Airlangga Hartarto, Wawakil Sunda di Pilpres 2024?

author Seno

- Pewarta

Rabu, 29 Jun 2022 03:18 WIB

Airlangga Hartarto, Wawakil Sunda di Pilpres 2024?

i

images - 2022-06-28T201817.185

Optika.id - Sudah sejak lama isu dan kegelisahan tentang kepemimpinan Sunda itu muncul. Isu dan kegelisahan itu seolah menjadi pertanyaan yang sampai detik ini belum memiliki jawaban pasti. Entah ini soal waktu, atau memang takdir yang belum berkenan. Namun yang pasti sampai dengan saat ini wawakil Sunda di kancah perpolitikan nasional seperti stuck pada satu titik di mana mereka ada tapi tak terlihat. Eksistensi mereka seolah masih kalah jauh jika dibandingkan dengan beberapa tokoh politik lainnya di tanah air. Benarkah demikian?

Kompas.com pernah menulis artikel tentang rendahnya representasi politik orang Sunda di kancah nasional. Artikel itu tayang pada tanggal 20 Mei 2021 jam 19:51 WIB. Pada catatannya itu kompas.com mengutip pernyataan Dosen Antropologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Budi Rajab. Budi mengatakan rendahnya representasi politik orang Sunda dikancah nasional ini disebabkan adanya perbedaan pola masyarakat Sunda dengan jawa yang sudah ada sejak zaman dahulu. Salah satu yang melatarbelakanginya adalah pola mata pencaharian. Masyarakat Jawa memiliki kencendrungan mata pencaharian sebagai petani di sawah. Masyarakat petani sawah dalam satuan politik masyarakat dunia biasanya muncul satu kekuatan besar yang menyatukan. Budi menuturkan cirri masyarakat persawahan adalah mampu terkonsentrasi sehingga bisa disentralisasikan oleh satu kekuatan besar.

Baca Juga: Ridwan Kamil Effect, Golkar Geser Gerindra di Hitung Cepat Pemilu 2024

Hal ini berbeda dengan kondisi masyarakat Sunda yang cenderung sebagai peladang. Dengan perbedaan kondisi sosial ini masyarakat Sunda lebih punya kekuatan yang bersifat local. Kekuasaan terbagi secara local di beberapa wilayah. Orang Sunda memiliki kencendrungan lebih pada visi politik yang populis. Hanya saja orientasinya lebih loka, tidak cosmopolitan. Konsekuensinya politik kepemimpinan Sunda memang sulit berbicara pada tingkat nasional karena orientasi kepemimpinannya lebih bersifat lokal, tidak luas atau kosmopolis. Populis tapi orang Sunda tidak bisa membangun kekuatan populis yang kosmopolis, papar Budi.

Dan yang paling menggelitik, pikiran-rakyat.com juga pernah menuliskan hal serupa. Bahkan judulnya luar biasa menarik. Tokoh Sunda di Bentala Politik Selalu Kahieuman Bangkong. Karakter orang Sunda yang someah dan terbuka bagi orang lain ini disebut menjadi salah satu penyebab tokoh Sunda di kancah politik Nasional ini menjadi kahieuman bangkong atau bahasa populernya ada tapi tidak terlihat.

Dua kutipan artikel di atas tentu tidak sepenuhnya salah. Namun juga tidak seratus persen benar. Jika saja mau menelisik dan menelaah lebih jauh, ada banyak tokoh Sunda yang juga memiliki peranan luar biasa. Bahkan menempati posisi yang sangat strategis jika dibandingkan dengan tokoh Sunda lainnya yang saat ini muncul. Bahkan mungkin saat ini menjelang konstalasi Pilpres 2024, tidak menutup kemungkinan Sunda memiliki wawakil yang akan turut serta dalam hajat demokrasi nasional lima tahunan itu. Namun sebelum membahas dan memunculkan nama siapa saja yang akan menjadi representasi Sunda di Pilpres 2024, kita samakan terlebih dahulu persepsi kita tentang Sunda.

Biasanya definisi tentang orang Sunda selalu mengerucut pada seseorang yang lahir, tumbuh dan besar serta tinggal di tatar Pasundan (Jawa Barat). Atau menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dalam praktek kehidupan sehari-hari. Kata Kontjaraningrat, suku Sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari dan berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat atau daerah yang juga disebut tanah Pasundan atau Tatar Pasundan (Koentjaraningrat; 2010).

Namun seiring berjalannya waktu, definisi itu bergeser. Saat ini Sunda menjadi salah satu suku di Indonesia dengan jumlah penduduk yang bisa dibilang cukup banyak.

Dalam catatan kompas.com, berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah populasi masyarakat Sundah mencapai tiga puluh tujuh juta jiwa. Karakter orang Sunda itu optimis, riang, ramah dan bersahaja. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai petualang yang ulung dan berani. Tak heran jika populasi masyarakat Sunda tidak hanya meliputi wilayah Jawa Barat, Jakarta dan Banten saja, tapi juga bisa kita temukan di provinsi-provinsi lain di Indonesia, bahkan sampai di luar negeri. Alhasil definisi tentang orang Sunda tidak bisa dikerucutkan pada kelahiran dan tempat tinggal semata, tapi ada yang jauh lebih penting dari sekedar itu, yakni hubungan darah.

Baca Juga: Gus Haris Jadi Calon Bupati, Misbakhun Yakin Golkar Berjaya!

Sepanjang analisa kami, menjelang Pilpres 2024, dari sekian banyak nama yang muncul dalam bursa calon Presiden, sedikitnya ada dua nama yang bisa menjadi representasi perwakilan masyarakat Sunda. Pertama, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan ke dua, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia sekaligus Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Jika definisi orang Sunda mengerucut pada yang lahir dan tinggal di tatar Pasundan, nama Ridwan Kamil tentu menjadi representasi orang Sunda dalam definisi itu. Namun jika menggunakan definisi hubungan darah, Airlangga Hartarto juga sah untuk mengklaim dirinya sebagai orang Sunda. Kenapa demikian? Airlangga meruapakan anak dari Ibu Hartini Hartarto (R . Hartini Soekardi Widjaja). Ibunya adalah tokoh Perempuan Sunda yang berasal dari Sukabumi dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Dharma Wanita periode 1993-2003. Sedangkan kaeknya, R. Didi Soekardi Widjaja, seorang pejuang kemerdekaan sekaligus tokoh Sunda berpengaruh pada masanya. Pernah menjabat sebagai Ketua Paguyuban Pasundan Sukabumi tahun 1930an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Airlangga Hartarto sendiri sejatinya memiliki kesempatan yang jauh lebih besar sebagai representasi orang Sunda yang akan maju di Pilpres 2024 mendatang jika dibandingkan dengan Ridwan Kamil. Bacaan ini tentu tidak semata-mata unsur subjektifitas belaka. Ada data-data penunjang yang memperkuat alasan dari argument itu. Pertama, posisi Airlangga sebagai Menteri Koordinarot Bidang Perekonomian Indonesia memiliki sumbangsih luar biasa dalam mendongkrak popularitas dan elektabilitasnya. Terlebih Airlangga berhasil menunjukkan kerja-kerja positif pemerintah lewat jabatan atau amanah yang saat ini ia pegang sebagai Menko Perekonomian. Apalagi saat terjadi pendemi Covid 19 dan dilanjutkan dengan pemulihan ekonomi nasional. Tak heran jika dibeberapa survei ada yang menyebut masyarakat sangat puas dengan kinerja Airlangga sebagai Menko Bidang Perekonomian. Bahkan dalam survey LSI (Laboratorium Survei Indonesia) per Juni 2022 menyebutkan Airlangga adalah calon presiden yang paling diinginkan oleh publik. Airlangga dipilih oleh 28,2 persen dari 2080 responden LSI. Selain itu survei LSI menyebutkan Airlangga menjadi pejabat publik yang dinilai kebijakannya paling bisa dirasakan masyarakat.

Dan alasan ke dua, tentu posisi Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Seperti kita ketahui bersama, partai politik menjadi instrument utama dari setiap proses demokrasi bangsa ini. Alhasil jika dibandingkan dengan Ridwan Kamil, peluang Airlangga tentu jauh lebih terbuka lebar. Terlebih sampai saat ini survei Golkar dibawah kepemimpinan Airlangga Hartarto terbilang sangat baik. Bahkan Golkar mampu bertransformasi menjadi partai yang paling modern dan terbuka, khususnya bagi kalangan milenial. Terlebih sampai dengan detik ini, soliditas seluruh element dan organ partai masih sangat luar biasa terjaga. Bahkan bagi seluruh kader Golkar, nama Airlangga Hartarto menjadi nama tunggal yang wajib diusung dan didukung oleh seluruh kader Golkar sebagai calon Presiden Indonesia di tahun 2024 mendatang. Apalagi hari ini Koalisi Golkar, PAN dan PPP yang sudah terbentuk dengan nama Koalisi Indonesia Bersatu kian membuat peluang itu terbuka lebar. Berbeda halnya dengan Ridwan Kamil, meski popularitasnya tinggi, namun sampai saat ini Emil belum memiliki kepastian soal partai pengusung. Bahkan juga belum tercatat sebagai anggota atau kader partai politik manapun.

Terlepas dari apapun dinamika politik yang akan terjadi, tantangan ikhwal kepemimpinan Sunda yang kerap disebut kahieuman bangkong perlahan-lahan harus mulai diubah. Toh pada kenyataannya ada pula tokoh-tokoh politik Sunda yang ternyata memiliki peran dan jabatan strategis di Negara ini. Namun tentu catatan ini tidak bermaksud menumbuhkan sikap primordialisme di antara sesame anak bangsa. Akan tetapi definisi mencintai tanah air itu akan selalu berangkat dari hal yang terkecil, yakni mencintai tanah kelahiran. Oleh sebab itu, sebagai bagian dari masyarakat Sunda, tak berlebihan kiranya jika pada momentum Pilpres 2024 mendatang kita berharap ada wawakil Sunda yang memimpin negeri ini. Dan salah satu yang memiliki kesempatan itu adalah Airlangga Hartarto.

Baca Juga: Bamsoet: Saksi TPS Berperan Penting Jaga Pemilu Jurdil

Penulis: Imam Mudofar, S.Hum (Fungsionaris Partai Golkar Kab. Tasikmalaya dan Wakil Ketua AMPI Provinsi Jawa Barat)

Editor: Pahlevi 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU