Bengkel Muda Surabaya 49 Tahun: Wadah Kreasi Yang Lentur

author Aribowo

- Pewarta

Selasa, 21 Des 2021 18:59 WIB

Bengkel Muda Surabaya 49 Tahun: Wadah Kreasi Yang Lentur

i

Untitled-2

Optika.id. Surabaya. Dr Sirikit Syah, MA staf ahli organisasi di bidang Pendidikan, menyampaikan bahwa BMS (Bengkel Muda Surabaya) harus mampu menyesuaikan segala keadaan yang ada sehingga tetap eksis dan diminati masyarakat, demikian sambutannya dalam acara ulang tahun BMS ke 49, di Gedung Merah Putih, komplek Balai Pemuda Surabaya, 20/12/2021.

BMS merupakan wadah (sanggar) kesenian anak-anak muda kreatif yang bergerak dalam bidang kesenian dan kebudayaan. BMS lahir 1972 di Surabaya, menampung semua aktivitas kesenian anak muda Surabaya. Musisi legendaris Gombloh, Franki dan Jane, dan Leo Kristi adalah tokoh-tokoh yang pernah berkiprah di BMS. Penyair nasional Akhudiat, dramawan Basuki Rahmat, dan tokoh teater Bawong SN dan Hare Rumemper adalah orang-orang yang lahir dan membesarkan BMS.

Baca Juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat

Jurnalis senior dan penyair Surabaya, Sirikit Syah, menganggap usia 49 tahun BMS merupakan usia dewasa bagi wadah kesenian seperti BMS. BMS harus lentur mengikuti berbagai perubahan jaman, namun tetap harus kreatif, urainya tatkala memberi sambutan dalam acara ulang tahun BMS itu.

Di sisi lain, Hare Rumemper, staf ahli di bidang Kepemudaan, dan Wali Muhammad, staf Ahli di bidang Manajemen Organisasi, turut berpesan bahwa BMS harus mampu menjadi organisasi yang terbuka, ramah, harus hadir di tengah-tengah masyarakat dan mampu menjadi tauladan bercitra estetik yang baik.

Untuk itu BMS harus tetap melakukan kegiatan-kegiatan kesenian yang tidak boleh terbawa arus perubahan jaman. Yang baik kita ikuti, yang tidak cocok dengan prinsip berkesenian BMS kita hindari. Sehingga mekanisme kerja kita harus selalu terukur, memiliki telaah, perenungan dan evaluasi. Tidak boleh sembarangan, tutur Hare dan Wali. Hare dan Wali adalah tokoh teater senior Surabaya yang lahir sebagai seniman teater dari BMS.

Acara Meriah

Ulang Tahun 49 BMS dimeriahkan dengan berbagai acara kesenian. Ada musik generasi muda BMS 2020an. Mereka kreatif menyanyikan lagu-lagu senior BMS, seperti algu-lagu Franki dan Gombloh. Bahkan tokoh tokoh senior BMS, seperti Helen, Ndindi, dan dramawan Anang Hanani membacakan sajak-sajak Akhudiat almarhum. Tidak itu saja, sajak-sajak sastrawan muda BMS dulu, Memek, di lagukan dan dinyanyikan oleh Helen dan Heroe Budiarto.

[caption id="attachment_10951" align="aligncenter" width="300"] Heroe Budiarto, Ketua BMS[/caption]

Tokoh senior yang hadir dan memeriahkan acara 49 tahun BMS adalah Anang Hanani, Toto Sonata (penyair dan jurnalis), Sirikit Syah, Gatot Stren Kali, dramawan senior Ndindi, Leres Budi Santoso, senirupawan Syaiful Hadjar, penulis naskah drama dan sutradara senior Solichin Jabar, Ratih, Helen, dan para anggota BMS lainnya.

Kemeriahan acara malam itu menunjukkan kekuatan organisasi BMS. BMS, menurut Toto Sonata, anggotanya mempunyai rasa emosional yang baik sehingga bisa menjaga BMS hingga 49 tahun.

Sebagai wadah kesenian dengan usia 49 tahun merupakan organisasi yang kuat dan lentur, kata jurnalis senior itu.

Membangun Ekosistem Berkesenian

Ulang Tahun ke 49 tahun BMS mengambil tema Berpikir Ulang Membangun Ekosistim Berkesenian. Menurut Heroe Budiarto, Ketua BMS, tema tersebut mempunyai makna BMS mengajak kepada seluruh anggotanya untuk berpikir ulang untuk merespon keadaan berkesenian di Surabaya saat ini.

Saat ini minat berkesenian mengalami persoalan serius. Hal itu dirasakan dalam pengeloaan organisasi BMS sejak tahun 2014 lalu. Dimana tidak adanya anggota baru dalam tubuh BMS sendiri, sehingga regenenasi di tubuh BMS terasa mandek, katanya kepada Optika.id.

Heroe mengisahkan perkembangan BMS yang fluktuatif. Sejak 2018 di HUT BMS ke 46 kembali pengurus mencoba membangun spirit mengusung Tema BMS Reborn. Dengan harapan BMS dapat menyusun strategi kegiatan sehingga terwujud regenerasi seperti BMS terlahir kembali dengan daya cipta yang penuh dinamika, urainya lebih lanjut.

Heroe mengakui membangkitkan kembali BMS bukan perkara muda. Dia menangkap adanya perubahan-perubahan. Tak ada keheningan, pengendapan, perenungan, pencapaian yang mengakar, kesan yang membekas sepanjang waktu. Yang bisa dirasakan banyaknya kegiatan baru, dan terus selalu ada yang baru, dan mengejar yang terbaru, katanya.

Menurut Heroe BMS harus mampu menjadi sahabat bagi siapa saja. BMS harus hadir di tengah-tengah iklim berkesenian yang ada seperti saat ini kondisinya. Perguruan tinggi yang memproduksi profesi yang menekuni bidang seni dan budaya saja tidak dapat memberikan dukungan terhadap tumbuhnya iklim kesenian, pungkasnya dengan detil.

Sajak Arthur Jhon Horoni

Heroe menggambarkan posisi BMS seperti sajak yang ditulis penyair senior BMS, Arthur Jhon Horoni. Judulnya Sepucuk Surat karya Arthur Jhon Horoni.

Baca Juga: Haedar Nashir Hadiri Milad Seabad RS PKU Muhammadiyah Surabaya

Sepucuk Surat

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepada Bengkel Muda Surabaya

Tugas kita ialah

memberi muka pada remaja yang hilang muka

Tugas kita ialah

memberi isi pada puisi yang hilang isi

memberi warna pada lukisan yang hilang warna

memberi irama pada musik yang hilang irama

Memberi arti pada pidato yang hilang arti

Baca Juga: Pilwali Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji Akan Melawan Kotak Kosong?

memberi getar pada teater yang hilang getar

Tugas kita ialah

Memberi jiwa pada hidup yang hilang jiwa

Arthur Jhon Horoni, Surabaya 1972

Reporter: Aribowo

Editor: Amrizal Ananda Pahlevi

[removed][removed]

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU