Pak Yahya Muhaimin: Menteri Melarang Saya Jadi Guru Besar

author optikaid

- Pewarta

Kamis, 10 Feb 2022 00:46 WIB

Pak Yahya Muhaimin: Menteri Melarang Saya Jadi Guru Besar

i

Pak Yahya Muhaimin: Menteri Melarang Saya Jadi Guru Besar

[caption id="attachment_15589" align="alignnone" width="148"] Purnawan Basundoro[/caption]

Ada satu hal yang saya ingat betul sampai saat ini mengenai Pak Yahya Muhaimin. Tahun 1999 saat beliau baru saja menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional, beliau menghadiri pengukuhan Pak Amien Rais sebagai Guru Besar (Profesor) di Universitas Gadjah Mada.

Baca Juga: 112 Tahun Muhammadiyah dan Harapan Masyarakat

Setelah acara usai, beliau didekati oleh wartawan dan ditanya, "Kapan Bapak akan dikukuhkan sebagai Guru Besar seperti Pak Amien Rais?"

Beliau dengan ringan menjawab, "Menteri Pendidikan Nasional melarang untuk menetapkan saya sebagai Guru Besar."

Saat itu beliaulah yang tengah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Dengan demikian, beliau yang melarang dirinya sendiri untuk mendapatkan jabatan Guru Besar. Percakapan antara wartawan dengan Pak Yahya Muhaimin waktu itu sempat diwartakan oleh beberapa surat kabar.

Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi atas jawaban tersebut. Pertama, saat seorang dosen mendapat jabatan (struktural) di luar perguruan tinggi otomatis status sebagai dosen dilepas sehingga tidak berhak menerima kenaikan Jabatan Akademik.

Kedua, bisa saja sebenarnya Pak Yahya Muhaimin memaksakan diri memberi kenaikan Jabatan Akademik Guru Besar ke dirinya sendiri, dengan dalih bahwa status sebagai dosen masih disandangnya walaupun sedang menjabat sebagai menteri. Pasti hal yang mudah sebagai seorang menteri memberi instruksi ke Dirjen Dikti untuk memproses kenaikan jabatan tersebut, toh Pak Yahya pada waktu itu dengan berbagai karyanya yang banyak pasti sudah memenuhi syarat sebagai Guru Besar.

Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah adalah Pilar Kemajuan Bangsa dan Kemanusiaan

Namun hal itu tidak dilakukan oleh beliau. Beliau sadar betul bahwa sebagai seorang pejabat publik tidak mau ada conflict of interest pada dirinya. Beliau tidak ingin mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang beliau tandatangani sendiri dan untuk dirinya sendiri. Ia tidak ingin menangguk keuntungan pribadi atas jabatan yang disandangnya. Alhasil, beliau baru mendapatkan kenaikan Jabatan Akademik Guru Besar setelah satu tahun lebih beliau lengser sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Beliau menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional pada tahun 1999-2001, dan mendapatkan Jabatan Akademik Guru Besar tahun 2003. Dengan demikian, jabatan Guru Besar ia dapatkan saat ia berposisi murni sebagai seorang dosen, sebagai orang biasa bukan sebagai pejabat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pak Yahya Muhaimin lahir dari keluarga aktivis Muhammadiyah di Bumiayu, sebuah kota kecil yang terletak beberapa puluh kilometer dari Kota Purwokerto. Ayahnya seorang wirausaha sedangkan ibunya seorang guru sekolah dasar yang menghendaki agar Yahya Muhaimin menjadi seorang guru juga. Selepas SMA di Purwokerto, Yahya Muhaimin melanjutkan studinya di Jurusan Hubungan Internasional Fisipol Universitas Gadjah Mada. Selama menjadi mahasiswa ia aktif berorganisasi, terutama di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Pada akhirnya keinginan ibunya agar Yahya Muhaimian menjadi seorang guru kesampaian. Setelah Yahya Muhaimin lulus sebagai seorang sarjana Hubungan Internasional, beliau diangkat sebagai dosen di almamaternya. Ia kemudian dikenal sebagai pengamat militer yang handal. Bukunya yang berjudul Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966 menjadi rujukan utama untuk siapapun yang meneliti perkembangan militer di Indonesia. Analisis militernya sering menghiasi surat kabar

Beliau menamatkan pendidikan Doktor di Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat pada tahun 1982, dengan disertasi berjudul The Politic of Client Businessmen; Indonesian Economic Policy 1950-1980. Disertasi tersebut pada tahun 1991 diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh LP3ES dengan judul Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980. Terbitnya buku tersebut langsung menyulut kemarahan adik tiri Presiden Soeharto, Probosutejo. Ia meradang karena buku tersebut juag membahas bisnisnya yang dianggap sebagai bisnis yang dibesarkan oleh kekuasaan kakak tirinya. Probosutejo bahkan mengajukan somasi agar buku yang sudah terlanjur beredar tersebut ditarik semuanya dari pasaran.

Baca Juga: Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza, Ini Tanggapan Muhammadiyah

Semula pihak LP3ES tidak mau melayani somasi tersebut, dan menginginkan agar kasus itu masuk ke ranah hukum saja. Biarkan hukum yang membuktikan apakah kajian akademis tersebut salah. Namun, Pak Yahya Muhaimin tidak ingin kasus tersebut membuat kondisi menjadi semakin keruh. Ia tidak mau berkonflik dengan pihak yang sedang kuat-kuatnya berkuasa, sehingga jalan yang ia pilih adalah minta maaf.
Karirnya di PP Muhammadiyah adalah sebagai Ketua Majlis Pendidikan Tinggi, sedangkan karirnya di birokrasi, sebelum menjadi Menteri Pendidikan Nasional adalah Dekan Fisipol UGM dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Wasington DC Amerika Serikat.
Kita semua kehilangan atas kepergian Bapak Yahya Muhaimin. Semoga amal kebaikannya diterima oleh Allah SWT. Aamiin.

Prof. Dr. Purnawan Basundoro, M.Hum.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU