Curhat PKL Malioboro: Dinginnya Es Teh Sedingin Sikap Eksekutif

author Seno

- Pewarta

Senin, 20 Des 2021 12:30 WIB

Curhat PKL Malioboro: Dinginnya Es Teh Sedingin Sikap Eksekutif

i

Curhat PKL Malioboro: Dinginnya Es Teh Sedingin Sikap Eksekutif

Optika.id - Semua Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro yang berjumlah hampir 2000 pedagang tampaknya merasa keberatan dengan rencana relokasi yang ingin dilakukan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta.

Sampai detik ini, Senin (20/12/2021), para PKL yang tergabung dalam Paguyuban Angkringan Malioboro tetap keukeuh menolak relokasi.

Baca Juga: Pengusaha Toko Malioboro Sepakat Percantik Jalan Malioboro

Ketua Paguyuban Angkringan Malioboro Yati Dimanto mengaku kaget ketika tahu akan direlokasi pada Bulan Januari 2022.

Hal yang sama ditegaskan oleh Tutik, pedagang minuman di Malioboro. Dinginnya es teh manis buatan Tutik, nampaknya sedingin sikap eksekutif pada kaum proletar seperti Tutik dan kawan-kawannya sesama PKL.

Namun hati Tutik saat ini cukup panas sepanas arang di dalam kopi Joss buatannya. Terbukti, sikap pemerintah sudah bulat. Tetap akan melakukan relokasi pada Bulan Januari 2022. Meskipun penolakan PKL telah terjadi. Sampai-sampai mereka sambat atau mengadu ke DPR DIY beberapa waktu yang lalu. "Pemerintah hanya bergeming," tegas Tutik singkat.

Hal inilah yang membuat para pedagang naik pitam, terbakar emosinya ingin melakukan aksi. Tapi apalah daya mereka hanyalah mencari sesuap nasi!

Relokasi bukan kali pertama dialami Tutik. Pada 2004, lapaknya yang berada di ruas barat Malioboro juga direlokasi ke tempat yang sekarang.

"Dulu enak, sebelum relokasi kami diajak berembuk dari awal sama Pemkot (Yogyakarta)," katanya pada Optika ketika ditemui di Malioboro beberapa waktu yang lalu. Bagi Tutik, Malioboro adalah separuh jiwa raganya. Hidupnya dihabiskan di Malioboro hanya untuk mencari penghidupan bagi kelima orang anaknya yang masih kecil-kecil. "Jadi saya dulu telat kawinnya mas," ujar wanita berusia 48 tahun ini.

Kini, sudah 19 tahun dia menghabiskan waktu berjualan minuman di Malioboro.

Dengan adanya relokasi di masa pandemi Covid-19 ini, Tutik merasa seperti sudah 'jatuh tertimpa tembok'.

Ketika awal pandemi, PKL Malioboro tidak membuka lapaknya. Hal ini membuat perekonomian para pedagang lesu.

Baca Juga: Pendorong Gerobak PKL Malioboro Adukan Nasib ke Pemkot Yogyakarta

"Berbulan-bulan kami tidak jualan sedangkan tabungan sudah habis untuk makan," katanya. Penerapan PPKM Level 2 oleh Pemerintah Provinsi DIY sedikit memberi harapan pada pedagang Malioboro. Namun, dengan adanya wacana relokasi itu membuat pedagang galau. Mereka gundah gulana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurutnya, apabila relokasi direalisasikan, butuh waktu bagi PKL untuk mendapatkan pelanggan di tempat baru.

Kami juga butuh biaya makan, keperluan sekolah anak dan bayar kontrakan," ujarnya.

Sementara itu pedagang lainnya Sutini hanya bisa pasrah dengan keputusan relokasi ini.

Pedagang pernak-pernik di Malioboro ini melanjutkan dagangan suaminya yang sudah meninggal dunia.

(Almarhum) suami saya jualan di sini sudah puluhan tahun, saya cuma melanjutkan," tutur wanita berusia 59 tahun ini.

Baca Juga: Satpol PP Ultimatum PKL Malioboro, Terakhir Bereskan Lapak 8 Februari 2022

Dia kini lebih mempercayakan suaranya dan pedagang lain kepada paguyuban.

Namun, dia juga berharap kepada pemerintah memberikan waktu bagi pedagang Malioboro untuk memulihkan perekonomian terlebih dahulu akibat imbas pandemi Covid-19. "Baru setelahnya memikirkan yang lain mas, minta tolong pemerintah memikirkan solusinya mas, kita rakyat mung isoke manut tog (hanya bisa nurut saja) mas," pungkasnya dengan suara lirih.

Reporter: Amrizal

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU