Meluruskan Kiblat Kader IMM

author optikaid

- Pewarta

Senin, 14 Feb 2022 21:55 WIB

Meluruskan Kiblat Kader IMM

i

Meluruskan Kiblat Kader IMM

Oleh. Hasbullah
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Lampung

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi perkaderan dan juga organisasi otonom Muhammadiyah. Di mana kader merupakan bagian terpenting dari bergeraknya ikatan, ia dijadikan inti dari organisasi yang berperan sebagai ujung tombak gerak ikatan. Kader IMM adalah orang yang dapat diandalkan untuk mencapai berbagai tujuan ikatan dan bahkan persyarikatan. Ia akan siap, melakukan aktifitas ikatan yang luar biasa untuk kemajuan dan keunggulan ikatan.

Baca Juga: PK IMM UMG Gelar Kajian Antropologi Kampus: Kesadaran Kesetaraan Gender

Harus diakui bahwa, IMM memiliki latar belakang kader yang berbeda-beda serta memiliki potensi keahlian yang kaya dan beda juga tentunya. Ada yang memiliki potensi konseptor, mediator, eksekutor bahkan siap menjadi actor. Kader bagi ikatan diharapkan dapat mengisi ruang-ruang perjuangan keumatan, kebangsaan tentunya juga persyarikatan pada waktunya nanti. Maka ikatan harus memikirkan serta memiliki formula perkaderan yang tidak berhenti pada perkaderaan formal saja.

Hari ini, IMM masih tersibukkan dengan perkaderan formal saja dan lemah pada proses pendampingan setelahnya. Sehingga terjadi kader mencari sendiri identitas ikatan, sehingga kader memiliki tafsir sendiri terhadap panduan gerakan. Dari sinilah akan terlahir ada golongan dalam golongan, ada kelompok dalam kelompok, ada kepentingan dalam kepentingan dan usah untuk disatukan untuk kepentingan ikatan. Dampaknya adalah eksistensi kader ikatan menjadi buram dan tidak jelas, karena kaya tafsir perkaderan yang tidak sesuai dengan sistem perkaderan dan kebutuhan ikatan.

Kader, antara realita dan harapan
Lalu siapa kader itu? Kader itu adalah agen penting untuk mewujudkan tujuan organisasi. Kader merupakan sosok terpilih suatu organisasi atau dapat dibahasakan, bahwa dia adalah inti organisasi. Keberadaanya disiapkan untuk melanjutkan estafet dari gerakan organisasi agar jauh lebih baik dan bukan sebaliknya. Disebut sebagai kader jika ia telah melalui jenjang kaderisasi yang telah ditentukan dalam ikatan, tentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.

Kaderisasi menjadi sistem ikatan yang urgen, dalam rangka menghidupkan dan mengembangkan pemikiran serta gerak ikatan selanjutan. Maka keberhasilan dari kaderisasi bukan hanya akan melahirkan kader yang militan, kaderisasi juga akan menentukan kelanjutan dari organisasi terutama kepemimpinan. Maka kaderisasi itu bukan ada dalam hitungan waktu dan keadaan tertentu (DAD, DAM, dan DAP atau LID serta LIM). Kaderisasi itu terus menurus bejalan dalam setiap kegiatan serta aktifitas ikatan bahkan peryarikatan.

Secara realita, artikulasi atau tingkah laku elit kader hari ini kebanyakan pragmatis. Maksudnya, bahwa tingkah laku kader cendrung meingintegrasikan diri dalam struktur kekuasaan baik itu dalam konteks kepentingan senior dan atau politik kekuasaan saat itu. Dalam ruang seperti inilah, akan terkikis nilai-nilai idealisme serta pemikiran kritis. Sebab kader sudah terjebak pada prilaku dan pemikiran yang praktis dan pragmatis. Sehingga Orientasi yang ada dan berkembang hanya pada kepentingan jangka pendek dan kepentingan kelompok tertentu.

Baca Juga: Musycab IMM Bangkalan XV, Gaungkan Solidaritas dan Diaspora Kader

Dari sinilah, ikatan akan melahirkan kader yang tidak senang terhadap kritik, kaderisasi sebagai ajang perkembangbiakan pesanan dalam kepemimpinan, narasi yang disampaikan kosong tanpa makna dan jauh dari nilai kekuatan teori dan data. Hal ini akan menjadi ikatan sepi dari diskusi keilmuan, tak akan ada mimbar akademis, buku hanya menjadi pemanis dan yang mengerikan menjadi bom waktu penghancur ikatan. Sebab IMM belum menjadi rumah besar dalam menghidupkan nilai-nilai akademis, agamis dan humanis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kader IMM itu harus menjadi elit yang memiliki sifat moderat. Mengedepan kerja sama dan akomodatif terhadap pemikiran, tulisan dan gerakan. Mampu menyesuaikan dengan segala kebijakan baik itu persyarikatan maupuan pemerintah. Sebab diperjalanan sejarah kader IMM akan menjadi pemimpin persyarikatan dan juga menjadi pemimpin bangsa. Oleh karenanya, ikatan ini harus menumbhkan kader yang memiliki sikap proposional dengan tidak meninggalkan identitas sebagai mahasiswa yaitu sikap kritis. Sikap kritis yang di tampilakan tidak akan mengenal integrasi dan kooptasi diri terhadap kekuasaan pemerintah atau kelompok tertentu.

Kader IMM harus hadir dan tampil, menjadi kelompok intelektual untuk mengkritisi berbagai ketidakadilan dan atau ketimpangan sosial terlebih dalam ikatan dan persyarikatan. Dari sinilah, IMM harus menjadi organisasi yang melahirka kader yang memiliki sifat transformatif. Kader yang mampu dan siap berproses dalam pemberdayaan umat dan kemanusiaan serta bangsa dalam rangkan internalisi nilai-nilai kemuhammadiyah dan keIslaman.

Menafsir Pesan Dzajman
Ada pesan dari seorang Djazman Al Khindi (pendiri IMM) sangat menggeliti bagi saya dan mungkin kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang pernah membaca. Pesan beliau itu sering disampaikan: Saya sudah punya anggaran khusus untuk mendatangi undangan IMM. Jadi tidak usah berfikir untuk nyangoni saya. Saya Insya Allah pasti akan datang, berangkat sendiri menghadiri acara kalian. Ini adalah perkataan pendiri IMM, beliau adalah kader dan secara langsung beliau mengajarkan bagaimana cara merawat dan memuliakan kader Ikatan.

Baca Juga: Peduli Kualitas Kesehatan, Masyarakat AMM Gumeno dan IMM Gresik Beraksi

Ini adalah bahasa dan prilaku keteladan dari seorang kader sekaligus pendiri IMM. Secara langsung beliau mencontohkan dan menyampaikan bahwa, ikatan ini bukan tempat untuk membangkan diri dan dibanggakan oleh kader lain. Ikatan ini juga bukan untuk menciptakan senior yang selalu harus dihormati, dihargai dengan materi atau ditakuti. Ikatan ini adalah tempat berjuang, berkorban dan beramal dengan tidak memandang tempat, waktu dan keadaan. Karena yakinlah ikatan ini (IMM) akan memuliakan setiap kader yang juga menghidupakan dan membahanakan gerakannya.

Kader dalam pandangan Djazman adalah mereka yang juga berfikir, berbuat dan selalu siap jika ikatan memanggil untuk menggembirakan dan membahagiakan, tanpa membebani dan memberi beban, karena panggilan dari ikatan itu bernilai amal ibadah. Selain itu, seorang Djazman ingin menyampaikan bahwa seorang kader harus berani, mandiri, siap berbagi dan senantiasa ada untuk seluruh kader tanpa memilah dan memilih. Menafsir lebih lanjut pesan beliau, bahwa kader IMM merupakan kumpulan masyarakat utama yang selalu menyebarkan kemaslahatan, kemuliaan, dan kebermanfaat dengan tetap menggelar semangat pencerdasan, pembebasan dan pencerahan sebagaimana visi, misi dan tujuan dari persyarikatan.*

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU