Optika.id - Airlangga Hartanto yang diusung sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, nyatanya bak jauh panggang dari api. Elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Golkar tersebut masih di bawah 1%.
Berdasarkan hasil survei Voxpol Center menunjukkan bahwa tingkat keterpilihan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian tersebut hanya 0,8%. nilainya jauh lebih rendah dalam hasil riset Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan angka miris yakni 0,2% saja.
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Menanggapi hal tersebut, Ray Rangkuti selaku Direktur Eksekutif Lingkar Madani Untuk Indonesia (LIMA) menilai jika hal tersebut menunjukkan sulitnya mengerek elektabilitas Airlangga naik. Padahal menurutnya, Airlangga sudah memegang beberapa jabatan strategis dan telah memasang baliho di sejumlah daerah bak Puan.
"Susah [meningkatkan elektabilitas Airlangga] karena sekarang ini, kan, yang paling penting itu bagaimana mengeluarkan prestasi juga. Jadi kalau enggak ada prestasi, enggak ada sesuatu yang bisa dipercakapkan orang, apalagi yang bersangkutan ritmenya itu-itu saja," ucapnya, Selasa (18/1/2022).
Jadi, imbuhnya, sekalipun membuat baliho serta spanduk dimana-mana serta nantinya ada iklan di berbagai media televisi, elektabilitas Airlangga bisa dikatrol namun tidak terlalu signifikan. Bahkan, boleh jadi tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan oleh Airlangga.
Menurut Ray, Airlangga takkan memiliki prestasi dan menjadi perbincangan publik selama masih menjadi pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Keterikatan tersebut tak membuatnya luwes.
"Dalam kacamata saya, dalam pandangan saya, kalau Pak Airlangga berada dalam posisi bagian dari anggota kabinet itu akan sangat sulit beliau menggeliatkan pandangan-pandangan politiknya. Itu sesuatu yang sangat dibutuhkan pada saat ini," bebernya.
Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Dia juga menggaris bawahi bahwa Airlangga tidak mungkin keluar dari kabinet. Dirinya juga gamang apakah Airlangga ingin keluar kabinet atau tidak demi posisi capres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun demikian, Airlangga masih memiliki waktu hingga tahun 2023 untuk memoles reputasinya tersebut. Akan tetapi, lanjut Ray, jika setahun menjelang pemilihan presiden (Pilpres) kenaikan elektabilitasnya masih tidak signifikan atau di abwah 5% maka imbasnya bakal berdampak negatif pada partai tempatnya bernaung. Selain itu, hal tersebut juga membuat internal Partai Golkar bakal dilanda konflik lagi. Pasalnya, ademnya internal partai saat ini tidak bisa menjadi jaminan partai Golkar solid.
"[Internal Golkar yang sedang adem] itu tidak dengan sendirinya tidak akan konflik kalau misalnya seperti yang saya bilang tadi, ada orang yang merasa terlalu memaksakan sampai Pak Airlangga didorong terus sebagai calon presiden. Mungkin secara internal akan ada penolakan," tegasnya.
Baca Juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi