Optika.id, Surabaya - Kawasan Ibu Kota Negara Baru (IKN) diketahui mempunyai yang 80 persen berupa hutan dan memiliki curah hujan tahunan yang sangat tinggi, yaitu 2.223 milimeter. Sehingga memiliki potensi sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi ketersediaan air bersih
Pengamat dari Universitas Airlangga (Unair), Nurina Fitriani, berharap pengembangan IKN berprinsip atas tiga konsep dalam UU Nomor 3 Tahun 2022, yaitu kota hutan, kota spons, dan kota cerdas.
Baca Juga: Eri Cahyadi Siap Lanjutkan Apresiasi dan Sanksi ASN untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik
"Karena solusi permasalahan air ini ada pada dua dari tiga konsep pengembangan IKN, yakni kota hutan dan kota spons," ucap Dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair itu dikutip dari situs Unair, Kamis (28/4/2022).
Apa itu Kota Hutan atau Kota Spons?
Nurina menjelaskan, ketersediaan air di dalam tanah tidak bisa dilepaskan dari adanya hutan, sebab hutan adalah regulator sistem hidrologi. Fungsinya tidak hanya menyimpan, melainkan juga menyaring dan membersihkan air untuk selanjutnya disimpan dalam akuifer.
Konsep kota hutan ialah dengan menetapkan Ibu Kota Nusantara sebagai kota di dalam hutan (forest city untuk memastikan kelestarian lingkungan dengan minimal 75 lima persen) kawasan hijau.
"Oleh karena itu, pembangunan yang merujuk pada konsep kota hutan adalah salah satu upaya untuk menjamin ketersediaan air bersih di IKN nantinya," ujar Nurina
"Biarkan tetap alami dan terjaga, jangan dibabat kemudian dialihfungsikan untuk hutan sawit," imbuhnya.
Baca Juga: Jokowi Soal Pindah ke IKN: Pindah Ibu Kota Jangan Dikejar-kejar
Dia pun berharap, wilayah IKN itu nantinya dibiarkan tetap alami agar bisa memenuhi ketersediaan air di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Konsep kota spons menurutnya sesuai untuk diterapkan terhadap IKN karena curah hujan wilayah tersebut sangat tinggi. Pengertian kota spons adalah model konstruksi perkotaan untuk menjaga agar air hujan tidak langsung turun ke laut. Hal itu bisa dilakukan dengan membangun embung serta sumur resapan air.
Tak hanya itu, kota spons juga menerapkan rainwater harvesting yang artinya mengumpulkan dan menyimpan air hujan dalam skala rumah tangga. Metode ini mungkin dilakukan karena telah diaplikasikan di sejumlah negara seperti Spanyol, India, China, juga Belgia.
Air yang sudah dikumpulkan itu kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari melalui filtrasi sederhana. Filter bisa dibuat dengan bahan yang gampang ditemukan, misalnya kerikil, genteng, ijuk, pasir, batu-batuan, dan arang.
Baca Juga: Muhammadiyah Ingin Dirikan Kantor hingga Fasilitas Kesehatan dan Pendidikan di IKN
"Air penyaringan sudah bisa langsung digunakan untuk keperluan sehari-hari. Namun, tidak untuk diminum secara langsung," lanjutnya saat membahas potensi sumber air IKN.
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi