Optika.id-Sejumlah Madrasah Diniyah di Kota Surabaya, Jawa Timur, kondisinya memprihatinkan sehingga membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah kota setempat.
Wakil Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPRD Kota Surabaya Mahfudz mengatakan pihaknya sebelumnya menerima aduan soal Madrasah Diniyah (Madin) yang saat ini banyak yang terabaikan.
Baca Juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat
"Madin merupakan salah satu sarana dakwah Sunan Ampel di Surabaya di kala itu. Mbah Sunan Ampel, yang memberikan pendidikan karakter di Surabaya. Maka jangan melupakan sejarah ini. Jangan sampai Surabaya kehilangan karakter yang Islami tersebut," kata dia, Kamis (4/8/2022).
Lebih lanjut, politisi muda yang menjabat Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya itu mengatakan, kalau sejarah ini dilupakan, maka masyarakat Surabaya akan tergerus oleh zaman yang tidak memperhatikan adab.
"FPKB mendorong dan berjuang akan adanya Perda (Peraturan Daerah) Kota Surabaya, yang memperkuat keberadaan Madin dalam sistem pendidikan. Kami berharap Pemkot Surabaya mendukung proses itu," ujar dia.
Menurut Mahfudz, Perda tersebut di antaranya mengatur soal kesejahteraan guru Madin, terhadap siswanya, dan operasional sekolahnya.
"Kami akan ajukan dalam program legislasi daerah (prolegda) yang didahului dengan berbagai kajian akademik maupun studi banding ke daerah yang sudah melakukan itu," kata dia.
Hal sama dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren Utsmani di Jalan Jati Srono Surabaya, Muhammad Djardjis. Dia mengatakan, kondisi Madin sekarang ini sangat memprihatinkan seperti tempat belajar yang seadanya dengan menempati mushola dan rumah warga maupun guru yang disekat-sekat.
Baca Juga: Haedar Nashir Hadiri Milad Seabad RS PKU Muhammadiyah Surabaya
Lebih lanjut, Gus Djardjis mengatakan, karena tidak adanya perhatian dari pemerintah, guru Madin tidak maksimal melakukan pengajaran. "Mereka lebih sibuk mengurus pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan, daripada mengajar," kata Djardjis ketika berkeluh kesah ke Mahfudz.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, kata dia, di tengah kondisi yang memprihatinkan, Madin masih diminati warga Surabaya, yang ingin anaknya mendapatkan bekal pengetahuan agama. Seperti halnya di Surabaya Utara masih ada ratusan Madin di tiap RW, di Surabaya Timur dan Surabaya Barat juga masih diminati.
"Semua dilakukan dengan swadaya. Cuma di Surabaya pusat seperti mati suri," kata Gus Djardjis
Untuk itu, Gus Djardjis berharap pemerintah, khususnya Pemkot Surabaya memperhatikan keberadaan Madin yang merupakan tempat menimba ilmu pendidikan agama yang tentunya berdampak pada pembangun moral, adab, generasi penerus bangsa.
Baca Juga: Pilwali Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji Akan Melawan Kotak Kosong?
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi