Menyusuri Jejak Soekarno dalam Film Koesno

author Seno

- Pewarta

Kamis, 18 Agu 2022 04:14 WIB

Menyusuri Jejak Soekarno dalam Film Koesno

i

Screenshot_20220817-211057_Docs

Optika.id - Jejak-jejak pahlawan yang lahir dan pernah ditempa di Surabaya, menjadi magnet kebanggaan dan gelora api semangat arek-arek Kota Pahlawan hingga kini. Hal itulah yang menjadi alasan pemutaran Film Koesno di Tunjungan Plaza pada 14 Agustus 2022 ramai dipadati ratusan penonton.

Film Koesno adalah mahakarya kolaboratif antara TVRI, Begandring Soerabaia, dan Fakultas Ilmu Budaya UNAIR. Film ini mengisahkan kehidupan Soekarno kecil yang dulunya bernama Koesno hingga menjadi Bapak Proklamator Indonesia yang legendaris.

Baca Juga: Bukan Angkatan Darat, Sejarawan Ungkap Partai Golkar Sebenarnya Lahir dari Soekarno

Film ini diawali dengan kisah kelahiran Koesno yang lahir di Jalan Pandean IV No.40, Peneleh, Surabaya. Kehidupan masa kecil Koesno yang sering sakit-sakitan menjadi alasan perubahan nama dari Koesno Sosrodihardjo menjadi Soekarno Sosrodihardjo. Karena sakit-sakitan itu juga, dulunya Soekarno sering pindah-pindah tempat tinggal. Salah satu kota yang pernah ditinggalinya yakni Blitar. Hal ini menyebabkan kesalahpahaman bagi sebagian orang karena mengira bahwa Soekarno lahir di Blitar.

Jadi kita bisa melihat dan mengetahui sejarah, bahwa Bung Karno bukan lahir di Blitar tetapi lahir di Kota Surabaya. Sehingga dengan semangat dan perjuangan Bung Karno yang mengikuti H. O. S. Tjokroaminoto, artinya api perjuangan beliau menetes pada darah arek arek Suroboyo, kata Wali Kota Eri Cahyadi.

Dalam fase pendidikannya, Soekarno mengira ia akan bersekolah hingga SMP saja. Namun ayahnya Raden Soekemi menginginkan Soekarno melanjutkan pendidikan hingga tingkat SMA. Kemudian ia bersekolah di Hoogere Burgerschool Soerabaia (HBS). Pada waktu itu, teman-teman Soekarno mayoritas adalah anak-anak dari Belanda. Ia sangat membenci golongan yang telah menindas bangsanya. Sebagai bentuk perlawanan, Soekarno mengenakan setelan jas yang waktu itu penduduk pribumi dilarang memakainya. Ia memadukannya dengan blangkon agar identitasnya sebagai pribumi lebih dikenal.

Pasca lulus dari HBS, kemudian Raden Soekemi menitipkan Soekarno di rumah H.O.S Tjokroaminoto agar anaknya dapat belajar lebih banyak, utamanya tentang politik. Disana pemikiran Soekarno tumbuh dengan cepat, ia membaca buku-buku dan belajar gaya pidato ala Tjokroaminoto. Dalam film ini juga dimunculkan sisi romantis yakni kisah asmara Soekarno dan Siti Oetari anak Tjokroaminoto.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Berkomitmen Meluruskan Sejarah Surabaya

Film Koesno ini mengundang antusias dan tepuk tangan penonton yang hadir karena Walikota Surabaya, Eri Cahyadi juga turut berpartisipasi dengan menjadi bintang utama dalam film ini. Ia berperan sebagai Soekarno besar. Uniknya gestur, nada bicara, dan pembawaan Eri sama persis dengan Soekarno. Selain itu, juga ada sajian materi tentang kisah hidup Soekarno yang disampaikan oleh Dekan FIB Unair Prof. Purnawan Basundoro dan Kuncarsono Prasetyo yang menjadi pegiat sejarah di Begandring Soerabaia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain persembahan Film Koesno, para pegiat sejarah masih akan terus menambah bank data mengenai jejak Kota Pahlawan.

Kedepannya diharapkan tokoh-tokoh, tempat-tempat, dan peradaban Surabaya akan menjadi dokumentasi masa depan yang mentransmisikan masa lalu dan menjadi bukti rekam jejak Kota Surabaya," kata Nanang Purwono, pegiat Begandring Soerabaia.

Baca Juga: Hasto Tolak Analogi Perumpamaan Soekarno Mirip Anies, Demokrat: Tunjukkan Kurangnya Daya Imajinasi

Penulis: Fitri Nur Alifah (Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga)

Editor: Pahlevi 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU