Optika.id - Kementerian Kesehatan memastikan keamanan makanan yang dikonsumsi oleh jemaah haji indonesia. Tim sanitasi dan food security secara rutin melakukan inspeksi kepada perusahaan penyedia katering jamaah haji.
Tim Sanitasi dan Food Security Daker Makkah, Lucky Aris Suryono, SKM, M.Kes mengatakan, titik kritis pemeriksaan makanan dimulai dari sejak masa persiapan. Salah satunya adalah memastikan bahwa petugas katering memiliki sertifikat kesehatan.
Baca Juga: Kemenkes Sebut Jemaah Haji Berisiko Tinggi Terdapat Penyakit Bawaan
Di sini titik kritisnya. Karena kita harus betul betul menjamin bahwa katering betul betul melaksanakan segala sesuatu nya sesuai dengan prosedur yang ada, kata Lucky, Kamis (23/6/2022).
Dalam melakukan pemeriksaan, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi perusahaan katering, mulai dari aspek bangunan, aspek sumber daya manusia (pekerja), hingga ke proses pengolahan makanan. Di mana semuanya harus sesuai dengan standar kesehatan lingkungan. Proses penilaian dilakukan melalui form penilaian yang diisi oleh petugas.
Dari sisi pekerjaannya juga harus kita lihat, pemilihan bahan makanannya, bagaimana cara penyimpanan, bagaimana cara pengolahannya. Sejauh mana mereka melakukan itu semua sesuai dengan standar kesehatan lingkungan yang ada jelas Lucky.
Proses inspeksi dilakukan di seluruh katering dan pemondokan yang ditunjuk oleh Kementerian Agama. Metode yang digunakan untuk mengetahui aroma, rasa, dan rupa makanan secara kasat mata. Berdasarkan hasil inspeksi, ada beberapa yang diberikan rekomendasi secara kesehatan.
"Misalnya lokasi dispenser dan tempat sampah yang masih berdekatan, jadi dilakukan edukasi ungkapnya.
Tim sanitasi dan food security memiliki bank sampel yang merupakan sampel makanan dan minuman yang dikirimkan bersamaan dengan waktu distribusi makanan kepada jemaah. Melalui bank sampel dapat dilakukan penyeledikan epidemiologi apabila terjadi kasus penyakit akibat keracunan makanan di jamaah haji.
Proses pemeriksaan menggunakan sanitarian kit untuk menguji kandungan bakteri dan kimia dari makanan dan minuman.
Baca Juga: Setelah Isoman, Jamaah Haji Ini Akhirnya Dapat Berangkat Haji
Kami periksa, sampel kapan, hari apa, tanggal berapa, jam berapa. Masa Inkubasi bakteri bervariasi mulai dari 1 × 24 jam sampai 3 kali 24 jam, setelah itu sampel bisa dihilangkan dari bank sampel jelas Lucky.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia mengungkapman, ada sebanyak 40 hotel akomodasi dan 31 perusahaan catering yang dilakukan pengawasan, pemantauan, dan pemeriksaan oleh tim.
Selain memastikan perusahaan catering menjalankan layanan makanan jamaah sesuai dengan standar lingkungan, dr. Lucky juga mengingatkan pentingnya bagi jemaah untuk mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh petugas dengan tertib sesuai dengan waktu makan yang disarankan.
Hal ini penting dilakukan, lanjut Lucky, mengingat adanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pengolahan makanan sebelum dibagikan kepada jemaah.
Baca Juga: Jamaah Haji Gelombang 2 Embarkasi Surabaya Diberangkatkan
"Kalau makanan itu tidak segera dimakan artinya ada kemungkinan terjadi kontaminasi silang antara lauk dengan nasi. Itu akan mengakibatkan pembiakan bakteri yang berakibat bagi pencernaan Jemaah. Itu yang kita hindari jelasnya.
Sesuai anjuran, menu makan pagi tidak boleh dikonsumsi lebih dari pukul 11.00 WAS. Untuk menu makan siang tidak boleh dikonsumsi lebih dari pukul 17.00 WAS. Sementara untuk makan malam tidak boleh dikonsumsi lebih dari pukul 23.00 WAS.
Reporter: Denny Setiawan
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi