Akan Ada Perang Saudara Lagi di Amerika Serikat?

Reporter : Seno
Screenshot_20220920-200339_Docs

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Amerika Serikat sebelum menjadi negara Adi Daya atau Super Power didunia ini pernah mengalami perang saudara atau Civil War yang brutal dan banyak mengambil korban jiwa.

Baca juga: Keturunan India Menjadi Presiden Singapura

Perang Saudara Amerika itu terjadi antara Amerika Serikat dan Negara Konfederasi Amerika, kumpulan sebelas negara bagian selatan yang meninggalkan Union pada tahun 1860 dan 1861. Konflik dimulai terutama sebagai akibat dari ketidaksepakatan plama atas institusi perbudakan.

Hasil dari perang saudara itu adalah Pembubaran Negara-negara Konfederasi, integritas teritorial AS dipertahankan, Perbudakan dihapuskan, Awal era Rekonstruksi, Bagian dan ratifikasi amandemen ke-13, ke-14 dan ke-15 konstitusi Amerika Serikat.

Sejarawan Amerika Serikat Dr. J. David Hacker setelah melakukan penelitian yang dalam tentng sejarah perang saudara AS itu menyimpulkan bahwa jumlah korban yang mati dari perang saudara yang berlangsung dari tahun 1861 1865 itu sekitar 650.000 sampai 850.000 orang. Perang ini memang brutal karena ketika belum ada pesawat terbang, tank, amphibi, roket dsb maka ribuan tentara dari kedua pihak itu berhadap-hadapan dengan senjata laras panjang yang belum otomatik , pedang dan meriam berkelahi mati-matian.

Baca juga: Kecurangan Pemilu Tidak Hanya di TPS

Perang itu menjadi sejarah kelam bangsa Amerika Serikat dan tentu diaharapkan tindak terulang lagi. Namun dalam dunia modern ini dikala Amerika Serikat menguasai dunia dengan kekuatan teknologi, ekonomi dan militer yang super canggih, muncul kepercayaan hampir 50% orang Amerika Serikat percaya bahwa akan terjadi perang saudara di AS. Hal ini diakibatkan pada waktu pemerintahan presiden Donald Trump dan setelahnya, rakyat Amerika Serikat terbelah menjadi dua bagia yang saling bermusuhan, antara rakyat yang mendukung Donald Trump dari Partai Republik dan yang menudukung presiden AS sekarang Joe Biden dari Partai Demokrat. Terbelahnya persatuan Amerika Serikat itu setelah presiden Trump dan pendukungnya bahwa kekalahan dia dalam pemilihan presiden lalu itu akibat dari curangnya partai Demokrat. Pendukung Trump akhir-akhir ini makin tidak percaya pemerintahan Joe Biden (Demokrat) setelah pengunduran pasukan Amerika Serikat di Afghanistas secara memalukan, peran dominasi Amerika Serikat mulai menurun akibat perang proxy dengan Rusia pada perang di Ukraina serta kondisi inlasi yang tinggi yatu sekitar 8,2 % - tingkat tertinggi sejak 40 tahun lalu dan kebijakan imigrasi yang memberikan peluang imigran dari Amerika Latin masuk ke AS dengan mudah.

Hasil survey yang ditayangkan the Economist pada Agustus 20-23, 2022 lebih dari 40% percaya perang saudara dalam 10 tahun mendatang . Data lainnya menujukkan bahwa 66% rakyat Amerika Serikat percaya bahwa rakyat terbelah secara politik.

Survey tersebut memang berdasarkan kenyataan yang ada saat ini bahwa secara politik rakyat Amerika Serikat terbelah antara Kita Vs Mereka, antara Konservative Vs Liberal. Kondisi terbelahnya masyarakat AS secara politik makin memanas menjelang Midterm Election atau Pemilihan umum paruh waktu yaitu pemilihan umum di Amerika Serikat untuk memilih anggota-anggota Kongres, parlemen negara bagian, dan beberapa gubernur, tetapi bukan untuk memilih Presiden nanti pada bulan November 2022.

Baca juga: Polusi Udara DKI Sebagai Pembenar Perlunya IKN

Kondisi politik di Amerika Serikat itu bisa menjadi referensi pelajaran bagi kita bangsa Indonesia bahwa menjelang Pemilihan Presiden 2024 nanti, bangsa Indonesia harus menghindari adanya disintrigrasi masyarakat karena itu berbahaya bagi persatuan bangsa.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru