Adab Berbela Sungkawa Kepada Non Muslim

author optikaid

- Pewarta

Jumat, 20 Mei 2022 12:53 WIB

Adab Berbela Sungkawa Kepada Non Muslim

i

Adab Berbela Sungkawa Kepada Non Muslim

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="150"] Ruby Kay[/caption]

Optika.id - Seorang timses Jokowi barusan meninggal dunia. Banyak netizen yang mengunggah kembali status-statusnya di media sosial. Rupanya selama hidup didunia, ia acapkali menghujat beberapa ulama.

Baca Juga: Trengginas Sebagai Oposisi, PDIP Akan Goyahkan Rezim Selanjutnya?

Tapi bukan poin itu yang mau gue bahas. Secara syar'i dia bukan beragama islam, terbilang wajar jika gak suka dengan dakwah beberapa ulama yang dia nilai keras, provokatif, bla, bla, bla. Yang aneh itu jika ada orang Islam yang ikut menghujat ajaran agamanya sendiri.

Balik lagi ke berita kematian salah satu timses Jokowi tadi. Karena baru tahu tentang rekam jejaknya, gue masuk ke beberapa akun yang ikut menyampaikan ucapan bela sungkawa.

Nah, di sini jidat gue mengkerut. Yang wafat adalah seorang katholik. Ia dikuburkan memakai jas, dimasukkan ke dalam sebuah peti mati berwarna coklat. Hal ini normal, beberapa kali gue ikut melayat rekan beragama kristen/katholik yang wafat, prosesi pemakamannya ya selalu begitu. Teruntuk keluarga yang ditinggalkan, gue sampaikan rasa ikut berbela sungkawa.

"Yang sabar ya kakak"
"Yang kuat ya bro"

Kalimat di atas diucapkan secara tulus tanpa dibuat-buat sambil berjabat tangan erat atau bahkan sampai memeluk individu yang sedang berduka. Pernah juga gue sampai berlinang air mata, ikut sedih atas meninggalnya suami dari seorang rekan yang beragama kristen protestan.

Begitulah konsep hablum minannas yang diajarkan oleh Rasulullah. Beliau sontak berdiri ketika rombongan jenazah seorang yahudi lewat di depan masjid Nabawi. Bersikap khidmat hingga keramaian itu menghilang di tikungan, baru Rasulullah duduk kembali lalu melanjutkan diskusi dengan para sahabat.

Baca Juga: Penyusunan APBN 2025 Tak Libatkan KPK, Anggaran Makan Siang Gratis Tak Diawasi?

Keanehan yang gue lihat dari kematian timses Jokowi tadi bukan tentang si mayit. Apa yang dilakukannya selama di dunia menjadi hak prerogratif sang Khalik. Yang membuat gue bingung adalah kelakuan rekan, sahabat dan simpatisannya yang beragama islam. Di kolom komentar, ramai netizen yang mengucapkan:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Al Fatihah. Selama jalan sobat"
"Semoga arwahmu tenang di sisi Allah SWT"
"Gusti Allah, terimalah segala amal perbuatan sahabatku ini. Aamin ya robbal alamin"

Begitulah sebagian komentar yang masuk. Gue jelas heran. Yang meninggal bukan muslim, ngapain lu kirim al fatihah? Ngapain berharap amal perbuatan si mayit diterima Allah SWT? Kenapa beragama jadi campur aduk begini? Menunjukkan rasa ikut berduka gak gitu juga kali.

Hal yang demikian jelas keliru. Memelihara hubungan horizontal antar sesama manusia sangat dianjurkan dalam islam, namun tetap ada batas akidah yang tak boleh dilanggar. Ikutlah melayat bila ada rekan non muslim yang meninggal dunia. Mau mengikuti prosesi hingga si mayit dikuburkan atau dikremasi pun tak mengapa. Namun jangan sampai menggadaikan keimanan.

Baca Juga: Cawe-cawe Pilpres, Usulan Angket Harusnya Ditujukan ke Jokowi

Mengucap innalillahi wa inna ilaihi raji'un ketika ada rekan non muslim yang meninggal dibolehkan. Karena semua makhluk yang bernyawa memang milik Allah SWT dan suatu saat kelak akan berpulang kepada Nya. Namun jika ucapan berbela sungkawa sampai mengharapkan amal perbuatan si mayit diterima oleh Allah SWT, ya mana bisa. Rekan lu gak pernah bersyahadat, gak pernah sholat, keimanannya berbeda. Cukuplah yang barusan wafat mendapat doa dari rekan yang se-iman.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU