Optika.id - Badan Urusan Logistik (Bulog) hingga akhir Desember 2022 nanti memutuskan untuk melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton. Sebagian beras tersebut bahkan sudah masuk pada awal bulan ini.
Baca juga: Megawati: Jangan Andalkan Impor Beras, Kita Harus Bisa Berpikir!
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara (Jubir) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Mikhael Sinaga bereaksi tegas atas keputusan ini. Menurutnya, hal tersebut akan merugiakan petani dalam negeri.
"Masuknya impor beras ratusan ribu ton ini pasti merusak harga jual beras petani dalam negeri. Ini menyangkut hidup orang banyak jadi jangan main-main," kata Mikhael dalam keterangannya, Selasa (20/12/2022).
Polemik impor beras fantastis di tahun 2022 ini menurutnya menciderai usaha Presiden Jokowi yang baru-baru ini menerima penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI).
Adapun penghargaan ini diberikan IRRI karena menilai jika Indonesia berhasil dalam menerapkan swasembada pangan dari sistem pertanian yang tangguh.
"Coba pikirkan, sepanjang tahun 2019-2021, Indonesia tercatat tak mengimpor beras tapi kok sekarang malah ngimpor. Apa masih ada keterlibatan mafia ya? " ungkapnya.
Adapun masalah lainnya yang menjadi perhatian Mikhael yakni adanya perbedaan data yang dimiliki oleh Bulog, Kementerian Pertanian, dan Badan Pangan Nasional. Yang mana, menurut BPS dan Kementerian Pertanian mengklaim jika stok beras aman hingga akhir tahun.
"Namun nyatanya data di Bapanas dan Bulog terdapat perbedaan yang signifikan dengan data yang di kementrian pertanian," jelasnya.
Baca juga: Pengamat Pertanian: Kenaikan Harga Beras Adalah Hal yang Anomali
Mikhael pun meminta agar data-data terkait stok beras ini segera disamakan antara ketiga lembaga negara tersebut sehingga tak lagi menuali polemik yang berkaitan dengan impor beras. Dia mengingatkan agar jangan sampai pada akhirnya data yang berbeda-beda ini justru merugikan para petani lokal.
Diketahui, pada Selasa (15/12/2022) saat rapat dengan Komisi IV DPR RI, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyebutkan pada akhir tahun 2022 stok beras nasional aman sebanyak 8,906 juta ton.
Suwandi menyebut, hal itu berdasarkan data perhitungan neraca beras tersebut mengacu pada survei BPS yakni survei KSA terkait taksiran produksi dan survei cadangan beras nasional.
"Survei BPS, di bulan April ada cadangan beras nasional 10 juta ton. Tersebar ada di penggilingan, di masyarakat. Saat itu di Bulog 0,9 juta ton," kata Suwandi.
Baca juga: Panen Raya Sudah Dimulai, Bapanas Klaim Harga Beras Bakal Segera Turun
Akan tetapi, data yang dimiliki oleh Bapenas dan Bulog malah menyatakan kebalikannya. Menurut Kepala Bapenas, Arief Prasetyo Adi mengklaim jika impor beras dilakukan untuk mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog. Pasalnya, pada 16 November 2022 lalu, saat awal wacana impor beras tersebut dicetuskan stok beras di Bulog hanya 651 ribu ton per November bulan lalu.
Di saat bersamaan, ujarnya, beras terpantau sudah memicu inflasi, di mana kontribusi pada September dan Oktober 2022 berturut-turut 4n 3%.
"Melihat stok Bulog (cadangan beras pemerintah/medium) per 13 November 2022 sebesar 651 ribu ton, tentunya sangat rendah dibandingkan kebutuhan bulanan sebesar 2,5 juta ton. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Untuk itu, perlu top up stok beras Bulog sampai 1,2 juta ton di akhir tahun 2022," kata Arief saat rapat dengan Komisi IV DPR, dikutip Kamis (15/12/2022) yang lalu.
Saat itu, Arief mengatakan, jika penambahan stok Bulog dari pengadaan dalam negeri tidak mencukupi dan pengadaan dari luar negeri jadi pilihan.
Editor : Pahlevi