Tak Boleh Dipandang Tabu, Psikolog Beberkan Kiat Praktis Edukasi Seks Sedini Mungkin

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 29 Jun 2022 21:27 WIB

Tak Boleh Dipandang Tabu, Psikolog Beberkan Kiat Praktis Edukasi Seks Sedini Mungkin

i

sex-education-g7c041a482_1920

Optika.id - Pendidikan seksual kepada anak di negeri ini dipandang sebagai sesuatu yang tabu. Seharusnya, pendidikan seksual menjadi hal yang wajib diberikan atau diajarkan oleh orang tua, apalagi di tengah maraknya kasus kejahatan seksual di mana saja, dan menyasar siapa saja.

Akan tetapi, tentunya pendidikan seksual harus diajarkan secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak. Melihat hal tersebut, Anna Surti Ariani selaku psikolog keluarga dan anak dari Lembaga Psikolog Terapan UI (LPTUI) membagikan cara praktis untuk memberikan edukasi sedini mungkin pada anak-anak.

Baca Juga: Gen Z Enggan Terima Panggilan Telepon, Benarkah Kena Telephobia?

"Pendidikan seksualitas pada anak memang harus dimulai dari usia dini. Dimulai dari usia 0-2 tahun. Kita sebagai orang tua harus menyampaikan dengan benar anggota-anggota tubuh anak sesuai dengan nama aslinya dan tidak memakai nama-nama kiasan," kata Anna seperti dikutip dari Antara, Rabu (29/6/2022).

Anak nantinya dapat dengan mudah memberikan laporan kepada orang tua jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika orang tua memberitahu nama asli dari anggota tubuh beserta dengan kegunaannya.

Kemudian, saat anak memasuki usia dua tahun ke atas, orang tua harus mengajarkan anak-anak untuk menghargai tubuhnya sendiri. Dimulai dari hal sederhana dengan membiasakan anak mengganti baju di tempat yang tertutup.

"Ini sering terjadi nih di tempat liburan, misalnya lagi di pantai terus mau mandi. Anaknya disuruh buka baju di tempat umum, terus akhirnya dilihat semua orang saat mandi. Ini bisa membuat anak tidak biasa untuk menghargai tubuhnya. Jadi ajari anak untuk menghargai tubuhnya dan salah satu caranya membiasakan diri ganti baju di tempat tertutup," ujar wanita yang juga Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia wilayah Jakarta itu.

Di sisi lain, anak wajib juga diajarkan tentang pemahaman sentuhan mana yang baik dan mana yang buruk. Anak harus diberikan pemahaman bahwa hanya orang tua atau pengasuhnya saja yang boleh memegang atau menyentuhnya. Itu pun, hanya dalam kondisi pengasuh sedang meladeni anak dengan segala tingkah polahnya.

Baca Juga: Waspadai Tiga Kebiasaan Beracun yang Bisa Rusak Mental Diri Sendiri

Anak juga harus diajarkan untuk berani memberitahukan hal-hal yang menurutnya tidak nyaman kepada orang tuanya. Bagi orang tua, mereka harus membiasakan diri menerima laporan anaknya serta harus bisa memberi kenyamanan bagi sang buah hati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Adapun untuk membiasakan edukasi dan komunikasi terkait seksualitas anak, orang tua bisa menggunakan opsi metode Role Play atau bermain peran. Tujuannya, agaar anak bisa lebih mudah memahami dalam mengambil keputusan jika ada kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan baginya.

Misalnya, orang tua bisa mengajak anak berperan jika tiba-tiba ada orang asing di tempat umum yang memegang badan anak maka anak harus melaporkan ke orang tua atau segera mencari pertolongan ke orang lain. Dengan demikian, anak bisa lebih memiliki proteksi diri dan mempunyai bekal untuk terhindar dari pelecehan seksual.

Baca Juga: Kasus Kekerasaan Seksual Tak Kunjung Henti Terjadi di Sekolah

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU