Koalisi Indonesia Bersatu Golkar, PPP, dan PAN untuk Memotong Oposisi?

author Aribowo

- Pewarta

Selasa, 17 Mei 2022 00:23 WIB

Koalisi Indonesia Bersatu Golkar, PPP, dan PAN untuk Memotong Oposisi?

i

Koalisi Indonesia Bersatu Golkar, PPP, dan PAN untuk Memotong Oposisi?

Optika.id. Surabaya. Partai Golkar, PPP (Partai Persatuan Pembangunan), dan PAN (Partai Amanat Nasional) membentuk koalisi bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Pembentukan KIB diumumkan usai pertemuan tiga ketua umum partai, yaitu Airlangga Hartarto, Suharso Monoarfa, dan Zulkifli Hasan, di Rumah Heritage Jakarta, Kamis, 12/5/2022. Jika KIB mengusung capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) dalam pilpres 2024 sudah cukup: Golkar memiliki 85 kursi (12,31 persen), PPP punya 19 kursi (4,52 persen), dan PAN 44 kursi (6,84 persen).

Yang menarik adalah timing dan aktor yang memunculkan KIB tidak jauh berbeda dengan aktor penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden (P3JP). Hingar bingar tentang P3JP belum berakhir, kini mereka memunculkan KIB. Tokoh utama pembuka isu P3JP adalah Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan. Kini tokoh utama pencetus KIB adalah Ketua Umum DPP PPP, Suharso Monoarfa, Airlangga Hartarto, dan Zukifli Hasan (Zulhas).

Baca Juga: Pengamat: Anies Tanpa PAN, Kontestasi Pilgub Masih Berjalan!

Deklarasi KIB tampak alami dan sesuai kepentingan parpol (partai politik) pada umumnya yaitu berusaha merebut kursi presiden dalam pemilu 2024. Mereka merumuskan KIB sangat apik. Sekretaris Jenderal DPP PAN, Eddy Soeparno, mengatakan KIB antara PAN, Partai Golkar dan PPP bukan eksklusif. Koalisi ini membuka kesempatan bagi parpol-parpol lain untuk bergabung.

"Kita bukan suatu koalisi ekslusif, kita coba rangkul semua. Yang bisa ikut hadir pikul beban berat ini, ke luar dari permasalahan bangsa," ujar Eddy dalam diskusi daring bertajuk Kasak-Kusuk Koalisi Partai dan Capres 2024" pada Sabtu (14/5/2022). Hanya saja, syarat yang harus dipenuhi yakni sama-sama ingin menghadirkan politik berbasis gagasan dan menjauhi politik identitas.

Sebulan sebelumnya, sekitar awal Februari 2022, muncul deklarasi yang mengusung duet capres dan cawapres Prabowo-Cak Imin. Ratusan orang yang mengatasnamakan Barisan Prabowo-Cak Imin telah mendeklarasikan kedua tokoh tersebut sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden 2024 di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Kota Bandung, Rabu (12/2/2022).

Wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu DPP PKB, Jazilul Fawaid, mengungkapkan bahwa komposisi pasangan ini juga cukup ideal mewakili unsur nasionalis-religius, sipil-militer, dan tua-muda. Selain itu, secara pribadi keduanya juga sudah cukup akrab, meskipun berbeda koalisi saat Pilpres 2019.
Sebenarnya deklarasi Prabowo-Cak Imin merupakan gagasan menarik sekaligus mengejutkan. Isu mengusung duet Prabowo-Cak Imin ini agak aneh. Selama ini Prabowo nyaris terikat oleh skema berpasangan dengan Puan Maharani. Bahwa Puan ingin diusung PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) sudah santer beritanya. Bahkan pasangan capres Prabowo-Puan selalu dihubungkan dengan perjabjian Batu Tulis.

Di sisi lain agak tidak lazim Cak Imin ingin maju menjadi capres dan cawapres dengan Prabowo (Prabowo-Cak Imin). Jika membaca perjalanan capres Prabowo dari awal hingga 2019 tampaknya tidak terbersit ada pasangan Prabowo-Cak Imin. Tapi dalam politik memang segala hal bisa berubah dan terjadi. Apalagi kalau variabelnya berubah maka keadaan bisa berubah atau sebaliknya.
Menurut Fawaid, dari sisi politik, kedua tokoh juga merupakan ketua umum parpol sehingga lebih mudah melakukan konsolidasi ke struktur partai hingga tingkat bawah. Menurutnya, koalisi antara Gerindra dengan PKB sudah memenuhi syarat presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden minimal 20 persen untuk mengusung Prabowo-Cak Imin sebagai pasangan capres-cawapres, imbuh Fawaid.

KIB Hanya Wadah Pengusung Kandidat?
Jika dicermati Airlangga Hartarto, Suharso Monoarfa, dan Zulkifli Hasan radar politiknya tidak jauh dari Istana. Viva Yoga Mauladi, Wakil Ketua Umum DPP PAN, secara gamblang mengatakan bahwa kesetiaan koalisi tersebut terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo-Maruf Amin tak perlu diragukan lagi.
Posisi Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar dan Suharso Monoarfa sebagai Ketua Umum PPP berada di lingkaran pemerintahan Jokowi sebagai menteri di kabinet, urai Viva Yoga di Jakarta, Minggu (15/5/2022). Di samping itu Jokowi (Presiden Joko Widodo) mempunyai pengaruh terhadap 3 tokoh tersebut. Artinya dalam kondisi politik seperti ini rasanya 3 tokoh itu tidak berani mengambil jarak, apalagi oposisi kepada Jokowi. Persoalannya adalah, mau kemana KIB itu? Apa mau mengusung Airlangga Hartarto sebagai capres 2024?

Hasil Survei Indikator Publik Nasional (IPN), misalnya, dilakukan 17-27 Maret 2022 dengan total 1.200 responden, di 34 provinsi, menempatkan elektabilitas Airlangga Hartarto sangat rendah yaitu sebesar 0,8 persen. Lebih rendah dari Cak Imin: sebesar 0,9 persen. Elektabilitas Airlangga Hartarto yang rendah itu tidak mungkin akan diusung oleh KIB. Apalagi elektabilitas Zulhas (panggilan Zulkifli Hasan) dan Suharso Monoarfa jebih jeblok lagi. Dengan data hasil suvei itu tampaknya tidak mungkin KIB mengusung kandidat presiden/wakil presiden dari Ketum mereka sendiri.

Baik Golkar, PAN, dan PPP sangat pintar untuk menghitung kandidat capres/cawapres KIB akan datang. Hitungan itu tentu tidak mungkin mengusung Ketum mereka masing-masing untuk dimajukan dalam pilpres 2024. KIB adalah koalisi parpol yang ingin maju mengusung kandidat, namun bukan dari Ketum mereka.
Yang paling masuk akal adalah KIB dibuat untuk wadah koalisi mengusung capres dan cawapres. Sangat kuat isu KIB dibentuk untuk mewadahi capres dan cawapres yang saat ini elektabilitasnya dari berbagai lembaga survei relative tinggi. Berbagai Lembaga survei selama ini selalu menempatkan nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan elektabilitasnya tinggi. Meskipun ketiga tokoh itu baru mencapai sekitar 20-an persen namun potensi untuk diusung parpol maju dalam pilpres 2024 sangat besar sekali.

Baca Juga: PAN Dukung Anies, Jika Zita Anjani Jadi Cawagubnya!

KIB untuk Ganjar?
Ketiga tokoh yang elektabilitasnya tinggi itu yang saat ini berada dalam radar politik Istana ya Prabowo dan Ganjar Pranowo. Dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap Ganjar Pranowo sebagai capres 2024 sudah manjadi rahasia umum. Bahkan relawan Jokowi dan tim sukses Jokowi dalam pilpres 2019 banyak membantu Ganjar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu Prabowo telah tumbuh menjadi tokoh politik yang sangat loyal terhadap Jokowi. Prabowo dengan cepat tumbuh sebagai tokoh politik yang memback up berbagai langkah-langkah politik Jokowi. Prabowo begitu hormat dan memuji Jokowi dalam menjalankan Pemerintahan Indonesia. Prabowo dan Gerindranya telah menjadi kekuatan politik yang apresiatif dan loyal menjalankan program negara ala Jokowi.

Menghubungkan relasi P3JP, deklarasi KIB, dan kepentingan Istana maka KIB dibentuk hanya sebagai wadah pengusung capres dan cawapres dengan scenario 3 pasangan kandidat. Jika sudah muncul isu pasangan Prabowo-Cak imin maka komposisi parpol pengusung hanya menyisakan 2 parpol oposisi yaitu PD (Partai Demokrat) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Pasangan Prabowo-Cak Imin bakal didukung Gerindra 78 kursi (12,57 persen) dan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) dengan 58 kursi (9,69 persen). Artinya koalisi Gerindra-PKB bisa mengusung kandidat presiden dan wakil presiden yaitu Prabowo-Cak Imin atau siapa pun calonnya koalisi ini menjadi bagian dari 3 pasangan capres/cawapres 2024.

Sementara itu KIB bisa saja mengusung Ganjar Pranowo-Erick Tohir. Menteri yang secara khusus mendapat perhatian dan kepercayaan Jokowi adalah Erick Tohir. Namun sampai hari ini elektabilitas Tohir masih jauh di bawah Ganjar yaitu sekitar 2,6 persen (menurut IPN). Karena itu secara hipotesis KIB bisa mengusung pasangan Ganjar-Erick Tohir.

Di sisi lain PDIP bisa mengusung kandidat sendiri yaitu Puan Maharani sebagai cawapres. Potensial PDIP mengusung Prabowo-Puan Maharani atau Andika Perkasa-Puan Maharani. Atau ada capres lain yang menjadi pasangan Puan. Jik dilihat dari perspektif ini maka Nasdem tinggal memilih: merapat ke KIB atau membentuk poros dengan Gerindra-PKB?

Baca Juga: PPP Titipkan Kader yang Maju Pilkada di Jatim ke Khofifah!

Jika komposisi di atas terjadi maka yang terpotong adalah PD dan PKS. Mereka tidak bisa mengusung sendiri. Di sisi lain, kandidat presiden Anies Baswedan jelas ikut terpotong sehingga gagal menjadi capres 2024. Parpol, potensial, pengusung Anies Baswedan adalah PKS, PD, PAN, dan Nasdem. PAN sudah jelas membentuk KIB sendiri. Nasdem potensial mengusung Anies Baswedan, akan tetapi sangat otensial Istana meminta Nasdem untuk bergabung ke KIB atau Gerindra-PKB.

Apakah Nasdem bisa mengambil jarak signifikan terhadap Istana? Kita tunggu keputusan Nasdem: capresnya Ganjar atau Anies. Jika Nasdem memutuskan bakal mengusung Ganjar maka Anies, PKS, dan PD berakhir.

Oposisi bisa digunting begitu halus dan oleh tangan-tangan parpol itu sendiri. Sepertinya semua seolah-olah berjalan alamiah. Seolah-olah peta koalisi bergerak dan terpola karena kepentingan mereka sendiri. Sepertinya mengalir sendiri, meskipun yang sesungguhnya ada political engeneering kuat untuk mengarahkan kemana jalannya parpol tersebut. Seperti arah jalannya isu P3JP.

Tulisan Aribowo
Editor Amrizal Ananda Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU