[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - Perasaan saya sedih bercampur miris ketika membaca release dari Kementrian Kesehatan RI dimana Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan bahwa jumlah anak yang meninggal dunia akibat gagal ginjal akut (Acute Kidney Injury) meningkat menjadi 133 dari yang sebelumnya dilaporkan sejumlah 99. Jumlah kematian itu dari total 241 kasus gagal ginjal akut pada anak di 22 provinsi di nusantara ini.
Baca juga: Keturunan India Menjadi Presiden Singapura
Hati saya sedih karena membayangkan anak-anak, cucu-cucu kita yang masih imut meregang nyawa karena mati sehabis minum syrup yang mematikan itu. Kita sebagai bangsa wajib prihatin atas kejadian berturut-turut menimpa negeri ini setelah sejumlah 134 anak-anak remaja yang berpotensi untuk masa depan bangsa juga wafat dengan cara mengenaskan di stadion Kanjuruhan Malang. Jumlah kematian dari dua insiden ini hampir sama.
Kematian anak-anak akibat gagal ginjal akut itu telah menjadi berita penting di media nasional maupun internasional; maklum kejadian ini menyangkut nyawa mansuia tepatnya anak-anak.
Koran Singapura The Strait Times tanggal 22 Oktober 2022 menuliskan berita bahwa Indonesia akan membeli lebih banyak penangkal dari Singapura dan Australia untuk membantu mengurangi kematian anak akibat cedera ginjal akut yang terkait dengan sirup obat. Berita ini bersumber dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada hari Jumat tanggal 21 Oktober 2022.
Media internasional membahas kandungan syrup yang mematikan itu yakni Fomepizole yang digunakan untuk mengobati keracunan etilen glikol. Etilen glikol, bersama dengan dietilen glikol, ditambahkan ke polietilen glikol, penambah kelarutan dalam sirup untuk demam, batuk, dan flu. Metabolisme senyawa ini dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang signifikan. Etilen glikol dan dietilen glikol ditemukan dalam empat sirup obat batuk buatan India yang menyebabkan kematian hampir 70 anak di Gambia.
Baca juga: Kecurangan Pemilu Tidak Hanya di TPS
Sirup tersebut tidak dijual di Indonesia. Pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memerintahkan tiga produsen obat untuk menarik lima merek sirup demam, batuk, dan flu buatan lokal dari peredaran dan menghancurkan stoknya. Ini terjadi setelah ditemukan bahwa obat-obatan tersebut mengandung etilen glikol dalam jumlah yang melebihi batas aman.
Kalau dari dilihat dari perspektif agama kenapa Indonesia ini ditimpa kejadian yang menyedihkan berturut-turut itu, maka salah satu jawabannya adalah bahwa kita harus bertaubat dan mengaca diri atau instropeksi apakah karena kita sudah jauh dari tuntunan agama dan hanya sibuk fokus pada urusan-urusan lain misalnya soal pencalonan presiden pada pilihan tahun 2024 dimana para pemimpin bangsa ini sibuk berfoto ria, atau sibuk urusan membangun ibu kota baru (IKN) dengan berhutang atau memberikan kemudahan yang sangat fantastis pada investor antara lain tax holiday 30 selama tahun, Super tax Reduction 350n Hak Guna Bangunan selama 160 tahun.
Tapi kejadian kematian anak-anak itu bila dilihat dari perpektif hukum dan tanggung jawab maka ada pertanyaan apakah kejadian ini perlu tim investigasi yang harus menyeledikinya seperti pada kasus stadion Kanjuruhan. Di kasus kematian 134 pendukung Arema itu tim investigasi menyelidiki faktor penyebab kematian masal itu misalkan siapa yang memerintahkan penembakan gas air mata, siapa yang mengunci pintu stadiun yang mengakibatkan banyak pemuda kita mati terinjak-injak, kenapa usulan memajukan jadwal pertandingan oleh aparat kepolisian lokal ditolak dsb; maka dalam kasus kematian anak-anak akibat gagal ginjal akut ini juga perlu diselidiki kenapa sirup yang mengandung zat yang mematikan itu bisa beredar, kenapa perusahaan yang memproduksi tidak dimintai tanggung jawab dsb.
Baca juga: Polusi Udara DKI Sebagai Pembenar Perlunya IKN
Saat ini permintaan tanggung jawab itu muncul dari Badan Perlindungan Konsumen Nasional melalui Wakil Ketua nya M. Mufti Mubarok mengatakan: "Meskipun Kemenkes telah mengeluarkan imbauan untuk menyetop semua penggunaan dan peredaran obat sirup anak, namun kerugian masyarakat yang telah membeli dan mengonsumsi apalagi yang menjadi korban harus tetap mendapatkan pertanggungjawaban dari pihak terkait,"Mulai dari produksi hingga ketika obat tersebut diizinkan untuk dijual dan dikonsumsi masyarakat, baik yang termasuk obat bebas maupun yang harus melalui resep dokter."
Saya generasi yang sudah memiliki cucu hanya bisa berdoa semoga seluruh arwah anak-anak yang meninggal karena kasus gagal ginjal akut (dan semua arwah korban stadion Kanjuruhan) diterima disisi Allah SWT. Dan semoga para pemimpin negeri ini sadar atas terjadinya kejadian yang mengharukan ini. Aamiin.
Editor : Pahlevi