Jakarta (optika.id) - Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbarunya tentang Pemilu 2024. Dari survei itu, terungkap bahwa 18,4 persen pemilih mengaku mendapat imbalan atau serangan fajar dari salah satu paslon atau partai.
18,4 persen mengaku mendapat imbalan dan 80,3 persen tidak, kata Burhanuddin Muhtadi, founder dan peneliti utama Indikator, dalam rilis survei nasional bertema Evaluasi Publik Atas Pemilu 2024 dan Isu Terkini, Rabu (28/2/2024).
Baca juga: Analis Sebut Wajar PDIP Tak Bersama Anies, Bukan Elektoral Penentu Utama
Burhanuddin juga menyebutkan bahwa paslon nomor urut 2 dan 3 paling banyak menawarkan serangan fajar kepada pemilih. Kalau ditanya capres cawapres mana yang memberi, pemilih 03 dan 02 lebih banyak yang mengaku ditawari, kata dia. Rinciannya, 21,1 persen memilih Ganjar-Mahfud, 20,8 persen memilih Prabowo-Gibran, dan 16,9 persen memilih Anies-Muhaimin. Kalau dari partai atau tim calon dari partai mana, PKB 13,9 persen, PDIP 12,6 persen, Golkar 7,6 persen, Gelora 7,4 persen, dan Gerindra 6,8 persen, ujarnya.
Baca juga: Hasto Khawatir Kekuasaan Menyandera Parpol: Bisa Terjadi Arus Balik
Selain itu, Burhanuddin juga mengungkapkan sumber informasi masyarakat terkait masalah sosial, politik, dan pemerintahan. Ia mengatakan bahwa televisi masih menjadi sumber utama dengan 59,8 persen. Kemudian diikuti oleh TikTok 33,5 persen, Facebook 27,6 persen.
Instagram 25,5 persen, YouTube 24,2 persen, portal berita online 15,9 persen, Twitter 12,9 persen, dan WhatsApp (WA) 10,7 persen. Biasanya orang jarang ngobrolin politik di grup WA, kata dia.
Baca juga: Survei Indikator Politik: 75,7 Persen Masyarakat Puas dengan Pemilu
Survei ini dilakukan pada 18-21 Februari dengan metode Random Digit Dialing (RDD) kepada 1.227 responden. Margin of error survei ini sekitar 2,9 persen.
Editor : Pahlevi