Populi Center Beberkan Peta Politik Menjelang Pemilu Serentak 2024

author Seno

- Pewarta

Senin, 25 Apr 2022 12:06 WIB

Populi Center Beberkan Peta Politik Menjelang Pemilu Serentak 2024

i

images - 2022-04-25T045934.692

Optika.id - Populi Center merilis hasil survei terbarunya bertajuk 'Peta Politik Menjelang Pemilu 2024 Serentak', terakit elektabilitas kandidat cawapres 2024. Hasilnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menjadi cawapres (calon wakil presiden) unggulan.

Angka ini diperoleh dari pertanyaan terbuka jika pemilihan presiden diadakan hari ini, siapakah tokoh yang akan Anda pilih sebagai wakil presiden?.

Baca Juga: Kemenangan Prabowo = Kebangkitan Orde Baru?

Sandiaga menempati urutan teratas dengan elektabilitas 16,6 persen. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di urutan kedua (8,6 persen) dan Menteri BUMN Erick Thohir (5,8 persen).

Sandiaga Salahudin Uno sosok yang sudah berkontestasi di 2019 dan citranya sebagai wapres sudah terbentuk, kata Deputi Direktur Eksekutif Populi Center Rafif Pamenang Imawan dalam jumpa pers, Minggu (24/4/2022).

Pada Pilpres 2019, Sandiaga menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto, namun harus mengakui keunggulan Joko Widodo-Maruf Amin dari hasil pemungutan suara.

Namun demikian, Rafif menilai bahwa ada kemungkinan Sandiaga justru akan mengincar kursi presiden dalam Pilpres 2024. Anies pun setali tiga uang.

Sebab, dalam survei elektabilitas calon presiden, Sandiaga dan Anies yang pernah bertandem di tampuk kepemimpinan ibu kota itu masuk dalam 5 besar.

Dalam survei tersebut, Ridwan Kamil ada di posisi keempat sosok dengan elektabilitas tertinggi sebagai calon wakil presiden (5 persen).

Kalau dilihat dari pencalonan wakil presiden, sosok yang perlu dicermati adalah Erick Thohir dan Ridwan Kamil, kata Rafif.

Top of Mind, Jokowi Paling Banyak Dipilih

Populi turut membahas terkait elektabilitas capres potensial. Rafif mengatakan, dalam pertanyaan terbuka, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi tokoh yang paling banyak dipilih oleh masyarakat sebagai Presiden apabila Pilpres dilakukan hari ini.

Menurutnya, dalam survei top of mind, elektabilitas Jokowi saat ini mencapai 15,5 persen. Namun, jumlah ini jauh menurun dari survei pada 2019 yang mencapai 49 persen. Kemudian disusul Prabowo Subianto 13,4 persen, Ganjar Pranowo 11,6 persen, Anies Baswedan 7,2 persen serta Sandiaga Salahuddin Uno dan Ridwan Kamil dengan 2,2 persen.

Dari survei ini, capres potensial mayoritas capres berasal dari suku Jawa. Hanya Sandi yang berasal dari luar Jawa yang masuk dalam enam besar.

Menurut temuan survei, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan masih masuk dalam 3 besar sosok yang paling dipilih publik sebagai calon presiden di Pemilu 2024.

Dalam simulasi tertutup dengan 10 nama, puncak elektabilitas diraih oleh Prabowo dan Ganjar dengan 24 persen, disusul Anies yang meraih 12,1 persen.

"Simulasi tertutup terlihat dari 10 tokoh capres, Prabowo dan Ganjar sama 24 persen, Anies 12,1 persen, Sandiaga Uno 6,3, Ridwan Kamil 5, Agus Harimurti Yudhoyono 4, Puan Maharani 2,4, Andika Perkasa 1,4, Erick Thohir 1,3, dan Airlangga Hartarto 0,9 persen. Belum memutuskan 15,3 persen dan menolak jawab 3,3 persen," katanya.

Adapun Ganjar menjadi sosok dengan elektabilitas paling meningkat dari survei yang digelar pada November 2019, yakni 1,8 persen menjadi 11,6 persen.

Peningkatan terbanyak disusul Anies dari 2,9 persen menjadi 7,2 persen. Sementara meski menjadi sosok pilihan pertama setelah Jokowi, elektabilitas Prabowo justru menurun dari 16,7 persen menjadi 13,4 persen.

"Kita tanya pertanyaan terbuka siapa yang akan dipilih. Hasil menujukkan Jokowi masih di tingkat pertama 15,5 persen. Cuma pada survei 2019, itu 49,3 persen. Jadi menurun. Publik sadar harus ada pergantian kepemimpinan," papar Rafif.

"Kedua Pak Prabowo 13,4 persen, Ganjar 11,6, Anies 7,2, Sandiaga 2,2, RK 2,2 persen. Peningkatan paling tinggi Ganjar dalam 1,5 tahun (ini). Baru Anies," imbuhnya.

Kemudian, Rafif mengungkap 20 sosok dengan elektabilitas rendah alias di bawah 2 persen. Mereka yakni AHY dengan 1,1 persen, Tri Rismaharini 0,8 persen, Puan Maharani 0,7 persen, Susilo Bambang Yudhoyono 0,6 persen, Erick Thohir 0,4 persen.

Nama lain di bawah 0,4 termasuk Nadiem Makarim, Mahfud MD, Airlangga, Muhaimin Iskandar, Khofifah Indar Parawansa, Dedi Mulyadi, Tito Karnavian, Megawati Soekarnoputri, Andika Perkasa, Abdul Somad. Petanya masih dinamis karena masih ada 41,1 persen yang tidak jawab atau tidak tahu," lanjutnya.

Di sisi lain, Rafif menerangkan, elektabilitas juga dipengaruhi oleh popularitas para sosok capres. Jelang Pilpres 2024, ia menerangkan Prabowo, Ganjar, dan Anies, masuk dalam peringkat atas sosok populer.

"Kita cek popularitas 15 tokoh. Ada paling tinggi populer Prabowo 92,3 persen, Sandiaga Uno 78,5, Anies 78,1, Ganjar 65,4, Puan 63,3, RK 62,8, Tri Risma 61,8, AHY 61,7, Khofifah 57,5, Erick 50,3, Nadiem 46,7 persen, Tito Karnavian 37,9, Andika Perkasa 32,2, Muhaimin Iskandar 32,1, Airlangga 32,1," paparnya.

"Ini menarik kalau kita lihat sifatnya ada yang naik ada yang turun. Ada yang relatif sama dalam kurun 1,5 tahun dari kita tanya Oktober 2020. Ada beberapa sosok yang naik paling signifikan Ganjar dari 57,1 jadi 65,4 persen dan Erick Thohir dari 48 jadi 50,3 persen, dan Airlangga dari 29,9 jadi 32,1 persen. Memang yang paling tinggi Ganjar," jelasnya.

Prabowo Dinilai Sulit Naikkan Elektabilitas

Sementara itu, pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani menyebut kemungkinan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk menaikkan suaranya di 2024 lebih berat dibandingkan dua nama lain. Yaitu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar atau Gubernur DKI Anies Baswedan.

Dia menuturkan kualitas kognisi atau kesadaran pemilih pada Prabowo rendah, lantaran sudah tiga kali ikut Pemilu Presiden.

Menurutnya semua pemilih tahu Prabowo. Tapi, kata dia, karena Menteri Pertahanan ini tidak pernah menang sekalipun, maka kognisi publik pada Prabowo kurang positif dibanding calon yang belum terbukti kalah, seperti Ganjar dan Anies.

"Tingkat kesukaan pemilih pada Prabowo lebih rendah dibanding pada Ganjar maupun Anies," kata Saiful seperti dilansir Tempo, Sabtu (23/4/2022).

Baca Juga: Kekuatan Orde Baru Sudah di Pusat Pemerintahan Republik Indonesia

Kalau tingkat kognisi sudah maksimal tapi kualitasnya rendah, kata Saiful, maka menjadi sulit untuk mengubah pemilih pada seorang calon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Lebih mudah meyakinkan pemilih yang masih tabularasa (belum tahu, masih kosong) dari pada pemilih yang sudah berisi tapi isinya negatif," jelasnya.

Kemungkinan Prabowo sulit untuk menaikkan suara ini awalnya disampaikan saat paparan hasil survei terbaru SMRC pada Kamis, 21 April. Survei menemukan hasil persaingan ketat akan muncul ketika dilakukan head to head antar beberapa pasangan.

Pertama, pasangan Prabowo-Puan Maharani melawan Anies Baswedan-Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono aias AHY. Kedua, pasangan Prabowo-Ketua DPR Puan melawan Ganjar-Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.

Persaingan ketat terjadi karena selisih suara antara pasangan ini di bawah margin of error dalam survei yaitu sekitar 3,12 persen. Sehingga dengan pola seperti ini, Saiful menyebut belum bisa diperkirakan pasangan mana yang akan unggul.

Di sisi lain, Prabowo, Ganjar, dan Anies adalah tiga nama calon yang selama ini menempat urutan teratas elektabilitas dalam berbagai survei.

Selain soal kognisi, Saiful juga menyebut pemilih Prabowo kurang inklusif. Dalam dua kali pemilihan presiden atau Pilpres kekuatan rabowo bertumpu pada mobilisasi kelompok yang cenderung bernuansa politik Islam atau berpolitik dengan sentimen Islam.

Sementara pemilih islam secara umum cenderung nasionalis atau setidaknya netral dalam polarisasi Islam-nasionalis. Walapun Prabowo bukan tokoh Islam, kata Saiful, tapi membiarkan mobilisasi atas nama Islam membuat basis dukungan terpolarisasi. "Termasuk pada lelompok Islam sendiri," ujarnya.

Kecenderungan bertumpu pada segmen Islam politik ini juga kian berat kalau Anies juga maju karena didukung oleh basis pemilih yang sama. Sehingga, pemilih Islam bisa terbelah kalau keduanya sama-sama maju, ada yang ke Anies dan ada yang ke Prabowo.

Faktor inilah yang juga membuat Prabowo lebih berat ke depannya untuk menaikkan suara. Ke depan Saiful juga memprediksi segmen pemilih Islam politik yang selama ini jadi tulang punggung Prabowo, akan lebih mendukung Anies.

Sehingga dari ketiga nama ini, Saiful menilai Prabowo akan semakin berat ke depannya. Anies punya segmen kurang inklusif, tapi kognisinya di pemilih lebih positif. Sementara, Ganjar Pranowo punya segmen pemilih yang lebih inklusif dan kognisinya juga positif. "Karena itu ke depan kalau Ganjar jadi calon, hambatannya lebih sedikit dibabding Anies apalagi Prabowo," tukasnya.

Masyarakat Terima Capres Bukan Orang Jawa

Dalam surveinya, Populi juga mengatakan masyarakat menerima jika dalam Pemilu 2024, capres bukan berasal dari pulau Jawa.

Populi mengungkap, 68,4 persen masyarakat setuju jika capres di Pilpres 2024 berasal dari luar Jawa. Sedangkan mereka yang menolak sebesar 14,6 persen

Nah kalau kita lihat peta latar belakang capres, ada Jawa sentris dan kita tanya masyarakat apabila presiden dari luar suku Jawa. Yang jawab setuju 68,4," kata Rafif.

Baca Juga: Kemana Prabowo Bakal Bawa Demokrasi Indonesia?

"Artinya, tidak ada masalah presiden dari luar Jawa apa tidak," tutur dia.

Hanya 6 Parpol Lolos Parliamentary Threshold

Dalam surveinya, Populi juga mengungkapkan elektabilitas partai politik. Rafif menuturkan, dari temuan mereka hanya ada enam parpol yang memiliki elektabilitas di atas 4%. Mereka adalah PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat dan PKS.

Rinciannya adalah elektabilitas PDIP 19,3%, Gerindra 11,6%, Golkar 11,3%, PKB 6,8%, Demokrat 6,7n PKS 5,1%.

"Soal elektabilitas parpol selama 2019 relatif tidak berubah yang saling berebut posisi 3 dan 4 Golkar, PKB dan di 5 sampai 6 Demokrat dan PKS," kata Rafif.

Sedangkan parpol lainnya, seperti PAN, PPP dan NasDem yang memiliki kursi di DPR, elektabilitas mereka saat ini di bawah 4%.

Rinciannya, PPP 3,5%, NasDem 3,1%, dan PAN 2,5%. Kemudian parpol lain yakni Perindo 1,3%, Hanura 0,5%, Partai Garuda 0,3%, PSI 0,3%, PBB 0,3%, Berkarya 0,3n Partai Ummat 0,2%.

Lebih lanjut, Populi menilai ada berbagai pemicu mengapa elektabilitas parpol ini turun. Salah satunya akibat COVID-19.

"Memang ketika 2020 COVID muncul, partai yang ikut pemerintah banyak yang turun. PDIP, Gerindra, Golkar. Dan yang oposisi Demokrat, PKS naik. Nah 2022 ini kembali ke 2019 ketika PDIP 19,3%, Gerindra 11,6%, Golkar 11,3%, PKB 6,8%, Demokrat 6,7n PKS 5,1%," tutupnya

Survei Populi Center ini dilakukan pada 21-29 Maret 2022 besaran sampel 1.200 responden yang dipilih secara acak dan tersebar di 120 kelurahan di 34 provinsi.

Dengan menggunakan metode tatap muka menggunakan aplikasi survei Populi Center. Margin of error pada survei ini disebar +/- 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU