Kekuatan Dana Ummat Islam

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 11 Mei 2022 22:49 WIB

Kekuatan Dana Ummat Islam

i

Kekuatan Dana Ummat Islam

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="150"] Ruby Kay[/caption]

Pernah ngitung gak, berapa kira-kira income kotak amal dari seluruh masjid yang ada di Indonesia?

Baca Juga: Muhammad Ibn Abdullah dan Kebangkitan Arab-Islam

Menurut SIMAS (Sistem Informasi Masjid) Kemenag, jumlah masjid sampai dengan saat ini berjumlah 741.991. Genapin aja jadi 742.000 masjid. Anggap yang menyelenggarakan sholat Jum'at cuma setengahnya, yaitu 371.000 masjid.

Estimasi rata-rata jumlah jemaah tiap kali sholat Jum'at sebanyak 500 orang/masjid. Berapa jumlah sedekah yang terkumpul tiap kali jum'atan? Jika tiap orang mengisi kotak amal sebesar 5 ribu rupiah, maka:

Rp5.000 x 500 orang = Rp2.500.000 per masjid tiap kali jum'atan. Dalam 1 bulan berarti bisa terkumpul dana Rp10.000.000/masjid.

10 juta x 371.000 masjid = 3.71 Trilyun

Dalam 1 tahun, dana yang dihimpun hanya dari kotak amal adalah sebesar 44.5 Trilyun. Belum termasuk sumbangan lainnya. Belum termasuk kotak amal saat sholat hari raya idul fitri dan idul adha. Potensi dana yang dimiliki oleh ummat Islam sangat luar biasa bukan?

Masjid bisa menjadi poros kekuatan ekonomi ummat bila tata kelola anggarannya dikelola secara profesional. 44.5 Trilyun tiap tahun sudah lebih dari cukup untuk menggerakkan roda ekonomi mikro. Tentu harus dikelola secara proporsional dan transparan. Buat skema subsidi silang, masjid yang sudah makmur mensubsidi masjid yang masih ngos-ngosan. Buat zona per kecamatan untuk mendistribusikan penyaluran kredit yang sesuai dengan prinsip syariah tanpa riba.

Baca Juga: Charles Martel, Membendung Ekspansi Islam ke Eropa Barat

Tentu semua itu perlu ditunjang dengan data kependudukan yang akurat dan willingness dari para pemegang kebijakan. NPL (Non Performing Loan) alias kredit macet pasti ada. Berikan sanksi kepada mereka yang tak bisa mencicil hutang sampai batas waktu yang ditentukan. Sanksi bukan berupa denda, tapi nama mereka di black list dalam database agar tak bisa meminjam dana dari masjid yang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Inilah sistem ekonomi Islam yang sesungguhnya. Akadnya pinjam meminjam tanpa bunga yang digunakan sebagai modal usaha. Ajari dan awasi ummat untuk berwirausaha. Bukan seperti bank konvensional maupun yang berembel-embel syariah, namun masih juga dikenakan biaya administrasi dan bunga, cuma istilahnya aja yang diganti pakai bahasa arab. Yaelaaah....

Lalu darimana dana untuk menggaji orang-orang yang terlibat dalam proyek besar ini? Ya diambil dari kas masjid. Walau bukan profit oriented, tapi berikan gaji kepada pihak yang terlibat untuk mengawasi penyaluran dana ini secara profesional.

Andai saja dari dulu ada keinginan yang kuat dari para elit untuk memberantas kemiskinan, tentu takkan pernah ada gembel dan pengemis dijalanan. Takkan ada penampakan rumah kumuh, takkan ada remaja pengangguran yang bisanya cuma gitaran dan minum miras murahan didepan gang.

Baca Juga: Politik Stigma Belanda: Tarekat dan Stigma Gila

Mohon jangan terlalu serius menanggapi tulisan ini, anggaplah cuma sekedar khayalan dari rakyat jelata. Gue yakin, elit diatas juga punya pemikiran serupa. Tapi ya balik lagi, dalam politik ala Machiavelli, orang miskin harus tetap eksis. Karena mereka menjadi kunci penentu dalam setiap perhelatan politik.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU