Profesor dari New York University Tak Sepakat dengan Zuckerberg Terkait Metaverse!

author Seno

- Pewarta

Selasa, 08 Feb 2022 20:57 WIB

Profesor dari New York University Tak Sepakat dengan Zuckerberg Terkait Metaverse!

i

images - 2022-02-08T135359.576

Optika.id - Sejumlah pihak tak sepakat dengan Mark Zuckerberg dengan visi jagat metaverse sebagai masa depan internet. Salah satunya adalah Profesor marketing dari New York University, Scott Galloway. Bahkan pakar marketing ini menyebut metaverse ala Facebook tidak akan berhasil. Awalnya dia memuji Mark Zuckerberg sebagai seorang visioner. Karena Facebook mulai ditinggalkan, maka dia pun mengetengahkan gagasan metaverse.

Namun dia tidak yakin visi metaverse ala Zuck bakal berhasil. "Jika dia sukses, maka ini akan menjadi salah satu pencapaian yang impresif," ujarnya, seperti dikutip Optika.id dari Furutism, Selasa (8/2/2022).

Baca Juga: Salah Hapus Pesan Whatsapp? Tidak Perlu Khawatir, Sekarang Ada Fitur “Accidental Delete”

"Saya kira mereka tidak akan bisa. Saya pikir hal ini adalah kantong besar kotoran," tambah Galloway, yang menunjukkan ketidaksenangannya pada metaverse ala Facebook.

Salah satu permasalahan yang mengemuka menurutnya adalah headset virtual reality Quest, yang dulu bernama Oculus. Bentuknya kurang bagus untuk menarik minat audiens yang diincar oleh Meta selaku induk Facebook.

"Orang-orang tidak terkesan dengan universe yang diimpikannya. Salah satu prediksi saya di November 2021 adalah, kegagalan terbesar dalam sejarah produk teknologi mungkin saja Oculus," paparnya.

Untuk masuk ke dunia metaverse, orang memang perlu memakai headset yang saat ini cukup berat dan mahal. Mungkin hal ini perlu diatasi oleh Meta agar lebih banyak orang memanfaatkan metaverse.

Untuk mengurus pengembangan metaverse, Meta memiliki divisi khusus bernama Reality Labs. Nah dalam laporan keuangan Meta terbaru, divisi tersebut menelan kerugian USD 10 miliar di tahun 2021 saja. Jumlahnya jika dikonversi sekitar Rp 144 triliun.

Reality Labs sebagai pembuat teknologi kunci dari metaverse, mengembangkan headset virtual reality dan juga augmented reality, baik dari sisi hardware maupun software.

Di tahun-tahun sebelumnya, divisi Reality Labs ternyata juga menelan kerugian yang tinggi walau tak sebesar tahun silam. Seperti dikutip dari CNBC, di tahun 2019, kerugiannya USD 4,5 miliar dan USD 6,62 miliar di tahun 2020.

Baca Juga: META Bakal PHK Banyak Karyawan Pekan Ini

Pengguna yang ingin masuk ke jagat metaverse memakai perangkat tersebut, tapi sejauh ini memang belum terlalu mainstream.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Meta memang akan memprioritaskan pembangunan metaverse yang belakangan ini merupakan ambisi Zuckerberg. "Tujuan kami adalah membantu metaverse menjangkau miliaran orang," kata Zuckerberg beberapa waktu silam.

Namun sepertinya, Zuckerberg harus siap menanggung kerugian untuk waktu yang cukup lama. Ekosistem metaverse masih berada di tahap yang sangat awal meskipun memang headset VR besutan Reality Labs semakin banyak yang terjual.

Kabar gembiranya, beberapa pakar menyebut tahun 2022 adalah saatnya metaverse mulai lepas landas. Syaratnya, raksasa teknologi selain Facebook juga meluncurkan teknologi sendiri untuk metaverse.

Baca Juga: Facebook Berencana Pecat 12.000 Karyawan dalam Beberapa Bulan Mendatang

"Platform teknologi besar yang diuntungkan dengan melesatnya aplikasi komputasi mobile, sekarang melihat augmented reality sebagai pergeseran platform komputer untuk masa depan," kata analis dari Goldman Sachs, Eric Sheridan.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU