Mengungkap Penyebab Harga Kedelai Mahal

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 23 Feb 2022 23:29 WIB

Mengungkap Penyebab Harga Kedelai Mahal

i

Mengungkap Penyebab Harga Kedelai Mahal

Optika.id - Para pengrajin tahu dan tempe kembali melakukan aksi mogok produksi. Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) menyatakan jika mogoknya produsen tempe tahu ini bukan hal baru, mlainkan rutin setiap tahun. Langkah tersebut selalu dilatarbelakangi oleh melambungnya harga kedelai, bahan baku pembuatan utama dari tahu dan tempe.

"Ini seperti de javu, ya. Dari polemik kenaikan kedelai saat ini sama dengan posisi Januari 2021. Jadi, pemerintah sendiri tidak bisa mengendalikan harga kedelai yang masuk ke Indonesia," ucapnya kepada Optika.id, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga: Tahu Harga Kedelai Mahal, Armuji Berusaha Cari Jalan Keluar

Menurut Bhima, ada beberapa faktor yang memengaruhi di antaranya adalah meningkatnya permintaan, inflasi di Amerika Serikat (AS) yang naik serta biaya logistik yang membengkak, khususnya selama pandemi ini.

Dirinya menerangkan jika permintaan global atas kedelai tersebut melonjak karena mulai massif dimanfaatkan sebagai alternatif menggantikan minyak sawit khususnya negara Eropa, Amerika Serikat, dan Amerika Latin.

Sementara itu, China semakin gencar dalam memanfaatkan kedelai sebagai pakan ternak. Hal ini dinilai lebih faktor eksternal yang lebih bermain. 

"Sementara, ketergantungan impor di Indonesia cukup parah dan tidak pernah ada upaya serius melakukan substitusi impor kedelai dengan mendorong produksi kedelai nasional," imbuh dia.

Guna meredam gejolak harga kedelai, Bhima mengusulkan tindakan khusus yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya yakni memanggil importir kedelai dan menekan produsen guna melakukan kontrak jangka panjang.

Solusi lainnya adalah memberikan subsidi kepada para pengrajin tahu dan tempe. Tujuannya yakni mencegah mereka mogok produksi mengingat tahu dan tempe merupakan sumber protein alternatif yang terjangkau bagi masyarakat kelas bawah.

Baca Juga: Kadin Jatim: Pemerintah Kurang Serius Wujudkan Swasembada Kedelai Nasional

"Yang terakhir, saya usulkan untuk kedelai ini harus jadi perhatian penting, jangan sampai ada penimbunan dan manipulasi dari para importir, khususnya menjelang bulan Ramadan dan Lebaran yang tinggal menunggu beberapa bulan," tegasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Secara terpisah, Direktur Program INDEF, Esther Sri Astuti menerangkan kunci untuk meredam gejolak kedelai yang sekarang terjadi ialah dengan menyediakan bibit unggul dan menjamin ketersediaan pupuk.

Berikutnya adalah bimbingan teknis dan sekolah lapang bagi petani agar produksi kedelai semakin melimpah dan berkualitas, peningkatan teknologi pascapanen, menjamin harga stabil saat panen, serta menyediakan ketersediaan akses ke pasar dan finansial bagi petani.

Seperti Bhima, Esther mengakui, kejadian saat ini kan bukan pertama kalinya. Namun, sudah lama dan sering berulang. 

"Kenapa hal ini selalu terjadi? (Karena) kurang stok secara berkala dan Indonesia selalu bergantung pada impor kedelai. Iya, karena ada rent seeking, ada fee yang diperoleh dari setiap kilogram kedelai yang diimpor. Jadi, masalah impor kedelai dan bahan pangan lainnya tidak akan diselesaikan," bebernya.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU