Fadli Zon Setuju Jokowi Bisa Tengahi Konflik Rusia-Ukraina

author Seno

- Pewarta

Minggu, 27 Feb 2022 18:19 WIB

Fadli Zon Setuju Jokowi Bisa Tengahi Konflik Rusia-Ukraina

i

images - 2022-02-27T111517.642

Optika.id - Politisi Partai Gerindra, Fadli Zon setuju hanya Presiden Joko Widodo yang bisa menengahi konflik antara Rusia dan Ukraina yang kini tengah berlangsung.

Pernyataan Fadli Zon ini muncul menyusul ungkapan pakar hubungan internasional dari Universitas Padjajaran (Unpad), Teuku Rezasyah.

Baca Juga: KTT Ukraina Terus Mengupayakan Konsensus, Tapi...

Teuku Rezasyah mengatakan, Indonesia bisa menjadi negara yang bisa menengahi perang Rusia dan Ukraina.

Dia menyebut, posisi Indonesia harus berada di tengah-tengah namun haru kaya dengan ide-ide.

"Di tengah harus kaya dengan ide-ide. Nggak bisa mengatakan diam di tengah-tengah, tapi angin berhembus kencang dari depan, belakang dan kiri-kanan," ujarnya beberapa waktu yang lalu.

Dikatakannya, saat ini hanya Indonesia yang bisa diharapkan untuk memberikan jalan bagi konflik dua negara di Eropa itu.

"Sekarang hanya Indonesia yang bisa diharapkan, memberikan jalan tengah atau jalan yang bisa mengakhiri tanpa adanya keruwetan lebih lanjut," katanya.

Merespons hal tersebut, Fadli Zon yang juga Anggota DPR RI ini mengungkapkan bahwa dirinya setuju dengan analisa tersebut.

"Saya setuju, hanya P @jokowi yg bisa menengahi perang Rusia-Ukraina," kata Fadli Zon dalam cuitan di Twitter @fadlizon dikutip Optika.id, Minggu (27/2/2022).

Dia pun meminta agar Presiden Jokowi segera melakukan langkah tersebut berkaitan dengan perang Rusia dan Ukraina yang kian memanas.

"Ayo mainkan Pak," tegas Fadli Zon.

Ini Dampak Ekonomi Bagi Indonesia

Sementara itu, perang antara Rusia dan Ukraina disinyalir bisa berdampak pada situasi global. Indonesia diprediksi pun bisa terdampak dari sisi perekonomian.

Pengamat militer dari intelijen Susaningtyas Kertopati mengatakan pemerintah Indonesia patut mewaspadai dampak perang Rusia-Ukraina bagi perekonomian Indonesia.

Sejumlah langkah strategis harus disiapkan secara matang mengantisipasi kemungkinan terburuk bagi kondisi sosial-politik di Indonesia, kata Susaningtyas, Minggu (27/2/2022).

Jadi efek dominonya yang paling penting adalah harga pangan impor naik diikuti kenaikan barang lokal, biaya logistik melonjak, harga BBM menanti subsidi yang lebih besar, lonjakan harga minyak tak dapat dihindari.

Baca Juga: Rusia: Ukraina Kembali Serang dengan Drone dan Rudal

Selain antisipasi di dalam negeri, kata dia, Indonesia juga harus waspada kemungkinan negara tertentu mengambil kesempatan ketika dunia internasional sibuk menghadapi Rusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Gelar operasi militer di Laut Natuna Utara harus tetap dilaksanakan. Jangan sampai terjadi serangan mendadak yang dapat merugikan pertahanan Indonesia, jelas Nuning, sapaan Susaningtyas Kertopati.

Hal penting lainnya, kata dia, pemerintah Indonesia harus segera mengevakuasi WNI yang berada di Ukraina.

Nuning menjelaskan, perang antara Rusia melawan Ukraina meletus seperti banyak diperkirakan oleh para pakar dan pengamat. Konflik menahun sejak wilayah Ukraina di Krimea diduduki Rusia pada tahun 2014 berujung serbuan Rusia di bagian Timur Ukraina.

NATO dipimpin Amerika Serikat ternyata gagal melaksanakan diplomasi pertahanan untuk mencegah perang. Kepentingan NATO juga belum tentu dibuktikan untuk membela Ukraina sebagai salah satu anggotanya, tuturnya.

Sejak 2014, kata Nuning, NATO tidak memberikan reaksi yang proporsional terhadap Rusia. Strategi pendangkalan NATO juga tidak efektif mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer secara masif.

Menurut dia, perang yang terjadi di Balkan saat ini masuk dalam kategori perang asimetris dari perspektif ilmu Pertahanan.

Rusia adalah kekuatan yang superior dan Ukraina adalah kekuatan yang inferior. NATO berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina yang secara geografis berbatasan langsung dengan Rusia.

Baca Juga: Fadli Zon: Siaga Tempur di Papua Perlu Kesatuan Sikap dari Pemerintah

Perbandingan kekuatan militer dan anggaran perang jelas dimiliki Rusia. Di atas kertas Rusia pasti ingin melaksanakan perang dalam waktu secepat-cepatnya sementara Ukraina pasti melancarkan perang berlarut, kata Nuning.

Sejarah juga menunjukkan, kekuatan superior, seperti Rusia ternyata kalah di Afghanistan. Amerika Serikat juga kalah di Vietnam dan Afghanistan.

Dengan demikian ada beberapa skenario yang dapat ditempuh dunia internasional untuk mengakhiri perang.

Pertama, kata Nuning, gencatan senjata dan turun tangannya PBB. Kedua, NATO mengerahkan kekuatan penuh mengalahkan Rusia dan memukul Rusia di wilayahnya sendiri. Ketiga, Ukraina menang perang berlarut.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU