[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="300"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - The FIFA World Motor Sport Council di Paris Perancis telah memutuskan menyetujui kalender untuk musim balapan ke 8 2021/2022 pada bulan Oktober tahun lalu, berdasarkan keputusan itu Jakarta secara resmi ditetapkan sebagai tuan rumah Formula-E tanggal 4 Juni 2022. Ketua pertandingn sekaligus sebagai C0-Founder dari Formula E, Alberto Longo dalam sebuah unggahan video mengucapkan selamat pada gubernur DKI Anies Baswedsan. Longo mengatakan bahwa Gubernur Anies telah berhasil merealisasikn program Langit Biru untuk tujuan mencapai udara bersih melalui even Formula-E.
Baca Juga: KPK Terus Selidiki Bukti Dugaan Korupsi Formula E
Alberto Longo memberikan pujian lagi pada Anies Baswedan setelah acara Formula E itu sukses diselenggarakan di Jakarta tanggal 4 juni 2022 kemarin. Kata dia tentang Anies kepemimpinan, kesetiaan, dan kejujuran hanyalah beberapa dari sekian banyak sifat yang bisa mendefinisikan teman baik saya @aniesbaswedan. Memang acara balapan itu sukses sekali terbukti dari jumlah penontonnya yang membludak (belum lagi jutaan pemirsa TV diseluruh dunia) dan dari petinggi Indonesia yang menonton; dari presiden Jokowi sendiri, lalu ketua DPR Puan Maharani, beberapa menteri dsb, serta maraknya liputan dari media luar negeri.
Namun ajang balapan Formula-E yang sukses itu menunjukkan bahwa kegiatan olahraga di Indonesia ini syarat dengan nuansa politik karena ketikdak sukaan pada figur Anies Baswedan. Meskipun presiden Jokowi hadir menonton, namun publik melihat dengan kasat mata bahwa dukungan pemerintah untuk ajang Formula-E itu sedikit dibandingkan dengan upaya yang all-out seluruh jajaran kabinet Jokowi dalam mensukseskan ajang balap motor di Mandalika dimana perusahaan-perusahaan negara (BUMN) semuanya pada membantu dengan dukungan finansial. Sementara di Formula-E ini semua BUMN tidak memberikan dukungan dengan alasan proposal panitia terlambat disampaikan.
Sebenarnya baik ajang balapan motor di Mandalika maupun Formula-E di Jakarta sama-sama membawa nama baik Indonesia dimata dunia; dan kegiatan olahraga harus steril dari kegiatan politik. Namun patut disayangkan tujuan untuk membawa nama baik bangsa di Formula-E ini kalau bisa di gagalkan gara-gara figur Anies Baswedan yang telah membawa reputasi positif ibu kota Jakarta yang mengagumkan di mata dunia namun ikut digadang-gadang publik untuk menjadi calon presiden di pemilu tahun 2024 nanti.
Baca Juga: BUMN Tak Sponsori Formula E, Mufti Anam Kritisi Erick Thohir
Saya pernah menulis di Optika ini tentang Cancel Cuture yang dimulai di Amerika Serikat dan sekarang menyebar keseluruh dunia sebagai salah satu senjata mejatuhkan lawan. Cancel Cultur yang berarti meng-cancel atau memprotes atau memboikot seseorang karena orang yang bersangkutan dianggap sebagai lawan. Sesorang itu bisa selebriti, bisa politisi, bisa dosen, bisa ustadz bahkan bisa negara. Pada perang Rusia Vs Ukraina yang masih berlangsung, pihak barat dalam hal ini Amerika Serikat dan sekutunya NATO memboikot, melarang apapun yang berbau Rusia untuk dilihat warga negaranya. Seluruh mas media Rusia dilarang ditanyangkan dinegara-negara barat. Buku-buku, pertunjukan olah raga, seni musik, tari dan drama dsb dari Rusia tidak boleh ditonton atau didengarkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Budaya pemboikotan seperti itu sekarang mulai dipraktekkan di Indonesia. Sebagai contoh dalam ajang balap Formula-E itu apapun yang berbau Anies Baswedan harus di kritik, dicemooh dan diharapkan gagal. Bahkan ada pendukung presiden Jokowi membuat petisi agar pak Jokowi tidak hadir dalam acara Formula E itu. Apapun yang dikerjkan Anies harus dicari celah negative nya; misalkan atap penonton yang jatuh beberapa hari sebelum ajang Formula-E itu dilaksanakan menjadi bulan-bulanan pengkritik Anies Baswedan, Perlu diketahui pengkritik itu bisa lawan politik, partai politik, bisa buzzer atau influencer yang mendapatkan bayaran untuk menjelekkan Anies Baswedan.
Pilpres masih dua tahun lagi, namun ada baiknya praktek Cancel Culture itu tidak digunakan untuk melakukan pembunuhan karakter (character assassination) seseorang. Kali ini yang kita lihat menjadi targetnya adalah Anies Baswedan; namun setelah itu bisa muncul target lainnya seperti Ganjar, Puan, AHY, Muhaimin dan tokoh-tokoh lainnya.
Baca Juga: Anies: Kemeriahan Formula E Menyatukan Berbagai Pihak, Bukan yang Menjauhkan
Kalau praktek-praktek seperti itu dijalakan, maka itu merupakan pendidikan politik (political education) yang jelek bagi rakyat dan bangsa ini.
Editor : Pahlevi