Narasi Sesat dan Misinformasi Hepatitis Akut

author optikaid

- Pewarta

Rabu, 01 Jun 2022 19:08 WIB

Narasi Sesat dan Misinformasi Hepatitis Akut

i

Narasi Sesat dan Misinformasi Hepatitis Akut

Optika.id - Ika Sudarmi merasa cemas. Ibu rumah tangga yang kerap berselancar di media sosial ini beberapa waktu yang lalu membaca unggahan tentang hepatitis akut yang sedang sambang ke beberapa negara, salah satunya Indonesia.

Dalam berbagai unggahan yang tersebar, dia sempat membaca komentar yang menyebut jika hepatitis akut disebabkan oleh vaksin Covid-19.

Baca Juga: Antisipasi Hepatitis Akut, Dinkes Surabaya Optimalkan Sosialisasi

Komentar-komentar di linimasa itu membuatnya kaget serta cemas. Apalagi, saat ini pandemi Covid-19 belum sepenuhnya usai sementara sekolah tatap muka sudah mulai digelar kembali.

"Terus terang panik banget, ini pandemi belum berakhir, ada lagi penyakit yang bikin anak kecil meninggal. Sedangkan anak diare atau demam hal biasa. Jadi untuk gejala awal, ibu-ibu nggak terlalu paham kalau itu penyakit hepatitis akut," kata Ika ketika dihubungi, Rabu (1/6/2022).

Kekhawatiran Ika sebenarnya cukup beralasan. Sebab, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jika penyakit ini telah menyerang kurang lebih 230 anak di 20 negara, salah satunya Indonesia. Sejak saat itu, sejumlah misinformasi serta hoaks beredar masif di media sosial.

Banyaknya hoaks dan misinformasi yang tdak jelas ini pula yang membuat Muhadjir Effendy selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) angkat bicara. Ia mengaku khawatir terhadap informasi di media sosial yang dikaitkan dengan vaksin anak. Menurutnya, jika informasi ini tidak segera dikelola secara betul, bisa menjadikan kontraproduktif.

Di sisi lain, menurut Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), kelompok yang paling getol dalam mencetuskan dan mengonsumsi informasi keliru tentang penyebab hepatitis akut ini ialah kalangan anti-vaksin. Yang mana, kalangan anti-vaksin ini terrdiri dar dua kelompok yakni anti-vaksin dan anti-vaksin barat.

"Mereka menggunakan informasi hepatitis sebagai bukti ini dampak buruk orang yang menerima vaksin COVID-19. Vaksin yang berbasis adenovirus dikaitkan dengan fenomena hepatitis akut," kata Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho ketika dihubungi, Rabu (1/6/2022).

Untuk kelompok anti vaksin dari negara Barat, lanjut Septiaji, kelompok ini bukan murni anti vaksin, akan tetapi mereka anti vaksin yang diproduksi oleh negara Barat. Kelompok ini lebih percaya vaksin dari Cina, dan mereka mengambil isu ini sebagai bukti untuk menolak vaksin barat. Salah satu yang disebut adalah vaksin Covid-19 yang menggunakan vektor adenovirus seperti AstraZeneca.

Septiaji juga meminta pemerintah segera membuat panduan yang memudahkan masyarakat dalam mengaksesnya, hal ini dilakukan guna menangkal serangan hoaks dan misinformasi yang membanjiri media sosial.

Septiaji khawatir jika pemerintah tidak memberi informasi yang masif tentang hepatitis akut ini, kejadiannya akan sama seperti saat Covid-19 pertama kali dikonfirmasi di Indonesia.

Kala itu Indonesia menjadi negara nomor lima yang paling banyak penyebaran teori konspirasi Covid-19. Setidaknya ada 1.060 hoaks seputar virus Corona dalam rentang Januari 2020 hingga Juli 2021.

Narasi Sesat dan Misinformasi

Sementara itu, di negeri ini, hepatitis akut telah merenggut nyawa tiga bocah, dan kasus ini kabarnya terus bertambah. Penyelidikan juga terus dilakukan untuk mengetahui apakah benar tiga bocah tadi meninggal terkena hepatitis atau penyakit lainnya.

Masuknya kasus hepatitis akut yang cukup misterius ini dimanfaatkan oleh sejumlah orang untuk menggodok isu serta menyebarkannya sebagai berita yang salah. Mereka bermain wacana dan menyebut hepatitis akut ini imbas dari vaksin Covid-19.

Terang saja, tudingan tersebut segera dibantah oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyebut jika kemunculan hepatitis akut ini tidak terkait dengan vaksin Covid-19. selain itu, Covid-19 juga tidak menunjukkan gejala hepatitis misterius.

"Karena sebagian besar justru belum divaksin, karena kebanyakan anak usia di bawah enam tahun," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI, Dr Muzal Kadim.

Baca Juga: Hetifah Sjaifudian: Adanya Penyebaran Hepatitis, PTM Boleh Asal Kantin Tutup

Untuk diketahui, kasus hepatitis akut ini sudah merenggut nyawa 3 anak-anak dalam rentang waktu hanya 2 pekan pada 30 April 2022. ketiga anak tersebut meninggal saat tengah dirawat di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat," tulis Kemenkes dalam siaran pers.

Ketiga pasien tersebut masing-masing berusia 2 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun. Pasien yang berusia dua tahun belum memperoleh vaksinasi Covid-19 dan hepatitis A-E.

Sedangkan pasien yang berusia delapan tahun sudah memperoleh vaksinasi COVID-19 dosis pertama dan 11 tahun telah memperoleh vaksinasi lengkap dua dosis.

Ketiga pasien tersebut dilaporkan negatif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan medis di rumah sakit. Ketiga pasien tiba di rumah sakit dalam kondisi stadium lanjut.

Gejala yang ditemukan pada hepatitis akut ini, menurut Muzal, tidak khas sebagai gejala Covid-19. secara umum hepatitis adalah peradangan hati atau infeksi yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ialah infeksi, autoimun, obat-obatan yang dikonsumsi, hingga kekurangan oksigen atau iskemik.

Sementara itu, penyebab hepatitis anak paling banyak berasal dari infeksi, seperti virus, bakteri, jamur dan parasit. Virus yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan menyerang sel hati dan menyebabkan hepatitis.

Kenali Gejala Hepatitis Akut

Sementara itu, Hanifah Oswari selaku Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK UI, menyebut dugaan awal hepatitis akut ini disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV dll. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernafasan.

Baca Juga: Waspada 5 Hal yang Dapat Merusak Kesehatan Hati

Hanifah menyarankan, untuk mencegah risiko terpapar dan terinfeksi, dia menyarankan agar para orang tua tetap meningkatkan kewaspadaan dan melakukan serangkaian tindak pencegahan. Langkah awalnya ialah menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

Menjaga kebersihan ini bisa dilakukan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman yang matang sempurna, tidak menggunakan alat-alat makan bersama, dan menghindari kontak dengan anak-anak yang sakit.

Selain itu, untuk mencegah penularan hepatitis akut melalui saluran pernafasan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 seperti memakai masker, menjaga jarak dan mengurangi mobilitas.
Upaya lainnya adalah pemahaman orang tua terhadap gejala awal penyakit Hepatitis Akut.

Secara umum, sambung Hanifah, gejala awal dari penyakit hepatitis akut ini ialah muntah, mual, sakit perut, diare, dan disertai dengan demam ringan. Gejala tersebut akan memberat seperti air kencing berwarna seperti teh yang pekat, dan BAB berwarna putih pucat.

Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, orang tua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal.

Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran. Karena kondisi tersebutmenunjukkan bahwa infeksi hepatitis sudah sangat berat.

Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU