Anak-Anak Perlu Diajarkan Mental Rivalitas Sejak Dini

Reporter : Uswatun Hasanah
children-gc410a5d76_1920

Optika.id - Mengajarkan mental rivalitas yang sehat kepada anak-anak perlu dilakukan sejak dini. Dengan demikian anak benar-benar memiliki pemahaman yang utuh terdapat rivalitas itu sendiri.

Menurut Psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), Vera Itabiliana Hadiwidjojo, untuk memahami konsep rivalitas secara sehat dalam berbagai pertandingan atau kompetisi, maka orang tua berperan sebagai pengajar pertama di keluarga sekaligus pemberi contoh pada anak-anaknya terlebih dahulu mengenai konsep rivalitas yang sehat.

Baca juga: Upaya Pemerintah Atasi Trauma Anak di Daerah Konflik

Untuk mengajarkan rivalitas sehat di lingkup keluarga merupakan hal sederhana. Misalnya, dimulai dari tindakan dan perilaku dari orang tua sendiri yang tidak membanding-bandingkan anak antara adik dan kakak, maupun dengan teman-teman si anak.

Setelah sang anak berhasil memahami rivalitas dengan konsep tersebut, maka pada usia 9 tahun ke atas orang tua bisa mulai mengenalkan konsep rivalitas dalam artian luas seperti kompetisi atau pertandingan. Berikan pemahaman yang mudah dicerna bahwa kekalahan atau kemenangan dalam sebuah kompetisi adalah hal yang wajar serta diterima dengan lapang dada.

"Menekankan dalam pertandingan yang terpenting bukan hanya kemenangan tapi bagaimana menunjukkan performa terbaik hasil dari latihan selama ini. (Orang tua juga) dapat mengajarkan anak tentang sportivitas, tentang bagaimana menghargai kemenangan lawan dan menerima kekalahan dengan lapang dada," kata Vera kepada Optika.id, Selasa (4/10/2022).

Di sisi lain, orang tua juga perlu mengajarkan kepada anak mengenai gambaran emosi dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain ketika mengalami kejadian atau hal yang berada di luar ekspektasi dan jangkauannya.

Baca juga: Orang Tua Diminta Waspadai Anak Candu Judi karena Bermain Game Online

"Ajarkan dan biasakan sejak dari rumah atau lingkungan keluarga bagaimana mengekspresikan emosi yang tidak menyakiti diri sendiri, tidak menyakiti orang lain dan tidak merusak barang," ujar Vera.

Apabila orang tua mendampingi, adanya baiknya orang tua bisa membantu anak menenangkan dirinya ketika mengalami emosi menggebu-gebu setelah mengalami kekalahan.

Karena sangat wajar apabila dalam sebuah pertandingan seseorang bisa terbawa emosi mengingat adanya adrenalin tinggi yang bisa memicu hal tersebut. Sehingga, tutur Vera, perlu ada orang-orang yang bersiap untuk antisipasi hal ini.

Baca juga: Kurangnya Kasih Sayang Orang Tua Picu Anak Lakukan Kekerasan Hingga Kriminalitas

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru