[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Baca Juga: Pertemuan Tertutup Jokowi dan Prabowo: Momen Penting di Solo
MlAda yang menarik dari pidato presiden Rusia Vladimir Putin dalam konferensi pers ketika menyambut presidenJokowi di Moskow tanggal 30 Juni 2022 yang lalu yaituPutin mengingatkan jasa Rusia terhadap Indonesia di awalkemerdekaan RI. "Izinkan saya mengingatkan anda bahwanegara kami (Rusia) membantu pembentukankenegaraan Indonesia, memperkuat posisi republik saatawal kemerdekaan di kancah internasional," katanya.Vladimir Putin kemudian membeberkanberbagai jasa yang telahdilakukan Rusia kepada Indonesia yang masih digunakansampai saat ini.
"Dengan partisipasi spesialis, insinyur, pembangun, objekbesar transportasi dan infrastruktur industri kami, stadion, rumah sakit, dan lembaga penting lainnyadibangun di Indonesia, banyak di antaranya terus bekerjahingga hari ini," tuturnya.
Generasi milineal (terutama yang berada di Jakarta) dewasa ini banyak yang belum tahu bantuan Rusia (UniSovyet waktu itu) yang dipidatokan Vladimir Putin itu.Tahun 1960an Uni Sovyet menjadi sekutu Indonesia dibawah kepemimpinan presiden Sukarno dan banyakmemberikan bantuan dana (hutang) termasukmembangun beberapa ikon penting di ibukota. Setidaknyaada lima bangunan berupa patung yang menunjukkankedekatan hubungan kedua negara pada waktu itu. Lima bangunan tersebut yakni Tugu Tani, Patung Pancoran, Patung Pemuda, Monumen Nasional dan yang termegah, Komplek Stadion Gelora Bung Karno. Semuanyamencerminkan gaya Soviet yang kental realisme.
Khusus Gelora Bung Karno yang berada di kawasanSenayan dibangun sebagai tempat penyelenggaraan Asian Games tahun 1962. Stadion utamanya didesain dapatmenampung hingga 100 ribu penonton, mirip denganStadion Luzhniki yang ada di ibukota Moskow, Rusia. Ide pembuatan komplek gedung olah raga ini bermula ketikaBung Karno berpidato di Luzhniki tahun 1956 silam. Saatitu Bung Karno sangat terkesan dengan stadion tersebutdan ingin Indonesia memiliki komplek yang sama.
Baca Juga: Aneh! Jelang Lengser Kepuasan Terhadap Jokowi Tinggi, tapi Negara Bakal Ambruk
Ketika Indonesia bertempur melawan Belanda dalammerebut Irian Barat (Papua) dan ketika melakukankebijakan Konfrontasi terhadap negara Malaysia tahun1960 an, situasi di negeri ini mencekam, situasi revolusidimana kekuatan militer di tingkatkan. Situasi mencekamitu juga terjadi di kampung saya Kapasari Surabaya dimana hampir setiap hari saya menyaksikan ratusan tank buatan Uni Sovyet menderu-deru melewati jalan besarKapasari; sementara diudara saya menyaksikan pesawat-pesawat tempur MIG juga buatan Uni Sovyet melintascepat dengan suara menggelegar dilangit Surabaya. Sayajuga melihat banyak bule yang berada dikendaraan dinasAngkatan Laut, ternyata bule-bule ini adalah penasihatmiliter dari Uni Sovyet. Salah satu bantuan Uni Sovyetyang ada di Surabaya yang bisa dilihat sekarang adalahKapal Selam buatan Uni Sovyet tahun 1950 an yang sekarang dijadikan Museum Kapal Selam dan lokasinyabersebelahan dengan Surabaya Mall.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk merebut Irian, Indonesia ketika itu membeliberbagai peralatan tempur dari Uni Sovyet salah satunegara adi daya masa itu selain Amerika Serikat. Denganhutang jangka panjang dari negeri beruang merah ini(sekitar 2,5 milyar dolar Amerika) Indonesia membelikapal perang dalam berbagai jenis, peluru kendali SAM (Surface to- air Missile), pesawat tempur Mig 15, 17 dan21, tank, kendaraan amphibi, kapal selam, kapal perusak(dulu yang terkenal adalah kapal destroyer RI Irian) , trukmiliter, senjata serbu (AK-47) dsb. Dengan berbagaipersenjataan modern itu menjadi kekuatan militerterbesar di Asia setelah Cina.
Sebagai generasi tahun 1950 an (kebetulan tahun lahirsaya dengan Pak Putin sama yaitu 1952) saya menyaksikanjejak-jejak bantuan Rusia (Uni Sovyet) yang diingatkanVladimir Putin kepada presiden Jokowi.
Baca Juga: Dosa-dosa Jokowi
Editor : Pahlevi