WARNA MERAH DAN MENTAL PUAN MAHARANI

author optikaid

- Pewarta

Minggu, 12 Sep 2021 21:36 WIB

WARNA MERAH DAN MENTAL PUAN MAHARANI

i

puan baliho

Sejak lahir, warna merah dekat dengan Puan Maharani. Sisa-sisa warna merah Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme Sang Kakek yang wafat tiga tahun sebelum kelahiran Puan, tentu saja masih ada dan membekas di benak Ibunya, Megawati Soekarno Putri. Pada usia tiga belas dan empat belas tahun, Puan Maharani semakin akrab dengan warna merah. Tepatnya di tahun 1986 dan 1987. Tahun dimana Soerjadi, pemimpin dan salah satu pendiri Partai Demokrasi Indonesia (PDI), berhasil mengajak trah Soekarno, Megawati Soekarno Putri, dan Guruh Soekarno Putra, bergabung dengan PDI. Hasilnya cukup signifikan, saat pemilu 1987, PDI berhasil meraih empat puluh kursi.

Menurut Sigmund Freud, dalam fase pubertas, yaitu pada usia dua belas hingga delapan belas tahun, muncul dorongan-dorongan sikap, dan apabila dorongan-dorongan ini dapat ditransfer dan disublimasikan dengan baik, akan sampai pada masa kematangan terakhir, yaitu fase genital. Seorang pendidik, ilmuan, dan dokter berkebangsaan Italia, Maria Montessori, dalam ajarannya menjelaskan, usia dua belas hingga delapan belas tahun, adalah periode penemuan diri dan kepekaan sosial. Fase ini merupakan fase kuatnya ingatan dan kesadaran remaja.

Baca Juga: Puan Sampaikan Terimakasih pada Mahasiswa Usai Revisi UU Pilkada Batal!

Pada usia remajanya, warna merah tentu saja terlanjur sering menyerang alam bawah sadar Puan. Dalam ilmu nirmana, selain biru dan kuning, warna merah juga merupakan warna primer atau warna pokok. Warna merah sering dihubungkan dengan energi, perang, bahaya, kekuatan, tekad yang kuat, hasrat, dan cinta.

Warna merah dapat mempertinggi metabolisme tubuh manusia, meningkatkan pernapasan, dan menaikkan tekanan darah. Karena itulah warna merah sering digunakan sebagai simbol pada kemasan obat kuat untuk pria. Begitu juga tanda-tanda rambu lalu lintas, tanda-tanda larangan, salah satu contoh yang sering kita jumpai yaitu simbol yang berkaitan dengan api. Secara karakter, warna merah sering diindikasikan dengan keberanian. Wajar saja warna ini dijadikan banyak negara sebagai warna bendera.

Banyak partai di berbagai negara juga menggunankan warna merah. Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Tiongkok, Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional atau Nazi. Di Indonesia dulu ada Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Murba, termasuk partainya Bung Karno, PNI Marhaenisme. Merah adalah warna yang emosionalnya kuat. 

Warna merah yang dominan dapat membuat suatu objek terlihat sangat jelas (eye catching), jika dipadukan dengan warna kuning emas, hitam, dan juga putih. Perpaduan warna itu dipakai di semua baliho Puan. Selain itu, Sering kali kita lihat warna dari banner, flyer digital, atau iklan baris internet yang membubuhkan warna merah pada tulisan 'Beli Sekarang atau Klik Disini', warna merah menyatu dengan kalimat, yang menggiring emosional manusia.

Apakah dalam diri Puan yang sekarang semua sifat atau karakter warna merah itu sudah sangat menyatu?

Kesadaran Puan Maharani yang lahir dari keluarga politikus dan dikader langsung oleh ibunya, Megawati Soekarno Putri, adalah keniscayaan yang harus terus dijaga kekuatannya. Puan menjadi saksi sejarah Ibunya. Berulang kali Megawati mengalami masa-masa politik yang buruk, ketika berhadapan dengan rezim Soeharto. Dari kisruh internal PDI sejak tahun 1993, Kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli), hingga desas-desus hubungan rumah tangga, membuat pribadi Puan semakin matang.

Baca Juga: Puan Maharani Setelah di IKN: Rumah Oke, Tidur Nyenyak

Puan memulai karir politik secara sistematis. Tahun 2009, adalah langkah awal Puan masuk sebagai anggota parlemen dengan meraih suara terbanyak kedua di seluruh Indonesia, dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V, yang meliputi Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali. Pada pemilu legislatif berikutnya, 2012 - 2014, Puan menjabat sebagai ketua Fraksi PDIP. Usai menang pemilu 2014, Dia kemudian mendapat pengalaman di lembaga eksekutif dengan menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Puan menduduki salah satu jabatan politik yang sangat penting, dengan menjadi ketua DPR ketika dirinya berusia 46 tahun. Usia yang masih muda. Selain itu oleh Ibunya, Puan ditunjuk sebagai ketua DPP PDIP. Dalam berbagai pilkada, Puan sering tampil sebagai tim sukses, bahkan turun langsung menjadi juru kampanye (Jurkam). Salah satunya menjadi komandan tempur, saat Ganjar Pranowo berlaga di pilgub Jateng, tahun 2013.

Banyaknya baliho Puan dengan jargon 'Kepak Sayap Kebhinnekaan' dan juga 'Jaga Iman, jaga imun. Insya ALLAH aman, amin,' secara kalimat terkesan biasa, karena jauh sebelum baliho Puan bertebaran, pesan-pesan menjaga kebhinnekaan dan menjaga kesehatan sudah ada di berbagai media, dan di dunia pendidikan, organisasi, maupun agama. Lalu apa maksud dari pengulangan pesan dengan makna sama yang gencar dilakukan Puan? 

Dibalik banyaknya ocehan netizen terkait maraknya baliho Puan di tengah pandemi, Puan memilih untuk tetap cuek, dengan terus mengumandangkan pesan dengan makna yang sama, yang sering dibaca ulang jutaan orang. Bisa jadi ini adalah cara untuk menjaga kestabilan mental 'merahnya' Puan dan PDIP sebagai partai yang berkuasa, di tengah maraknya ungkapan kecewa dan resahnya masyarakat melalui media sosial, coretan dinding atas banyaknya krisis, ketimpangan yang terjadi, juga dari gempuran serangan persaingan politik antar partai.

Baca Juga: Bicara Tentang Pemilu di Pidato Kebangsaan MPR, Puan: Yang Berhasil Indah, Yang Gagal Sulit Makan!

Puan bukan politisi baru. Dia sadar betul, tidak perlu membuat merahnya semakin terbakar membara. Cukup menjaga nyala api yang hangatnya terus ada dalam jiwa. Terus-menerus dibaca ulang oleh banyak orang. Sekali lagi, melalui pesan dengan makna yang sama. Seperti umumnya nasihat baik yang disampaikan seorang Ibu, sejak manusia mengenal tata krama, melakukan kesalahan bahkan penyimpangan, lalu sadar, dan hingga tua, nasihat baik itu akan tetap sama. Seperti merahnya Puan, walau kenyataan politik dalam negara demokrasi hari ini, masih banyak basa-basi.

Penulis : Syarifudin Zuhri

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU