Optika.id. Dr. Meithiana Indrasari, S.T., M.M, Ketua Stikosa-AWS (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya), menyatakan bahwa pelatihan untuk eks pekerja migran ini dapat memberi bekal kepada peserta untuk menjadi wirausahawan berbasis teknologi digital. Hal itu diungkapkan oleh Indrasari, selaku PIC (person in charge), saat sambutan pembukaan kegiatan pelatihan eks pekerja Migran, di Desa Batu Jai, Kecamatan Praya Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa 22/2/2022
Mereka ini kan dulunya pekerja migran, nah setelah kembali ke Indonesia mereka mau menjadi apa? Menjalankan usaha dan melakukan pemasaran digital bisa menjadi solusi untuk menekan angka pengangguran dan sekaligus ini merupakan upaya digital literasi baik secara teknologi maupun ekonomi, katanya.
Baca Juga: Kembangkan UMKM, Pemkot Adakan Pelatihan Creator Lab
Menurut Indrasari dengan mengikuti pelatihan ini diharapkan masing-masing peserta memiliki gambaran usaha yang dapat dipasarkan secara digital atau mengembangkan pemasaran dari usaha yang sudah dimiliki agar semakin luas jangkauan pemasarannya dengan memanfaatkan teknologi digital.
[caption id="attachment_16719" align="alignnone" width="300"] BPSDMP dan Stikosa-AWS Latih Eks Pekerja Migran Agar Jadi Wirausahawan Digital[/caption]
Pelatihan eks pekerja migran itu diselenggarakan oleh BPSDMP (Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian) Kementerian Komunikasi dan Informatika Surabaya bekerja sama dengan Stikosa-AWS. Pelatihan ini diselenggarakan di Desa Batu Jai Kecamatan Praya Barat, Nusa Tenggara Barat. Pelatihan diselenggarakan secara simultan mulai 22-25 Februari 2022. Pelatihan selama 4 hari itu diselenggarakan di 6 Kecamatan di Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat.
BPSDMP dan Stikosa-AWS melakukan pelatihan Bersama tentang kewirausahaan berdasarkan teknologi digital terhadap eks pekerja migran dari Malaysia. Ada 3 target kabupaten yang dirambah yaitu Magetan, Pamekasan, dan Lombok Tengah.
Suprihatin, salah seorang instruktur yang bertugas memberikan materi di desa tersebut, menyatakan bahwa warga cukup antusias mengikuti pelatihan meski mereka mengakui ada banyak kendala untuk memulai usaha. Misalnya ketersediaan modal, kendala perangkat/sumber daya, dan kendala teknologi.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Upayakan Tambah Sejumlah UMKM di Sektor Mamin
Saya nggak punya modal bu. Karena pulang dari Malaysia sudah tahun 2018 sudah habis tabungannya tutur Hirpan, pria berusia 34 tahun yang dulunya bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di negeri Cina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara Miate, perempuan berusia 38 tahun mantan pekerja migran di perusahaan elektronik di Malaysia mengatakan bahwa ia sudah memiliki usaha toko online namun masih kecil-kecilan.
Keluguan para peserta menjadikan suasana pelatihan menjadi menarik dengan tawa anda di antara materi dan tugas-tugas praktik yang diberikan.
Ibu saya ini sekarang cuma bertani, lalu mau berjualan online apa? Rasanya kok tidak mungkin? begitu pertanyaan Ase Suhendra peserta yang semula menjadi pekerja migran di Arab Saudi.
Baca Juga: Cawapres 02 Janjikan 19 Juta Lapangan Kerja dari UMKM Hingga 5 Juta Green Jobs
Menemui pertanyaan-pertanyaan lugu semacam ini instruktur juga mengemban tanggung jawab membantu para peserta mendapatkan ide kreatif mampu menjadi wirausahawan dengan modal seminim mungkin. Hal ini dapat dilakukan cukup dengan bekal gawai yang mereka miliki dan kuota internet. Yang jelas, di hadapan internet setiap orang memiiki kesempatan yang sama, kemauan dan usaha terus meneruslah yang akan membedakannya.
Tulisan Aribowo
Editor Amrizal Ananda Pahlevi
Editor : Pahlevi