Optika.id - Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menyebut pesimistis duet Ganjar-Puan akan terwujud. Meskipun PDIP sudah cukup syarat untuk mendaftar ke KPU. Menurutnya, sekuat apapun PDIP pasti butuh koalisi untuk memenangkan Pemilihan Presiden 2024.
PDIP bisa saja mewujudkan duet Ganjar-Puan. Sebab PDIP satu-satunya partai yang bisa maju di Pilpres 2024 tanpa berkoalisi dengan partai lain.
Baca Juga: Basuki Hadimuljono Pimpin Kagama 2024-2029 Gantikan Ganjar Pranowo
"Tapi problemnya, pilpres itu bukan soal bisa maju sendiri, tapi kalkulasi politik rasional yang membutuhkan koalisi dengan partai lain. Kalau capres-cawapres semuanya dikunci PDIP, partai lain agak sungkan merapat menawarkan diri bergabung" kata Adi dalam keterangannya, Selasa (8/2/2022).
Adi mengatakan, perjodohan Ganjar-Puan tidak akan terlampau kuat jika lawannya dari nama-nama beken seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, hingga Ridwan Kamil. Sebab, pemilihnya akan berasal dari ceruk pemilih yang sama.
"Butuh ceruk pemilih lain untuk mengunci kemenangan. Di situ butuh koalisi atau mencari pendamping figur lain di luar PDIP. Tapi kalau lawannya lemah, elektabilitasnya tak seberapa, duet Ganjar-Puan bisa menang," ujarnya.
Adi menilai usulan duet Ganjar-Puan sebenarnya hanya untuk meredam perpecahan di akar rumput PDIP. Sebab, kata Adi, perpecahan akan mengganggu kondusivitas PDIP ke depan yang bakal banyak melakukan konsolidasi.
Berikut hasil survei terakhir yang menampilkan elektabilitas Ganjar Pranowo dan Puan Maharani untuk calon presiden 2024:
1. Survei Trust Indonesia
Lembaga Trust Indonesia merilis survei elektabilitas calon presiden 2024, Senin (31/1/2022). Hasilnya, nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto muncul di peringkat teratas. Sementara itu, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengalahkan Ketua DPR RI Puan Maharani.
Dari survei itu, ada 26 tokoh yang muncul. Nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo muncul di urutan ketiga dengan perolehan suara sebanyak 16,1 persen. Sementara Ketua DPR RI Puan Maharani berada di urutan ketujuh dengan jumlah suara sebesar 2,8 persen.
2. Survei Indikator Politik Indonesia (IPI)
Hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menunjukkan Ganjar Pranowo menjadi sosok capres dengan suara tertinggi kedua, persis setelah nama Prabowo Subianto. Survei ini digelar pada 6-11 Desember 2021.
Baca Juga: PDI-P All Out Menangkan Risma-Gus Hans di Pilkada Jatim
Dalam surveinya, responden disodorkan 33 nama tokoh yang dianggap berpotensi menjadi capres. Hasilnya, Ganjar Pranowo berada di urutan kedua dengan jumlah suara sebanyak 20,8 persen, sedangkan Ketua DPR RI Puan Maharani berada di urutan kesembilan dengan jumlah suara sebanyak 1,8 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
3. Survei SMRC
Lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) merilis survei terbarunya terkait kecenderungan perilaku politik pemilih nasional, Selasa (28/12/2021) lalu. Hasilnya, Ganjar Pranowo unggul jika pemilihan presiden (pilpres) dilakukan pada saat survei.
Survei tersebut menampilkan deretan sosok yang akan dipilih menjadi presiden apabila pilpres diadakan saat itu dengan pertanyaan tertutup. Hasilnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendapat elektabilitas sebesar 22,5 persen. Jauh di bawahnya, Ketua DPR RI Puan Maharani memperoleh suara sebanyak 2,3 persen.
Sementara itu, politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno menilai tak masalah dengan deklarasi dukungan tersebut. Menurutnya, aspirasi yang muncul harus didengar dan dicatat.
"Politik adalah seni mengelola harapan. Konsistensi dan improvisasi dipelihara berdasar terang ideologis dan dinamika peluang. Jadi letupan atau percikan aspirasi apapun harus kita dengar dan catat," ujar Hendrawan dalam keterangannya, Selasa (8/2/2022).
Baca Juga: Anies dan Ganjar akan Hadir dalam Pelantikan Prabowo-Gibran Minggu Besok
Dia menambahkan semua inisiatif tak perlu dipermasalahkan sejauh tak melanggar aturan dasar (AD)/aturan rumah tangga (ART) partai. Meski begitu, kata dia, dalam dunia politik, politikus enggan terikat dengan komitmen pada pilihan-pilihan yang prematur.
"Bagi kami, semua inisiatif yang tidak melanggar AD/ART partai, tentu tak ada masalah, apalagi bila diinspirasi oleh dan dimotivasi dengan niatan baik. Namun politik juga mengajarkan kepada kita, politisi tidak mau terikat dengan komitmen dan pilihan-pilihan yang prematur," pungkasnya.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi