Apa Itu Konsep Smart City yang Digadang-gadang Sebagai Kota Cerdas dan Berkualitas?

Reporter : Uswatun Hasanah

Optika.id - Belakangan ini, konsep kota pintar atau smart city ramai digaungkan oleh banyak pemangku kebijakan. Pasalnya, konsep ini digadang-gadang bisa menjadi sebuah solusi cerdas untuk mengelola kehidupan masyarakat yang semakin berkualitas dan berkelanjutan.

Lantas, apa dan bagaimana konsep smart city itu?

Baca juga: Simbiosis Parasitisme Kerjasama Universitas dengan Pinjol

Menurut Guru Besar Bidang Teknologi Informasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Suhono Harso Supangkat, makna kata cerdas dalam konsep smart city adalah kemampuan untuk mengelola sumber daya untuk menyelesaikan masalah-masalah perkotaan tersebut.

"Yang pada intinya adalah bagaimana kita bisa mengelola sumber daya yang kita punya sedemikian rupa sehingga quality of life (kualitas hidup)-nya meningkat. Jadi ujungnya adalah quality of life meningkat. Sustainability (keberlangsungan), resiliency (ketahanan), dan yang ketiga adalah smart (cerdas)," ujar Suhono dikutip dari laman web ITB, Sabtu (18/11/2023).

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa akan ada sejumlah permasalahan yang selalu dihadapi seperti sampah, iklim dan transportasi. Akan tetapi, imbuhnya, hal-hal tersebut bisa dihadapi dengan pengelolaan yang menggabungkan konsep keberlangsungan, ketahanan, dan kecerdasan itu sendiri.

Pasalnya, ketiga konsep tersebut sudah digabungkan apabila merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2022 tentang Perkotaan dalam Mendukung Implementasi Kota Cerdas.

Misalnya dalam isu transportasi, Suhono menceritakan bagaimana pengalamnnya ketika melancong ke Singapura. Dia menceritakan bahwa jumlah penduduk yang memakai transportasi publik bisa mencapai 7 juta padahal penduduknya hanya 6,3 juta. Angka tersebut didapat lantaran pemakaian transportasi yang begitu krusial terutama untuk pulang pergi.

"Nah di Jakarta ini, penduduknya 12-an juta, 10 juta, tapi angkutan umumnya baru 3 juta, 4 juta. Ini tantangan, untuk bidang transportasi," jelas dia.

Baca juga: Peneliti Gunakan AI Untuk Deteksi Kanker Pankreas, Akurasinya Lebih Tinggi!

Di sisi lain, tantangan selanjutnya adalah keterbatasan anggaran. Pasalnya, dia menilai jika kemitraan pemerintah dan swasta (public private partnership) bisa ditingkatkan sebagai solusi. Kemitraan semacam itu, sambungnya, tak hanya berlaku dalam bidang pembangunan infrastruktur fisik saja, melainkan dalam mengusung pembangunan kota cerdas juga.

Selanjutnya, hal yang menjadi tantangan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir masyarakat perihal pentingnya mendata dan melihat data sebagai sebuah modal yang penting dalam pembangunan. Suhono mengamati bahwa saat ini masih ada yang sering menyimpan data secara sembarangan.

"Bangsa kita punya banyak kekayaan, tapi tidak didata," katanya.

Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan cara sederhana agar menjadi cerdas dalam menghadapi berbagai masalah tersebut

Baca juga: Selamat Datang Era Digital, Ini 10 Istilah Seputar Dunia AI yang Wajib Kamu Tahu!

"Kuncinya cerdas itu apa? Simpel. Mengetahui lingkungan, memahami lingkungan, dan bertindak," ujarnya.

Adapun yang dimaksud adalah dengan cara memahami situasi yang ada di sekitar, lalu memahami dengan analisis maupun kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), data science dan melakukan tindakan yang sesuai.

Selain itu, dia juga mengatakan, infrastruktur publik digital, yang terdiri dari masyarakat, pemerintah, infrastruktur, dan pengelolaan data, perlu ditingkatkan guna mengatasi masalah-masalah tersebut.

 

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru