Optika.id - Demi perdamaian Rusia dan Ukraina, Presiden Joko Widodo terbang ke Ukraina. Jokowi menjadi kepala negara pertama dari Asia yang mengunjungi Ukraina setelah invasi Federasi Rusia.
"Jadi Presiden Jokowi adalah kepala negara pertama dari Asia dan kepala negara dari Gerakan Nonblok yang mengunjungi Ukraina. Dan yang makin istimewa kunjungan dilanjut ke Rusia," kata Koordinator Stafsus Jokowi, Ari Dwipayana, dalam akun Instagramnya seperti dikutip Optika.id, Kamis (30/6/2022).
Baca Juga: Undat – Undat..
"Misi perdamaian ini adalah bagian dari tanggung jawab Indonesia sebagai negara yang memegang keketuaan G20 dan juga secara historis menjadi pendiri Gerakan Nonblok, perintis Konferensi Asia Afrika yang harus menyuarakan kepentingan negara-negara Asia-Afrika dan Amerika Latin," imbuhnya.
Ari Dwipayana mengatakan perjalanan ke Ukraina dan Rusia merupakan langkah diplomasi yang tidak mudah. Namun, kata Ari, Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa Jokowi tak pernah menunggu.
"Presiden datang langsung menemui pimpinan tertinggi dua negara untuk menyerukan perdamaian karena perang telah membawa korban jutaan rakyat di negara berkembang dan miskin. Krisis energi, krisis pangan dan lonjakan inflasi, telah menyebabkan banyak negara terancam menjadi negara gagal. Berhentilah berperang, seluruh dunia telah merasakan dampaknya," ujar Ari.
Presiden Jokowi pun berharap perang di Ukraina bisa segera dihentikan. Jokowi juga berharap tidak ada lagi kota-kota di Ukraina yang rusak akibat perang.
Harapan Jokowi itu disampaikan melalui akun Instagramnya, Rabu (29/6/2022). Jokowi mengunggah momen saat dirinya meninjau Apartemen Lipky yang hancur akibat perang di Kota Irpin, Ukraina.
"Kota Irpin, Ukraina. Di belakang saya ini adalah Apartemen Lipky yang hancur akibat perang. Dinding-dinding dan atapnya terkoyak oleh peluru," tulis Jokowi.
Dalam kunjungannya itu, Jokowi ditemani Wali Kota Irpin Alexander Grigorovich Markushin. Jokowi melihat langsung rumah-rumah dan infrastruktur kota itu yang rusak akibat perang.
"Semoga perang ini bisa segera dihentikan dan tidak ada lagi kota-kota di Ukraina yang rusak," lanjutnya.
Sebelumnya, sejumlah pemimpin Eropa juga berkunjung ke Kyiv. Mereka di antaranya Presiden Prancis Emmanuel Macron, PM Italia Mario Draghi, PM Inggris Boris Johnson, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Peluang Rusia-Ukraina Menahan Diri
Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adhityo Rizal menilai kunjungan Jokowi jadi peluang Rusia dan Ukraina menahan diri.
"Presiden Jokowi selain memberikan bantuan kemanusiaan kepada Ukraina, juga memberikan dukungan agar Ukraina mendukung segala bentuk upaya untuk menghentikan perang dengan jalan damai," kata Bobby dalam keterangannya, Kamis (30/6/2022).
Kunjungan Jokowi ke Ukraina ini pun dinilai Bobby berbeda dengan kunjungan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson. Bedanya, menurut Bobby, Jokowi membawa misi damai, sedangkan Boris terkesan ingin melanjutkan perang.
Baca Juga: Aneh! Jelang Lengser Kepuasan Terhadap Jokowi Tinggi, tapi Negara Bakal Ambruk
"Ini yang berbeda dengan Boris, PM Inggris, yang sebaliknya memberikan dukungan macam-macam untuk melanjutkan perang sampai Rusia berhenti," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Oleh sebab itu, kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia ini, Bobby menyebut dapat menjadi titik awal Ukraina dan Rusia saling menahan diri. Ketimbang, provokasi pihak ketiga agar perang berlanjut.
"Besar kemungkinan, perdamaian antardua negara tersebut belum dapat tercapai, akan tetapi bisa menjadi tahapan awal bagi kedua negara untuk saling menahan diri dan mencari jalan selain perang, bukan provokasi untuk melanjutkan perang. Semoga Bapak Presiden kembali dengan selamat dari sana," imbuhnya.
Indonesia Memiliki Peran
Guru Besar Hukum Internasional UI Prof Hikmahanto Juwana pertama menjelaskan apa yang ingin ditunjukkan Jokowi dengan kunjungan ke Ukraina dan Rusia. Indonesia, menurut Hikmahanto, ingin menunjukkan kepada dunia memiliki peran.
"Indonesia tidak ingin tercatat dalam sejarah ketika memegang jabatan sebagai Presiden G20 tidak berbuat apapun saat perekonomian dunia terdampak, terutama negara berkembang terkait supply chain pangan," kata Hikmahanto dalam keterangannya, Kamis (30/6/2022).
Selain itu, Indonesia dinilai ingin menunjukkan turut serta dalam ketertiban dunia sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Serta memberikan dampak kepada negara berkembang lainnya.
"Indonesia sebagai negara berkembang memperjuangkan kepentingan negara berkembang yang terdampak perang dengan adanya krisis pangan," ujarnya.
Baca Juga: Dosa-dosa Jokowi
Sementara itu, Hikmahanto pun menilai besar kemungkinan Rusia dan Ukraina berdamai usai kunjungan Jokowi. Cara Rusia mengakhiri perang di Ukraina, menurut Hikmahanto akan berbeda dengan cara Amerika Serikat di tempat lain.
"Sangat besar probabilitasnya ini karena Rusia sepertinya berkeinginan untuk menghentikan serangan. Namun dia tidak akan menghentikan begitu saja karena tidak mau bernasib sama dengan AS saat keluar dari Afghanistan. Yang banyak pihak mengatakan AS kalah perang. Jadi Rusia membutuhkan pihak ketiga untuk menyelamatkan muka Rusia dengan menjadikan imbauan Indonesia sebagai alasan," imbuhnya.
Munurut Hikmahanto, Rusia sangat ingin kehadiran Indonesia di tengah perang dengan Rusia. Hikmahanto menjabarkan indikasinya, pertama Rusia tetap menerima kehadiran Jokowi. Kedua, Jokowi yang membawa Ibu Negara yang keamanannya terjamin.
"Meski Indonesia telah mengekor AS saat mengutuk serangan Rusia dalam resolusi PBB di awal perang, namun Rusia tetap menerima kehadiran Presiden Jokowi. Presiden masuk ke Ukraina dengan membawa Ibu Negara. Ini mengindikasikan jaminan keamanan tidak saja diberikan oleh Ukraina tetapi juga Rusia. Harus diingat kunjungan Presiden Jokowi diumumkan, sehingga kalau Rusia tidak ingin menghentikan serangan bisa saja keamanan Presiden dengan Ibu Negara tidak terjamin," pungkasnya.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi