Optika.id - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut harga mi instan bisa naik hingga tiga kali lipat akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Ukraina adalah salah satu penghasil gandum terbesar di dunia, dan sejak Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Rusia Februari lalu, ratusan juta ton gandum tertahan di Ukraina.
Baca Juga: Ukraina: Ribuan Tentara Telah Menyerbu Kacaukan Rusia
Syahrul menyebut saat ini terdapat kurang lebih 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa keluar negara tersebut. Indonesia sendiri mengimpor 27 juta ton gandum dari Ukraina.
"Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu, maafkan saya, saya bicara ekstrem saja ini," ujar Mentan dalam webinar bersama Ditjen Tanaman Pangan, dikutip dari IDXChannel, Selasa (9/8/2022).
Syahrul menjelaskan ketersediaan gandum dunia sebetulnya ada, namun adanya konflik global yang membuat masalah pada rantai pasok bakal membuat harga gandum menjadi mahal.
"Ada gandumnya, tetapi harganya akan mahal bangat, sementara kita impor terus ini, kalau saya jelas tidak setuju, apapun kita makan saja, seperti singkong, sorgum, sagu," katanya.
Bukan hanya gandum, masalah lain yang datang akibat konflik global tersebut adalah tersendatnya pasokan pupuk ke Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi importir pupuk dan Rusia maupun Ukraina.
"Di Ukraina dan Rusia juga pemasok pupuk terbesar dunia, karena ada posfat, kalium yang terbesar, dan harga naiknya pupuk di dunia 3 sampai 5 kali lipat dari harga sekarang karena persolan konektivitas yang tidak tidak berjalan normal," tuturnya.
Baca Juga: Rusia Tingkatkan Serangan di Ukraina, Manfaatkan Keunggulan Senjata
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan, setelah konflik Ukraina-Rusia, Indonesia harus mencari sumber gandum lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Karena kita sudah terbiasa makan roti, mi instan, jadi semua rakyat kita sudah tergantung gandum. Karena itu kita setiap minggu rapat mengenai pangan, supaya kita siap menghadapi krisis global agar kita bisa membuat bahan makanan sendiri," katanya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya untuk membuat pemetaan atau roadmap sorgum hingga 2024 untuk menggantikan impor gandum.
"Dari arahan bapak presiden, sekarang realisasi pengembangan sorgum saat ini, luas tanamnya sampai Juni ini masih sekitar 4.355 hektare dan tersebar di enam provinsi dengan produksi 15.243 ton atau dengan produktivitas 3,36 ton per hektare, kata Menko Perekonomian Airlanga Hartarto.
Baca Juga: KTT Ukraina Terus Mengupayakan Konsensus, Tapi...
Melihat realisasi itu, lanjut Airlangga, Presiden Jokowi langsung meminta dibuatkan roadmap sampai tahun 2024. Untuk target 2022, lanjutnya, target musim sasaran tanam sorgum ada sebanyak 15.000 hektare.
Reporter: Denny Setiawan
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi