Kenapa Indonesia Mesti Berpihak pada Rusia?

author optikaid

- Pewarta

Selasa, 08 Mar 2022 13:00 WIB

Kenapa Indonesia Mesti Berpihak pada Rusia?

i

Kenapa Indonesia Mesti Berpihak pada Rusia?

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="137"] Ruby Kay[/caption]

Dalam perspektif hubungan internasional, sejatinya gak ada kata netral. Sebuah negara mesti memilih mau ikut kekuatan yang mana. Tentu sebelum memutuskan memilih faksi A atau B, perlu dianalisa secara seksama manfaat dan mudharatnya.

Baca Juga: KTT Ukraina Terus Mengupayakan Konsensus, Tapi...

Sebagai orang yang menempuh pendidikan dan berkarir dalam lingkungan militer, SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) paham betul betapa gak enaknya diembargo oleh AS (Amerika Serikat). Indonesia pernah diberi sanksi embargo oleh uncle Sam dari tahun 1999 hingga 2005, karena dianggap melakukan pelanggaran HAM berat di Timor Timur.

Apa akibat dari embargo AS? 90% pesawat tempur yang dimiliki TNI AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara) saat itu mangkrak. Suku cadang alutsista gak bisa diperoleh, akhirnya TNI melakukan kanibalisasi. Bisa dikatakan, periode 1999-2005 itu, kekuatan militer Indonesia benar-benar lemah.

Menyadari bahwa AS suka semena-mena dalam menerapkan sanksi embargo, SBY melirik Rusia sebagai alternatif untuk membeli alutsista. Dengan berbagai lobi tingkat tinggi, Rusia memberikan jaminan tidak akan melakukan embargo terhadap militer Indonesia. Maka tak lama kemudian ditahun 2006, SBY berangkat ke Moscow untuk menandatangani pembelian 1 skuadron pesawat tempur Sukhoi SU-30MK. Tercanggih pada saat itu.

Pembelian pesawat tempur made in Rusia ini sebenarnya sudah mulai dilakukan dimasa pemerintahan Megawati. Tahun 2003, pemerintah RI (Republik Indonesia) membeli 4 pesawat Sukhoi SU-27 Flanker dan helikopter tempur tipe MI-35 dari Rusia dengan mekanisme imbal dagang. Yup, pesawat dan helikopter itu dibarter dengan komoditas pertanian Indonesia. Bisa dikatakan, Megawati membuka jalan bagi kerjasama militer yang lebih besar antara Indonesia dan Rusia.

Kenapa Megawati dan SBY memilih membeli alutsista dari Rusia? Walau bertengkar sampai gak teguran bertahun-tahun, mereka berdua memiliki kesamaan visi tentang perlengkapan militer RI. Rusia dipilih karena memberi jaminan tidak akan memberi sanksi embargo. Rusia gak akan ikut campur dengan kebijakan politik dalam dan luar negeri Indonesia. Mau alutsista made in Rusia itu dipakai buat nyerang Australia kek, China kek, Papua Nugini kek, Rusia akan pejam mata pura-pura buta. Dan jaminan ini sudah diberikan Rusia sejak tahun 2011.

Siapa yang tidak senang mendapat komitmen dari penjual seperti itu? Ibarat kita pergi ke showroom mobil, lalu pihak ATPM memberi syarat yang memberatkan. "Silahkan beli mobil gue, tapi hanya boleh digunakan untuk mengunjungi rumah ibadah, tamasya bersama keluarga. Gak boleh dipake untuk mengunjungi panti pijat atau digunakan maksiat. Jika ketahuan, lu gue pastikan gak bakal bisa peroleh suku cadangnya dibengkel manapun!"

Baca Juga: Rusia: Ukraina Kembali Serang dengan Drone dan Rudal

Kira-kira mau gak kalau beli mobil tapi ada syarat seperti itu? Tentu tidak. Mau mobil itu dipake untuk usaha, urusan keluarga atau selingkuh sekalipun itu semua menjadi urusan pribadi pihak pembeli. Gak ada sangkut paut dengan penjual lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nah, AS saat menjual alutsistanya dengan Negara manapun selalu menerapkan term and condition yang terbilang rumit. Mereka menjual pesawat tempur ke Arab Saudi sambil mewanti-wanti, "F-18 ini jangan dipake buat nyerang Israel ya bray. Kalau dipake buat nyerang Iran atau Yaman, silahkan. Suka-suka lu aja mau ngancurin dua negara itu"

Jelas ya, bahwa sebagai negara berkembang yang belum bisa memproduksi pesawat tempur sendiri, Indonesia mesti memilih. Negara mana yang sekiranya lebih enak diajak kerjasama dalam bidang militer? Dan hanya ada 2 faksi kekuatan militer didunia ini, AS atau Rusia?

Megawati membuka jalan hubungan militer Indonesia dengan Rusia. SBY melanjutkan dan menseriusi apa yang telah dirintis oleh Megawati. Jangan sampai Jokowi malah menghancurkan. Ingat, bahwa kerjasama militer antar Negara tak hanya tentang transaksi bernilai ratusan miliar dollar. Lebih dari itu, ini semua menyangkut kepercayaan.

Baca Juga: Sekjen PBB Mengecam Serangan Rusia yang Menewaskan 40 Warga Ukraina

Jika Putin menilai Jokowi mencla-mencle, kebijakannya tidak linier dengan pendahulunya, maka Indonesia bisa ditinggalkan baik oleh AS maupun Rusia. Lalu kenapa Indonesia ikut menyetujui resolusi PBB terhadap Rusia? Ini sama saja merusak hubungan baik RI-Rusia yang sudah terjalin mesra sejak jaman Megawati dan SBY.

Watch your step Mr. Jokowi, hati-hati memilih bestie, jangan sampai kepeleset seperti si Zelensky. Ukraina diserang Rusia, ditinggalkan pula oleh Amerika dan sekutunya. Itu namanya sudah jatuh tertimpa tangga.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU