Mlungsungi Terpimpin

author optikaid

- Pewarta

Senin, 18 Apr 2022 19:20 WIB

Mlungsungi Terpimpin

i

Mlungsungi Terpimpin

[caption id="attachment_9445" align="alignnone" width="150"] Prof. Ir. Daniel Mohammad Rosyid, M.Phil., Ph.D., MRINA[/caption]

Sabtu sore kemarin saya dan istri bertandang menemui Cak Nun di kediaman keluarga beliau di Menthuro, Sumobito, Jombang. Kami tidak menyangka bahwa petangnya ada pementasan Drama Mlungsungi oleh Teater Reriungan Jogya yang beranggotakan 92 orang pada sesi Padhangmbulan yang diselenggarakan pada setiap bulan purnama. Usai tarawih, diawali dengan shalawatan, diiringi oleh musikalitas Kyai Kanjeng, membersamai ribuan jamaah yang lesehan di sekitar plataran rumah keluarga Cak Nun malam itu kami berdua tercerahkan oleh tesis Mlungsungi yang ditulis Cak Nun. Ummat Islam yang setiap tahun sukarela berpuasa oleh Cak Nun dilihat bukan sekedar ular sedang berganti kulit, tapi seperti ulat yang bermetamorfosis menjadi kepompong lalu kupu2.

Baca Juga: Mengapa Orang Madura Senang Bermigrasi?

Bangsa ini perlu *mlungsungi terpimpin* agar bisa selamat menghadapi penipuan berkelanjutan nekolimik yang sudah lama menggerogoti negeri kepulauan ini hingga hari ini. Yang terjadi sejak Cornelis de Houtman datang ke Nusantara sesungguhnya *bukanlah penjajahan, tapi serangkaian penipuan* melalui berbagai kesepakatan dagang yang direstui oleh segelintir elite bangsa ini. Dulu itu dilakukan oleh VoC melalui perjanjian Bongaya, dan Giyanti, lalu setelah bangkrut melawan P. Diponegoro dilakukan oleh Kerajaan Belanda melalui Konferensi Meja Bundar, lalu kemudian oleh WTO, IMF, the World Bank hasil kesepakatan Brettonwoods. Salah satu instrumen penipuan itu adalah *skema kemitraan swasta dan negara* yang dengan keren disebut _private-public partnership_ dengan skema G2G ataupun B2B demi kemudahan investasi asing. Penipuan mutakhir adalah melalui UU Omnibus Law Cipta Jongos.

Lakon drama *Mlungsungi* dalam sesi _self organized learning environment_ Padhangmbulan tadi malam itu _nyemoni_ agar sebaiknya negara Republik Indonesia ini dikelola sebagai _Indonesia Incorporated_ saja, bak perusahaan swasta yang mengelola jutaan hektar lahan sawit di Sumatra, ratusan ribu hektar lahan tambang di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara. Dengan adopsi rangkaian konsep _new public management_, hingga _reinventing government_ itulah *investasi menjadi instrumen terbaru invasi asing* ke negeri ini. Semua proyek liberalisasi _iblisy_ ini dimungkinkan sejak Orde Baru terobsesi oleh pertumbuhan ekonomi, lalu dengan UU Penanaman Modal Asing, secara perlahan pengelolaan sumberdaya alam kita diserahkan pada perusahaan-perusahaan, termasuk perusahaan asing. Kini China adalah mitra investor asing terpenting Pemerintah selama 10 tahun terakhir.

Sementara itu sektor kemaritiman _by design_ tetap dibiarkan menjadi sektor yang terbelakang yang _undermanaged if not dismanaged_. Perlu dicatat, bahwa melalui penguasaan jaringan angkutan lautnya lah Belanda berhasil mengalirkan rempah-rempah dan berbagai produk agromaritim Nusantara untuk dikirim ke seluruh dunia selama ratusan tahun sehingga VoC menjadi kongsi dagang terbesar di dunia dalam sejarah. Seiring dengan kehengkangan Belanda sejak KMB 1949, *negeri ini gagal membangun kembali pemerintahan di laut yang efektif*. Menkomarinvest tampak sibuk sekali *mengurus hampir semua urusan kecuali urusan maritim*. Untuk melindungi segenap bangsa dan tanah air Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sektor kemaritiman yang kuat dan efisien adalah kunci. Menjadi negara maritim adalah _a geostrategic default_ bagi negara kepulauan seluas Eropa ini.

Baca Juga: Al-Jahiz Menulis Praktik Homoseksual Dalam Islam

Sindiran halus Cak Nun agar negeri ini dikelola sebagai perusahaan melalui lakon Mlungsungi tadi malam mengusulkan agar seluruh anak bangsa melakukan sebuah reformasi akal, mental, dan spiritual yang dipimpin oleh Jokowi sendiri di Republik ini. Jika konstitusi adalah percerminan akal, mentalitas dan spiritualitas sekaligus pernyataan kemerdekaan bangsa ini, maka ini disebut sebagai *reformasi konstitusi*. Upaya reformasi konstitusi sudah pernah beberapa kali dicoba sejak 1950 namun terus gagal mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Mungkin Mlungsungi Terpimpin ini semacam *Reproklamasi* sebuah negara merdeka yang baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

_Wa Allahu a'lam bish showaab_.

Baca Juga: Gamelan Jawa Mengarungi Gelombang Sejarah

Gunung Anyar, 17 April 2022

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU