PKL Malioboro Mulai Cek Teras Malioboro 1, Berharap Konsistensi Pemda DIY

author Seno

- Pewarta

Senin, 31 Jan 2022 19:32 WIB

PKL Malioboro Mulai Cek Teras Malioboro 1, Berharap Konsistensi Pemda DIY

i

61f52b4918c82

Optika.id - Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro Kota Yogyakarta mulai melihat dan mengecek langsung tempat relokasinya di Teras Malioboro 1. Mereka mulai memeriksa kondisi tempat mereka berjualan nantinya.

Beberapa PKL Malioboro berkeliling Teras Malioboro 1 melihat secara langsung bentuk lapak-lapak yang disediakan.

Baca Juga: Kunjungi Yogyakarta, Bamusi Surabaya Napak Tilas Perjuangan KH Ahmad Dahlan

Beberapa dari mereka mencoba membuka storage dan memeriksa kapasitas yang tersedia. Hal ini dikatakan oleh Biantoro salah seorang pedagang minuman kepada Optika.id, Senin (31/1/2022).

Gedung berlantai 3 ini diisi lapak lapak berukuran sekitar 1 meter, tiap lapak diberi nomor. PKL Malioboro menempati lokasi lapak dengan cara undian. Sementara itu, PKL Malioboro lainnya, Dapri Well, merasa terkesan dengan lokasi Teras Malioboro Satu.

Dia mendapatkan undian lapak di lantai 2 Teras Malioboro Satu. Dapri tidak mempermasalahkan kalau mendapatkan lapak di lokasi lantai dua.

Hanya saja, dia mengharapkan konsistensi Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakara (DIY) untuk membuat aturan setelah PKL Malioboro direlokasi ke Teras Malioboro Satu.

"Bagus tempatnya nyaman dari pada di depan. Kalau nanti toko membuka lapak seperti PKL ya berbahaya. Harus bersih semua, kalau toko bikin kaya kita yang lama ya percuma," jelasnya.

Selain dibutuhkan aturan yang jelas untuk mengatur Jalan Malioboro bersih dari PKL setelah relokasi, Dapri juga menilai lapak yang disediakan luasnya masih kurang memadai. "Kecil banget, tapi lokasinya kan bagus banget," ucap dia.

PKL lainnya, Nurahman, yang setiap hari berjualan salak di depan Pasar Beringharjo mengungkapkan hanya bisa menerima relokasi. Dia berharap tempat baru ini tetap dikunjungi oleh wisatawan yang datang berkunjung ke Malioboro.

"Sultan kan sudah nunggu 18 tahun, ya manut saja. Tempatnya bagus, yang penting nanti laris," kata dia.

Menurut dia, kondisi PKL sekarang baru mulai bangkit karena terdampak pandemi Covid-19. Selama satu setengah tahun, dia tidak bisa berjualan dan harus banting stir menjadi 'pak ogah' di Jalan Magelang.

"Saat pandemi satu setengah tahun enggak jualan, terus bantuin orang menyebrang di sekitar Jalan Magelang. Kalau ada yang ngasih ya diterima, intinya bantuin," katanya.

Dia mendapatkan tempat lapak di lantai tiga Teras Malioboro, mendapatkan lantai tiga juga membuatnya khawatir. Dia khawatir wisatawan yang berkunjung tidak sampai naik ke lantai tiga.

"Ya itu ada ketakutan. Tapi kan nanti ada petugas yang mengarahkan wisatawan yang membutuhkan oleh-oleh. Aku baru liat lokasinya ini," kata dia.

Parianto, PKL Malioboro lain mengungkapkan, lokasi yang disediakan oleh Pemerintah DIY nyaman. Namun, untuk mencari nafkah pada awal-awal pindah akan susah.

"Kalau di depan atau luar, orang lewat lihat barang bisa menarik pembeli. Kalau di sini enggak ada niat beli ya enggak naik," kata dia yang tiap harinya berjualan aksesori.

"Kalau baru-baru ini akan susah kalau ke depan ya enggak tahu. Ini tempatnya terlalu istimewa bagi PKL," imbuhnya.

PKL Ancam 'Balik Kucing'

Sebelumnya, Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro mengancam, mereka akan 'balik kucing', kembali lagi ke tempat semula. Jika tempat relokasi tidak bisa menampung seluruh pedagang dan penjualan menurun karena sepi pengunjung.

Ketua Paguyuban Handayani Kuliner Siang Sogi Wartono mengatakan, saat sosialisasi dengan pemerintah dirinya menanyakan terkait ada tidaknya kompensasi yang diberikan oleh pemerintah jika pengunjung sepi, dan dirinya mendapatkan jawaban tidak ada kompensasi bagi PKL jika tempat barunya nanti sepi.

"Sebelum direlokasi ini kalau Malioboro sepi pedagang hanya bisa menjual dua sampai tiga piring. Kalau masuk ke gedung eks bioskop indra lalu bagaimana, kompensasi gak ada. Pemerintah gak tanggung jawab, kalau relokasi kan harusnya ada kompensasi," kata Sogi setelah mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di gedung DPRD Kota Yogyakarta, beberapa waktu yang lalu.

Dia membeberkan rencana relokasi memang sudah digaungkan oleh pemerintah sejak lama, tetapi sosialiasi baru saja diberikan pada akhir tahun. Pada sosialisasi itu para PKL hanya diberikan waktu selama satu bulan untuk bersiap-siap sebelum direlokasi ke temoat baru

Menurut Sogi dalam sosialiasi yang dilakukan oleh pemerintah juga tidak jelas karena PKL tidak diajak musyawarah terlebih dahulu, para PKL juga tidak diberitahu ukuran lapak di tempat yang baru berapa meter.

"Tidak secara tiba-tiba koordinasi dalam jangka waktu 1 bulan disuruh pindah semua padahal lapak belum jelas apalagi layak. Kalau lapak tidak jelas, tidak sesuai dan tidak bisa menampung seluruh anggota. Saya akan kembali lagi kesana (tempat awal)," katanya.

Baca Juga: Mobil Seruduk Andong di Kawasan Malioboro, Kerugian Capai Puluhan Juta Rupiah

Dirinya telah melakukan pengecekan tempat relokasi sendiri dan menurut Sogi lokasi di eks gedung bioskop Indra tidak mencukupi untuk dirinya berjaualan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lantaran, lapaknya sekarang berukuran 3 meter sedangkan dirinya hanya diberikan lapak ukuran 1 meter di eks gedung bioskop Indra.

"Ini kan nggak pas, jadi kalau kata orang Jawa gur sak-sak e (hanya asal-asalan). Saya sudah ke sana tetapi tidak menghitung kapasitas, kalau kita berebutan dan tidak mencukupi saya kembali ke lapangan (pinggir Maliobiro) lagi karena ini belum cukup," ungkap dia.

Atas alasan tersebut dirinya bersama PKL lainnya menginginkan relokasi ditunda selama 1 sampai dengan 3 tahun sembari pemrintah melakukan penambahan pembangunan, mengingat lokasi lainnya yakni eks gedung Dinas Pariwisata bersifat shelter atau sementara.

"Itu yang diutamakan penundaan 1 sampai 3 tahun kekurungan pembangunan bisa selesai gak mendadak sementara di shelter nanti dipindah lagi kan repot. Sehingga dana pemerintab tidak mubadzir dikerjakan dengan bagus," katanya.

Teras Malioboro 1 Dulunya Bioskop Terbesar di Jogja 

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Pemkot Yogyakarta secara simbolis meresmikan Teras Malioboro 1, Rabu (26/1/2022).

Acara bertajuk Wilujengan Teras Malioboro juga dihadiri pejabat terkait dan perwakilan paguyuban pedagang Malioboro.

Teras Malioboro 1 itu menempati eks Gedung Bioskop Indra. Bagi pendatang maupun wisatawan pasti asing dengan nama bioskop yang satu ini.

Sebelum bioskop berkembang seperti sekarang, Bioskop Indra pernas sangat terkenal di Yogyakarta.

Bioskop yang berada di barat Pasar Beringharjo dan masih di kawasan Malioboro ini merupakan bioskop pertama yang ada di Yogyakarta.

Bioskop Indra dibangun pada masa kolonial oleh Nederlandsch Indische Bioscoop Exploitatie Maatschapij pada 1916.

Baca Juga: Muhammadiyah Tanggapi Polemik Jilbab di Sekolah Negeri di DI Yogyakarta

[caption id="attachment_14789" align="alignnone" width="300"] Bioskop Indra pada masa lampau. (Istimewa)[/caption]

Dilansir dari laman resmi Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, awalnya Bioskop Indra bernama Al Hambra. Bioskop Al Hambra pada masanya dibagi menjadi dua kelas. Dua kelas tersebut dibagi berdasarkan status sosial masyarakat pada saat itu.

Gedung pertama bernama Al Hambra yang diperuntukkan bagi kelas sosial atas, seperti orang Eropa, penguasa Tionghoa dan bangsawan Keraton. Kemudian, gedung yang diperuntukkan bagi kelas pribumi diberi nama Mascot.

Pascakemerdekaan, tumpuk kekuasaan beralih. Begitupun dengan Bioskop Al Hambra. Bioskop Al Hambra lantas diganti menjadi Bioskop Indra, kepanjangan dari Indonesia Raya.

Pada 1983 manajemen Bioskop Indra beralih ke NV. Peredaran Film dan Eksploitasi Bioskop Indonesia (PERFEBI). NV. PERFEBI sendiri merupakan pengusaha bioskop di wilayah DIY dan Jawa Tengah pada masa itu.

Tercatat NV. PERFEBI menguasai 15 bioskop yang ada di wilayah Yogyakarta, Banjar, Purbalingga, Wonosobo, Temanggung hingga kota lainnya di Jawa Tengah.

Memasuki era milenium, masa kejayaan Bioskop Indra mulai memudar. Aktivitas bisnis perfilman yang surut membuat Bioskop Indra berhenti beroperasi. Kemudian, aset tanahnya diambil alih oleh Pemda DIY. 

Gedung yang dulu kosong dan hampa kini disulap menjadi lapak baru bagi PKL Malioboro.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU