Begini Akurasi Poligraf, Lie Detector Untuk Tangani Kasus Ferdy Sambo

Reporter : Seno
Screenshot_20220911-153728_Docs

Optika.id - Sebelumnya Tim khusus Polri telah melakukan pemeriksaan menggunakan poligraf terhadap para tersangka pembunuhan Brigadir J, yaitu Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal, Kuat Maruf, Putri Candrawathi, dan terakhir pemeriksaan oleh Ferdy Sambo.

Pemeriksaan Ferdy Sambo digelar selama 6 jam, mulai pukul 13.00 WIB hingga 19.00 WIB di Laboratorium Forensik (Labfor) Bareskrim Sentul, Bogor, Jawa Barat. Dalam kasus ini, kesaksian dan kejujuran dari kelima tersangka diuji menggunakan lie detector atau poligraf.

Baca juga: Mengapa Bharada E Tidak Jadi Ditahan di Lapas Salemba?

Mengutip Tempo.co dari American Psychological Association, Minggu (11/9/2022), poligraf bekerja mendeteksi reaksi perubahan seseorang saat diajukan berbagai pertanyaan. Biasanya menggunakan instrumen perekam fisiologis yang menilai tiga indikator gairah otonom, yaitu detak jantung atau tekanan darah, pernapasan, dan konduktivitas kulit.

Puslabfor Bareskrim Polri memiliki poligraf yang sudah diakui oleh asosiasi poligraf Amerika Serikat dengan akurasi hingga 93n telah mengantongi standar ISO/IEC 17025. Alat yang digunakan ini diproduksi tahun 2019 di Kanada.

[caption id="attachment_39996" align="aligncenter" width="965"] Ilustrasi Poligraf Dalam Tes Kebohongan (Foto: Freepik.com/Standret)[/caption]

1. Fungsi Poligraf

Secara umum poligraf dapat berfungsi untuk: mendapatkan kejujuran secara profesional, mendeteksi kebohongan, membuktikan ketidakbersalahan, membersihkan nama baik, investigasi kasus kejahatan, pre-employment screening.

Pemeriksaan menggunakan poligraf dirancang untuk mencari respons tak sadar yang signifikan yang terjadi dalam tubuh seseorang ketika orang tersebut mengalami stres, seperti stres karena berbohong.

2. Metode UTAH ZCT

Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri menggunakan teknik pertanyaan sesuai penelitian Universitas Utah Amerika yang dikenal dengan metode UTAH ZCT atau metode pembanding. Metode tersebut memiliki tingkat akurasi harus di atas 92%.

Hasil dari pemeriksaan tersebut nantinya akan menjadi alat pembanding dari bukti-bukti yang sudah ada. Teknis seperti ini umum dilakukan di kepolisian.

3. Tahapan Pemeriksaan Poligraf

Seseorang yang akan melakukan tes kebohongan akan dipersilahkan duduk di kuri pemeriksaan poligraf. Beberapa tabung dan kabel akan terhubung ke tubuh pemeriksa di lokasi tertentu untuk memantau aktivitas fisiologis.

Baca juga: Dijatuhi Vonis Ringan 18 Bulan Penjara, Ini yang Meringankan Richard Eliezer

Sebelum melakukan pemeriksaan harus dilakukan interview atau pre-test dan pemasangan sensor, memastikan kesiapan terperiksa, mengetahui latar belakang terperiksa, menjelaskan cara kerja alat, menyiapkan pertanyaan, dan pemasangan alat poligraf.

Untuk single issue, hasil pemeriksaan poligraf merupakan grafik yang nanti akan dituangkan dalam form hand scoring untuk dilakukan analisa oleh ahli yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Biasanya penguji akan mengajukan 3 atau 4 pertanyaan sederhana untuk menetapkan standar norma bagi sinyal orang yang akan diuji. Sinyal orang tersebut akan direkam pada grafik. Secara umum, perubahan sinyal yang signifikan akan menunjukkan bahwa orang tersebut berbohong.

Pemeriksa poligraf juga harus bersertifikasi dan telah mengikuti pelatihan untuk memenuhi standard operating procedure Amerika.

4. Cara Kerja Poligraf

Alat ini terdiri dari beberapa bagian seperti sensor yang dipasangkan ke lingkar dada dan sensor ke jari. Sensor ini disambungkan ke sebuah kotak hitam menggunakan kabel, lalu diteruskan ke laptop atau komputer sebagai outputnya.

Saat mendeteksi kebohongan, sensor lie detector akan membaca reaksi tubuh seperti kondisi tekanan darah atau detak jantung, perubahan pernapasan, dan keringat di jari tangan. Reaksi psikologis yang terjadi ketika seseorang mengucapkan sesuatu, tanpa sadar akan mempengaruhi kerja organ tubuh.

Baca juga: PN Jaksel Jatuhkan Vonis 15 Tahun Penjara, Kuat Ma’ruf: Banding Lah!

Awalnya poligraf digunakan berdasarkan teori bahwa kebanyakan orang jujur tidak akan mengalami perasaan cemas dan gugup. Teori ini berasal dari gagasan bahwa kebanyakan orang akan merasa tidak enak berbohong karena takut ketahuan, akhirnya hal itu akan menghasilkan kecemasan.

Meski telah digunakan sejak lama, keakuratan lie detector masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Dr. Saxe dan psikolog Israel Gershon Ben-Shahar mencatat bahwa pada kenyataannya, mungkin mustahil untuk melakukan studi validitas yang tepat.

Beberapa ahli menyebut lie detector lebih mirip pendeteksi rasa takut. Faktor ini juga yang membuat pelatih penguji poligraf Don Grubin menyebut lie detector bisa dimanipulasi hasilnya. Perlu penelitian lebih lanjut tentang keampuhan poligraf dalam lie detector yang lebih efektif dan akurat.

Penulis: Leni Setya Wati

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru