[caption id="attachment_13249" align="alignnone" width="294"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Kalau kita melihat sejarah masa-masa lalu maka kita bisa mempelajari cara-cara manusia berperang. Dalam jaman batu manusia menggunakan batu sebagai senjata; lalu pada jaman sesudahnya manusia menggunakan senjata pedang dan panah. Ribuan pasukan berhadap-hadapan dan dengan satu komando dari masing-masing pihak ribuan pasukan itu saling membunuh dengan pedang dan panah itu.
Baca Juga: Konflik Texas dan Perang Amerika Serikat-Meksiko
Setelah itu ada jaman dimana manusia menggunakan senapan yang sangat sederhana bahasa Surabaya nya Ceklek Dor artinya dikokang sekali - diisi satu peluru terus ditembakkan. Hal ini bisa dllihat pada pertempuran perang saudara di Amerika Serikat atau dinegara-negara lain.
Perang Dunia I dengan Tank Ringan
Selanjutnya di Perang Dunia I, manusia sudah menciptakan tank ringan, mitraliur. Lalu pada jaman Perang Dunia ke II kita saksikan perang sudah menggunakan senjata modern, misalkan pesawat tempur, kapal selam, kapal destroyer, tank dan ampibi bahkan di akhir PD ke II itu dunia menyaksikan bom atom yang pertama digunakan oleh Amerika Serikat. Bom pemusnah massal yang mengerihkan.
Satu bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima Jepang sudah membunuh sekitar 300.000 orang, satu kota rata dengan tanah. Sejak itu manusia mulai berlomba menciptakan senjata yang mutakhir yaitu nuklir yang daya ledaknya beberapa puluh kali bom atom.
Kalau terjadi perang dimana bom nuklir digunakan maka dunia nampaknya akan kiamat; bayangkan Rusia dan Amerika Serikat memiliki lebih dari 5.000 bom nuklir; selain itu Perancis, Inggris, Israel, Pakistan, India dan Cina juga memiliki bom nuklir itu. Mengerikan.
Rudal Hipersonik
Lalu sekarang kita saksikan penemuan jenis senjata baru yang lebih mengerikan lagi yaitu senjata peluru kendali (rudal) hipersonik yang diciptakan Rusia dan Cina. Amerika Serikat saat ini masih ketinggalan dalam perlombaan membuat senjata hipersonik ini. Mengerikan dalam hal apa? Coba kita lihat apa senjata hipersonik ini.
Rudal hipersonik akan memainkan peran besar dalam kebijakan luar negeri di tahun-tahun mendatang, karena pilar inti geopolitik seperti geografi dan kekuatan teknologi dapat dirusak oleh rudal hipersonik. Dan memaksa penilaian ulang global tentang gagasan tradisional pencegahan senjata pemusnah masal ini.
Sebelumnya kita perlu tahu perbedaan rudal dengan kecepatan Subsonik, Supersonik dan Hipersonik
Lebih Cepat dari Kecepatan Suara
Rudal subsonik lebih lambat dari kecepatan suara. Rudal paling terkenal termasuk dalam kategori ini, seperti rudal jelajah Tomahawk AS, Exocet Prancis, dan Nirbhay India. Rudal subsonik bergerak dengan kecepatan sekitar Mach-0,9 (705 mph). Rudal subsonik lambat dan lebih mudah dicegat, tetapi mereka masih memainkan peran besar di medan perang modern.
Tidak hanya mereka secara substansial lebih murah untuk diproduksi karena tantangan teknologi telah diatasi dan dikuasai, tetapi rudal subsonik memberikan lapisan tambahan nilai strategis karena kecepatannya yang rendah dan ukurannya yang kecil.
Baca Juga: “Ledakan” yang Tidak Dijabarkan dalam Film Oppenheimer
Setelah rudal subsonik diluncurkan, ia dapat berkeliaran di dekat target yang dimaksudkan, sebagai akibat dari efisiensi bahan bakarnya. Ini, dikombinasikan dengan kecepatan yang relatif rendah. memberi para pembuat keputusan militer senior cukup waktu untuk memutuskan
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara sebuah rudal supersonik mempunyai kecepatan suara (Mach 1) tetapi tidak lebih cepat dari Mach-3. Sebagian besar rudal supersonik bergerak dengan kecepatan antara Mach-2 dan Mach-3, yang mencapai 2.300 mph. Rudal supersonik yang paling terkenal adalah BrahMos India / Rusia, saat ini merupakan rudal supersonik operasional tercepat yang mampu kecepatan sekitar 2.100-2.300 mph.
Sedangkan rudal hipersonik kecepatannya melebihi Mach-5 (3.800 mph) dan lima kali lebih cepat dari kecepatan suara (3836 mph), yang sekitar 1 mil per detik.. Saat ini, tidak ada sistem pertahanan operasional yang dapat melawan penggunaan senjata strategis ini.
Berlomba Bikin Hipersonik
Akibatnya, banyak kekuatan dunia termasuk AS, Rusia, India, dan China sedang berlomba membuat rudal hipersonik. Beberapa rudal, seperti rudal balistik seperti Kinzhal Rusia diduga mampu mencapai kecepatan Mach 10 (7672 mph) dan jarak hingga 1200 mil. Sebagai perbandingan, rudal jelajah Tomahawk AS Angkatan Laut Am erika Serikat dan sistem rudal jarak jauh Angkatan Laut negara lain adalah subsonik, menempuh jarak sekitar 550 mph dan menempuh jarak maksimum sekitar 1500 mil.
Kecepatan rudal hipersonik 1 mil per detik ini sama dengan 1,7 km per detik. Biasanya kita menghitung detik itu dengan satu ketukan saja di meja; bayangkan dalam satu ketukan rudal ini langsung melesat ke sasaran yang jaraknya 1,7 km. Karena itu presiden Rusia Vladmir Putin pernah mengatakan bahwa rudal hipersonik Rusia bisa mencapai target ke negara lain dalam hitungan menit.
Ada lagi kendaraan peluncur hipersonik. Jenis rudal hipersonik ini menggunakan kendaraan masuk kembali ke atmosfir bumi. Awalnya, rudal diluncurkan ke luar angkasa pada lintasan melengkung, di mana hulu ledak dilepaskan dan jatuh ke atmosfer pada kecepatan hipersonik. Hulu ledak yang melekat pada kendaraan meluncur memasuki kembali atmosfer, dan melalui bentuk aerodinamisnya dapat melewati gelombang kejut yang dihasilkan oleh dorongan sendiri karena melampaui kecepatan suara. Hal itu memberikan kecepatan yang cukup untuk mengatasi sistem pertahanan rudal yang ada.
Baca Juga: Mengenal Antraks, Senjata Biologis Berbahaya yang Dilarang
Kendaraan meluncur berselancar di atmosfer antara 40-100 km di ketinggian dan mencapai tujuannya dengan memanfaatkan kekuatan aerodinamis. Dimana letak kengeriannya?
Seperti diketahui sekarang ini satu rudal dapat memuat hulu ledak nuklir 3-4. Bayangkan kalau ribuan rudal nuklir hipersonik diluncurkan ke negara lawan. Padahal satu bom nuklir itu daya ledaknnya puluhan kali bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima Jepang bulan Agustus 1945.
Semoga tidak terjadi perang nuklir didunia ini.
(artikel serupa dimuat Good News From Indonesia).
Editor : Pahlevi