Optika.id - Ermiko Effendi, Ketua Tim Ekspedisi Bengawan Solo 2022, dalam zoom meeting pada Sabtu (16/4/2022) mengatakan bahwa sasaran besar kegiatan ini adalah target peduli Lingkungan, Sosial dan Ekonomi. Mengingat aliran Bengawan Solo secara historis, cultural dan natural telah menjadi tumpuan kehidupan sejak berjuta-juta tahun lalu.
Ke depan sungai Bengawan Solo masih akan menjadi sandaran hidup manusia. Karenanya, menjadi kewajiban semua pihak untuk menyadari akan pentingnya menjaga ekologi Bengawan Solo.
Baca Juga: Samuel Koperberg dan Budaya Jawa
Tidak ketinggalan juga pentingnya mengolah dan memanfaatkan Bengawan Solo untuk kesejahteraan masyarakat tanpa harus merusaknya," tambah Ermiko, aktivis Stand Up Paddle Indonesia.
Menurutnya Ekspedisi Bengawan Solo 2022 adalah upaya untuk memetakan dan mengidentifikasi kembali potensi, tantangan dan harapan dari Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa. Bisa jadi, ekspedisi ini berbeda dari Ekspedisi yang pernah dilakukan sebelumnya.
Kali ini, Ekspedisi Bengawan Solo 2022 selain bertumpu pada alasan lingkungan (nature), juga berorientasi pada sejarah (history) dan budaya (culture), yang kesemuanya berujung pada pemanfaatan Bengawan Solo demi peningkatan kesejahteraan masyarakat (wefare and economy)
[caption id="attachment_23142" align="alignnone" width="300"] Temuan benda kuno di Bedanten. (Nanang)[/caption]
Secara fisik ekspedisi ini dilakukan dengan mengarungi Bengawan dengan menggunakan papan selancar yang didayung sambil berdiri atau bahasa kerennya Standing Up Paddling.
Stand Up Paddling ini relatif olahraga baru di Indonesia. Dikutip dari kompas.com bahwa Stand Up Paddle kian populer setelah, kala itu (Kabinet Kerja 2014-2019), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, mengajukan tantangan paddle pada Mark Zuckerberg dengan harapan imbalan berupa saham Facebook.
Sejak itu banyak sekali wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia membawa Inflatable Stand Up Paddle Board dan memainkannya di pantai-pantai indah di berbagai destinasi di Indonesia.
Sejatinya tidak ada Kekhususan pada olahraga Stand Up Paddle. Hanya saja olahraga ini sedikit unik. Jika olahraga dayung jamak dilakukan dalam posisi duduk atau menggunakan lutut sebagai tumpuan, maka dalam Stand Up Paddle, posisi mendayung dilakukan dengan berdiri layaknya berselancar (surfing)," jelas Ermiko, yang juga sebagai penggemar olah raga stand up paddle.
Menyongsong Kejuaraan Dunia Stand Up Paddling
Olahraga ini memang belum terlalu familiar di masyarakat Indonesia, tapi sangat menjanjikan untuk dilakukan dan dikembangkan di Bengawan Solo karena ini memadukan olahraga dengan keindahan alam yang kaya nilai budaya dan sejarah.
Indonesia sebagai negara kepulauan sungguh kaya akan keindahan alam yang berbasis air. Selain laut juga ada sungai. Contohnya Sungai Bengawan Solo. Olahraga alam Stand up Paddle di Bengawan Solo akan menjadi perpaduan harmonis antara olahraga alam dan wisata, maka jadilah Sport Tourism.
Bengawan Solo tidak hanya indah, tetapi juga kaya akan nilai peradaban, budaya dan sejarah. Ketika wahana Bengawan Solo belum populer sebagai wahana Sport Tourism, maka olahraga Stand Up Paddling yang diusung dalam Ekspedisi Bengawan Solo 2022 akan menjadi pintu masuk pengembangan dan pemanfaatan Bengawan Solo sebagai wahana wisata olahraga
Sementara itu menurut pemandu wisata Jakarta, Bayu Prasetya Jati, yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Bengawan Solo 2022, kualitas air Bengawan Solo jika dibandingkan dengan air sungai sungai di daratan Eropa, memang tidaklah sejernih disana yang airnya berasal dari lelehan es di gunung gunung, yang umumnya terjadi pada musim semi.
Kualitas air sungai di Eropa berbeda dengan kualitas air di Bengawan Solo, yang airnya berwarna coklat, tetapi diakuinya bahwa sungai Bengawan Solo memiliki nilai peradaban, sejarah dan budaya yang luar biasa. Karenanya, wisata alam di Bengawan Solo harus didukung dengan pengembangan sejarah dan budaya, yang memang teruntai di sepanjang Bengawan.
Untuk itu, dibutuhkan kreativitas dan inisiatif warga untuk menciptakan wahana wahana wisata baru yang berbasis perpaduan olahraga, sejarah dan budaya di Bengawan Solo. Ini akan menjadi potensi dan aset kel depan.
Baca Juga: Selama 10 Tahun Kota Surabaya Tidak Punya Wali Kota
Tidak salah kiranya jika Ekspedisi Bengawan Solo 2022 dengan menggunakan papan selancar (surf board) sambil berdiri (Stand Up Paddling) mendapat perhatian Ketua stand up paddle Indonesia, Heriyanto. Menurutnya, secara tampilan olahraga ini unik karena menggunakan papan selancar yang didayung sambil berdiri (stand up paddle). Apalagi olahraga alam ini sedang menjadi perhatian dunia. Tahun 2023 akan ada kejuaraan dunia (World Beach Games) Stand Up Paddle di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ekspedisi Bengawan Solo 2022 dengan Stand Up Paddle ini menjadi ajang promosi potensi wisata Cultural and Ecologycal Based Sport Tourism," tambah Heriyanto.
Mengangkat Potensi Sejarah
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Jawa Timur, Prof. Purnawan Basundoro, yang juga Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga juga mendukung kegiatan Ekspedisi ini. Ia berharap ekspedisi ini bisa membuka tabir sejarah peradaban pulau Jawa sehingga berdampak pada daerah daerah yang dialiri Bengawan.
Stakeholder harus mendapatkan manfaat dari aspek historis Bengawan Solo," kata Basundoro yang juga sebagai sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Surabaya.
Agar Bengawan Solo dengan segala potensi yang dimilikinya bisa memberi manfaat kepada warga, maka warga juga harus kreatif dan inovatif dalam mengolah potensi dasar Bengawan Solo sehingga bisa mendatangkan keuntungan tanpa harus merusaknya.
Dari sekian desa-desa yang dilewati Bengawan Solo, ada beberapa desa yang pernah diberi status Sima oleh Raja Majapahit pada pertengahan abad XIV, karena desa-desa itu dianggap berjasa dengan layanan publik yang diberikan. Yaitu jasa tambangan atau penyeberangan. Jasa ini dicatat dalam sebuah piagam yang dibuat Raja Hayam Wuruk pada 1358. Namanya Prasasti Canggu. Piagam Penyeberangan atau Ferry Charter.
[caption id="attachment_23143" align="alignnone" width="300"] Peninggalan era Belanda di Bedanten. (Ali)[/caption]
Baca Juga: Karya HP Berlage: Gedung Singa dan Mijn Indiesche Reis
Salah satu desa yang namanya terukir pada prasasti Canggu itu adalah desa Medanten, yang kini menjadi Bedanten. Letaknya di aliran sungai paling hilir. Yaitu di kecamatan Bungah, kabupaten Gresik.
Menurut seorang pegiat sejarah setempat, Ali Topan, warga desa Bedanten menyadari akan nilai sejarah dan peradaban yang tersimpan di desanya.
Karenanya dengan swadaya masyarakat, mereka memperbaiki sarana perahu penyeberangan, mereka menyimpan temuan temuan bersejarah dan berencana membangun sebuah museum untuk menyimpan berbagai temuan di desa," jelas Ali Topan ketika berkoordinasi dengan Begandring Soerabaia dalam mendukung Ekspedisi Bengawan Solo 2022.
Kini warga Desa Bedanten mempersiapkan untuk menjadikan desanya sebagai desa wisata. Karenanya Ali bersama rekan juga sudah mulai menginventaris potensi pendukung wisata lainnya untuk dikembangkan. Yaitu potensi UMKM.
Terbentuknya desa wisata sebetulya menjadi harapan dari Ekspedisi ini. Tofan Ardi, Yayasan Putra Nusantara, yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Bengawan Solo 2022, mengatakan bahwa dari kegiatan ekspedisi ini akan tercipta masyarakat tepian Bengawan yang peduli lingkungan, Riverside Ecological Society. Masyarakat peduli lingkungan akan bisa tercipta dan berkelanjutan bila tercipta wadah untuk berekspresi, berkreasi dan berinovasi, misalnya seperti desa wisata.
Oleh: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah/Begandring Soerabaia)
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi