Hijab Buat Nenek

author optikaid

- Pewarta

Sabtu, 02 Apr 2022 14:52 WIB

Hijab Buat Nenek

i

Hijab Buat Nenek

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="193"] Ruby Kay[/caption]

Menjelang tidur, istri bertanya sebuah hal yang mengganjal dalam pikirannya. Setelah gue jelaskan panjang lebar, baru dia merasa puas dan bisa tertidur lelap.

Baca Juga: Kartini Zaman Now

Tapi gue sendiri belum bisa terpejam. Maka ada baiknya dialog suami istri tadi dijadikan tulisan mumpung mata masih segar.

Beberapa hari yang lalu, istri mendengar ceramah seorang ustadzah ternama via Youtube. Si ustadzah mengeluarkan statement kalau nenek-nenek yang sudah tua renta gak lagi diwajibkan berhijab. Hal inilah yang menjadi ganjelan di hati istri.

Baiklah. Tanpa bermaksud mendiskreditkan perempuan yang belum berhijab, pertanyaan seputar syariat mesti dijawab tegak lurus. Perkara seseorang sudah berhijab atau belum tidak menjadikan gue berhak menilai akhlaknya. Tetap respect dengan semua perempuan, baik yang sudah atau belum menutup aurat.

Kita akui saja bahwa perkara hijab bagi muslimah hukumnya wajib. Ia tidak mengenal usia, bentuk fisik ataupun persepsi manusia dalam menilai seksualitas. Perempuan yang sudah mengalami menstruasi diwajibkan untuk menutup aurat. Haid menjadi sinyal bahwa organ reproduksi perempuan telah siap untuk berkembang biak. Secara biologis, sirkulasi datang bulan menjadi pertanda kalau rahim sudah bisa menjadi tempat perkembangan zigot yang terbentuk dari pembuahan sel telur oleh sperma.

"Kenapa sih Islam seperti ngotot banget mewajibkan muslimah berhijab? Yang sudah tua renta boleh dong tak berhijab. Masak ada pria yang masih bernafsu dengan nenek-nenek keriput?"

Nah! Ustadzah tadi kelirunya disini. Syariat tak bisa menggunakan persepsi pribadi. Walau kita masih berbuat dosa setiap hari, jika bicara hukum Islam mesti tegak lurus. Makanan dan minuman yang bisa merusak kesehatan, tidak toyyib, jelas haram. Jika ada ustad atau kyai yang masih ngotot membolehkan rokok, itu cuma penyangkalan, sekedar berusaha mencari pembenaran. Gue perokok aktif, paham betul bahwa nikotin adalah zat adiktif yang bersifat destruktif. Rokok tak seperti susu atau madu yang bisa dikonsumsi balita hingga kakek nenek. Jika rokok itu baik, apa ada orang tua yang tega menghembuskan asap rokok kewajah anaknya?

"Sini nak papa kasih asap rokok, sangat baik buat kecerdasan otak karena banyak mengandung vitamin"

Apa ada bapak-bapak atau emak-emak yang seperti itu? Jelas tidak. Perkara mengkonsumsi barang haram adalah dosa, itu sudah disadari oleh manusia sejak dulu kala. Hanya kita saja yang suka berkelit mencari pembenaran.

Perkara hijab hendaknya kita samakan dengan rokok. Muslimah gak berhijab ya berdosa. Merokok juga berdosa. Sadari satu hal bahwa syariat tak bisa ditarik ulur, tak bisa diamandemen seperti Undang-undang Dasar 1945. Akui saja secara gentleman bahwa kita ini pendosa. Itu jauh lebih baik daripada mencoba berkelit dari firman Tuhan.

Menurut syariat Islam, nenek-nenek keriput yang giginya sudah ompong sekalipun tetap diwajibkan menutup aurat. Syariat berhijab tak pernah memberi kelonggaran berdasar faktor usia atau penampilan fisik. Gemuk, kurus, seksi atau tidak, cantik atau tidak, semua itu cuma persepsi ciptaan manusia. Sadari bahwa Allah SWT lebih tahu manusia dibanding manusia itu sendiri.

Aturan ini bakal dianggap lucu oleh orang-orang berpaham liberal. Padahal pikiran mereka saja yang dangkal. Jika dianalisa secara seksama berdasar kajian ilmu biologi dan psikologi, maka akan ditemukan jawaban kalau kewajiban berhijab bagi muslimah itu logis dan bisa dinalar.

Baca Juga: Setetes Air

Pria memang ditakdirkan untuk menyukai lekuk tubuh kaum hawa. Bentuk payudara, penampakan paha, ketiak, bibir merah merona, hingga rambut yang dibiarkan tergerai bergelombang menjadi stimulan kaum adam untuk melakukan hubungan seksual. Tanpa itu semua maka kelamin pria tak bisa ereksi. Bagaimana mau melakukan pembuahan jika penis tak bisa berdiri?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mohon jangan anggap tulisan ini porno, tapi fakta biologisnya memang begitu. "Ah, lu aja yang gak bisa kontrol nafsu bro. Masak lihat rambut perempuan aja bisa membangkitkan libido?"

Coba abaikan egoisme, kedepankan ilmu. Secara psikologis, perspektif pria melihat wanita itu berbeda-beda. Ada laki-laki yang tertarik dengan wanita kurus atau gemuk. Ada laki-laki yang lebih tertarik dengan wanita berusia 50 tahun keatas. Namun adapula bapak-bapak yang hasrat seksualnya lebih menyukai perempuan usia belasan tahun.

Persepsi pria dalam menilai kecantikan saja berbeda-beda. Bule menganggap wanita berkulit coklat tua itu eksotis. Sedangkan pria Indonesia pada umumnya lebih tertarik dengan wanita berkulit putih bersih, berhidung mancung seperti perempuan Uzbekistan. Perempuan yang dianggap pria Indonesia tidak cantik, tapi dimata pria-pria arab, yang tidak cantik tadi terlihat menawan. Semua itu menjadi bukti tak terbantahkan kalau "cantik" itu relatif.

Perempuan tercipta sebagai objek rangsangan seksual kaum pria. Kaum hawa bisa jadi tak terlalu peduli jika melihat penampakan perut buncit inspektur Vijay. Tapi jika Aishwarya Rai menari dengan memakai baju sari, percayalah hal itu bisa membangkitkan libido seorang pria diluar sana.

Manusia tak bisa membatasi variabel yang bisa merangsang seksualitas pria. Nenek-nenek yang sudah keriput sekalipun bisa terlihat menawan dimata seorang pria. Makanya tak perlu heran jika ada remaja belasan tahun yang menikah dengan wanita berusia lanjut. Subjektifitas kita biasanya akan langsung menjustifikasi kalau brondong tadi menikah karena harta. Padahal belum tentu. Bisa jadi remaja itu memang suka dengan perempuan yang usianya jauh lebih tua.

Baca Juga: Dimulai dari Ide, Teknis Menulis Novel

Paham ya, bahwa variabel yang membuat seorang pria menyukai wanita begitu beragam. Maka dari itu Allah SWT memerintahkan kepada tiap muslimah untuk berhijab menutup aurat. Karena sebagai objek seksualitas kaum Adam, perempuan sangat rentan menerima pelecehan.

Lagipula tidak semua pria bisa mengontrol libido. Sebagian pria bisa menundukkan pandangan, namun yang matanya jelalatan jauh lebih banyak. Jangankan fisik, desahan nafas perempuan pun bisa membangkitkan rangsangan.

Apa dengan kodrat itu perempuan mau menyalahkan laki-laki? Wong sudah menjadi ketetapan sang Khalik, mau bagaimana lagi? Jika laki-laki tak memiliki nafsu dan obsesi terhadap perempuan, maka eksistensi manusia dimuka bumi lama-lama bisa punah. Pria terhormat sebisa mungkin menjaga prilakunya didepan perempuan. Tapi kalau digoda, yang sudah naik haji pun bisa menggadaikan iman.

Begitulah syariat, ia tak bisa ditarik ulur sesuai persepsi atau keinginan manusia. Mengulasnya mesti berlepas diri dari prilaku kita sebagai manusia. Yang penting sadari satu hal, bahwa aturan dan ketetapan Allah SWT wajib diterima sebagai bagian dari keimanan. Perkara akhlak tiap individu tentu menjadi ranah pribadi. Kita hanya pendosa yang berharap ampunan Nya setiap hari.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU