Optika.id - Mantan Rektor UIN Banten, Fauzul Iman memberikan sentilan keras dan langsung mengonfirmasi pada Rektor ITK (Institut Teknologi Kalimantan) Budi Santosa Purwokartiko Purwokartiko usai unggahan rasisnya viral. Bahkan, Fauzul Iman menghubungi Budi Santosa secara langsung.
Dia mengaku langsung menghubungi Rektor ITK itu melalui WhatsApp saat tulisan hijab 'manusia gurun' heboh di media sosial.
Baca Juga: Dukung Rektor ITK, Habib Kribo: Al-Qur'an Hanya 1 Persen Bicara Ibadah, 99 Persen Tentang Duniawi
"Sebenarnya baru kenal pada saat saya baca adanya kasus yang heboh mengenai Rektor ITK, langsung saya WA beliau. Saya mempertanyakan apa substansi yang sesungguhnya," tutur Fauzul Iman, seperti dikutip Optika.id dari channel YouTube Hersubeno Point, Rabu (4/5/2022).
Tanpa banyak bicara, dia mengaku meminta konfirmasi dari Budi Santosa Purwakartiko terkait unggahannya itu.
"Apa benar tulisan ini tulisan pak Rektor, saya bilang. 'Oh iya, bener'. Saya bilang kalau benar, ini, bagi saya perlu diklarifikasi karena isinya sangat menghebohkan, karena masih samar dan terkait juga ada konteks nanti dihubungkan pada hal yang sifatnya rasis," tuturnya.
Akan tetapi, sifat Rektor ITK tersebut dibongkar oleh Fauzul Iman ketika memberikan jawaban terkait kasus tersebut.
"Cuman beliau ya kelihatan defensif dan tidak membenarkan atau mengakui bahwa itu satu tulisan yang menghina karena ini adalah sesuatu pemikiran, idealnya beliau, kira-kira gitu lah," ujarnya.
Fauzul mengatakan, Budi Santosa Purwakartiko bukannya mengakui kesalahan, justru memberikan pembelaan bahwa tulisannya itu tidaklah salah.
"Dan dia sangat paham, tentang, dia bilang paham dengan bahasa Arab, paham juga sering saya belajar tafsir, saya juga muslim, saya juga salat, dia bilang begitu," katanya.
Menurutnya, Budi Santosa Purwokartiko terlalu 'songong' mengenai pemahamannya tentang agama hingga berani membuat unggahan dan pernyataan rasis dan xenofobia.
"Yang diklaim pak Rektor ini seakan-akan dia mampu segalanya, kita harus benar-benar tidak songong dalam hal ini ya, memahami Allah ya. Karena kita ini kan memang sedikit sekali ilmu yang kita berikan ini untuk memahami Al-Quran, termasuk sains," tukasnya
Iman kemudian menyoroti bagaimana Al-Quran membahas berbagai macam ilmu pengetahuan, dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh muslim.
Sebut saja yang terkenal karena kitab-kitab yang ditulisnya hingga dijuluki sebagai Bapak Kedokteran Dunia.
"Apa (Al-Quran) tidak dibaca oleh pak Rektor ini? apa pura-pura tidak tahu?" ucap Fauzul.
Oleh karena itu, dia menilai Budi Santosa Purwokartiko sebenarnya hanya mencari kesempatan agar meraih popularitas.
"Saya yakin dia hanya ingin mencari kesempatan di tengah kerumitan ini, agar muncul dirinya sebagai sesuatu yang disorot orang kan," ujar Fauzul Iman.
Menurutnya, sebagai seorang rektor, Budi Santosa Purwokartiko seharusnya tidak boleh melakukan hal-hal seperti itu.
Apalagi, unggahan dan pernyataannya kerap menuai kontroversi karena dianggap rasis dan xenofobia.
"Nah bagi seorang rektor, menurut saya tidak betul lah ya ingin membuat popularitas seperti itu, karena bahaya bagi muridnya, lalu juga bagi kalangan masyarakat sekitarnya," tutur Fauzul.
Dia mengatakan, Budi Santosa Purwokartiko selaku Rektor ITK seharusnya tidak hanya memperlihatkan teori, tetapi juga aspek praktisnya.
"Janganlah gitu ya, harusnya kan menerima kritikan kalau diini, 'oke, saya begini tapi maksudnya begini', enak begitu. Tapi kalau masih seperti itu, merasa terpojok justru," tukasnya.
Baca Juga: Sudah 606 Alumni ITS Tandatangani Petisi Ujaran Kebencian Budi Santosa
Siapa Sebenarnya Budi Santosa?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikutip dari laman resmi Institus Teknologi Kalimantan (ITK), itk.ac.id, Rabu (4/5/2022), Profesor Budi Santosa Puwokartiko lahir di Klaten pada 12 Mei 1969. Kini telah memasuki usianya 53 tahun. Diketahui ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1992. Kemudian Budi Santosa berhasil meraih gelar master serta doktor di University of Oklahoma, Amerika Serikat.
Selain menjadi dosen di ITK, ia juga menjadi Guru Besar Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan bidang keahlian Data Mining, Optimasi dan Metaheuristik, Operations Research, dan Manajemen Proyek. Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi Tim Studi Kelayakan Pendirian ITK, Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Kemenristekdikti.
Budi bukanlah orang baru di ITK, dia kerap diundang untuk menjadi dosen tamu. Pernah menjadi narasumber dalam Program Mobilisasi Dosen Kemenristekdikti, serta sebagai penasehat pengurusan akreditasi prodi-prodi dan akreditasi institusi (AIPT) ITK sejak 2015.
Sejumlah prestasi berhasil ia raih di bidang akademik. Beberapa prestasi yang berhasil ia raih diantatanya yaitu Sejak 2013, dia pernah menjadi interviewer Beasiswa LPDP Departemen Keuangan dan Anggota Tim Evaluasi Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Dirjen Kelembagaan Dikti sejak 2015.
Salah satu penelitiannya yang berjudul Novel Smart Engineering System Design berhasil meraih predikat Best Paper Award dari International Conference on Artificial Neural Networks in Engineering di Missouri, Amerika Serikat.
Pada 2014 Budi dinobatkan sebagai Ketua Jurusan Berprestasi ITS ketika dirinya menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri di ITS pada masa periode 2011-2015.
Delanjutnya pada masa periode 2015-2020, dia menjabat sebagai Ketua Komisi Kelembagaan Senat Akademik ITS serta Kepala Laboratorium Komputasi dan Optimasi Industri Teknik Industri ITS yang kemudian jabarannya dilepas setelah bergabung ke ITK.
Diketahui, Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko menjadi sorotan karena status yang ditulisnya di media sosial.
Pasalnya, dalam unggahan pada Rabu, (27/4/2022), apa yang dituliskannya tersebut dinilai rasis.
Meski unggahan tersebut sudah dihapus, tetapi tangkapan layar tulisan Budi Santosa Purwokartiko itu beredar luas.
Baca Juga: 400 Alumni ITS Telah Tandatangani Petisi Ujaran Kebencian Budi Santosa
Dalam unggahannya, dia membicarakan terkait pengalamannya mewawancarai beberapa mahasiswa yang mengikuti program ke luar negeri.
Budi Santosa Purwokartiko menyebut program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa yanang pintar dan memiliki kemampuan luar biasa.
"Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen," ujar Budi Santosa Purwokartiko.
Dia juga mengungkapkan bagaimana para mahasiswa tersebut berbicara terkait hal-hal yang membumi, seperti cita-cita, minat, usaha, kontribusi untuk bangsa, hingga nasionalisme.
"Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang," tulisnya.
Akan tetapi, tulisan Budi Santosa Purwokartiko ini dianggap rasis, begitu dia menyebut hijab atau kerudung sebagai 'penutup kepala ala manusia gurun'.
"Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi. Saya hanya berharap mereka nanti tidak masuk dalam lingkungan yang membuat hal yang mudah jadi sulit," tutur Budi Santosa.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi