besar di dunia ini, dan sejak itu Amerika Serikat memproklamirkan dirinya sebagai satu-satu nya negara Super Power. Dalam perang Rusia Ukraina, pihak Amerika Serikat dan NATO menuduh keputusan Putin menyerbu Ukraina sebagai ambisinya membangun kembali kejayaan Uni Sovyet.
Berita-berita internasional terutama dari pihak barat memberitakan bahwa presiden Putin tidak menyelenggarakan upacara pemakaman kenegaraan untuk Gorbachev.
Editor : Pahlevi