Optika.id - Pemberantasan penyakit menular baik dari virus maupun bakteri selalu menjadi hal yang menarik untuk diulik. Tak terkecuali pemberantasan pada masa lalu.
Baca Juga: Pencabutan TAP MPRS 33/1967, Nama Sukarno Dibersihkan
Tiap pemimpin negara tentunya memiliki caranya sendiri dalam memberantas wabah penyakit. Era Presiden Joko Widodo (Jokowi) misalnya yang disibukkan dengan Covid-19. Upaya yang dilakukan adalah membuat vaksin, melakukan vaksinasi kepada masyarakat dengan stok yang tersedia, lalu berbagai imbauan lainnya seperti memakai masker, memberikan bantuan sosial (bansos) dan lain sebagainya.
Lantas, bagaimana dengan upaya memberantas penyakit menular pada masa lalu?
Pemerintahan Soekarno dan Soeharto pun memiliki caranya sendiri dalam memberantas penyakit menular. Dikutip dari buku Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia, Minggu (16/7/2023) yang disusun oleh tim Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan (Dinkes) menyebut bahwa pada tahun 1965 dibentuk Ditjen Krida Nirmala yang bertugas sebagai unit pelaksana teknis bidang penyakit menular di bawah Depkes.
Tugas dari Ditjen Krida Nirmala ini di bidang penyakit dan permasalahannya seperti cacar, TBC, malaria, kolera, diare dan frambusia. Ditjen Krida Nirmala seiring berjalannya waktu berubah menjadi Ditjen Pencegahan, Pembasmian, dan Pemberantasan Penyakit Menular (Ditjen P4M).
Pemerintahan Soekarno pun melakukan upaya vaksinasi untuk menangani penyakit menular itu. Misalnya pada tahun 1960-an yang mana wabah kolera sedang mengamuk. Soekarno mengimbau masyarakat untuk vaksinasi chotipa(cholera, typhus, dan parathypus).
Baca Juga: Megawati: Saya Bela Bung Karno Bukan Karena Ayah, Tapi Pejuang!
Mundur ke tahun 1950-an, saat itu ditemukan vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) yang memberikan kekebalan tubuh terhadap tuberculosis. Pemerintah saat itu menyatakan jika vaksinasi BCG adalah upaya pencegahan yang penting dilakukan untuk mengendalikan wabah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kemudian pada awal Orde Baru, Ditjen P4M berubah nama menjadi Ditjen Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (Ditjen P3M). Ditjen P3M ini baru berfungsi dan menunjukkan tajinya pada era Orde Baru. Tugas dari Ditjen ini adalah memberantas penyakit yang bersumber dari hewan, epidemiologis, penyakit menular langsung, imunisasi hingga higienis sanitasi.
Awal Soeharto berkuasa, saat era pembangunan lima tahun tahap I (Pelita I) pada 1969 1974, pemberantasan penyakit menular saat itu difokuskan hanya untuk memutuskan rantai penularan saja. Cara yang dilakukan oleh dinas kesehatan terkait adalah menghilangkan sumber penyakit dengan mencegah adanya kontak serta memperkuat kekebalan kepada penduduk.
Baca Juga: Ganjar Ungkap Anak Muda Harus Belajar Kepemimpinan Soekarno, Apa Itu?
Sementara itu, fokus pemberantasan penyakit TBC pada Pelita I adalah dengan menurunkan risiko paparan dan persebarannya. Upaya yang dilakukan adalah dengan cara memberikan vaksin BCG untuk anak di usia 0 14 tahun. Alhasil, vaksinasi saat itu mencakup 38 juta anak di Jawa dan Bali sebanyak 80n daerah lainnya 51ri target.
Kemudian, cacar yang menjadi masalah dan membuat kalang kabut era kolonial pun teratasi di era Orde Baru.
Saat itu, Sardjito berhasil menemukan vaksin cacar di sebuah laboratorium di Klaten, Jawa Tengah. Dengan ditemukannya vaksin, pada 1972 Indonesia berhasil membasmi penyakit itu. Penemuan vaksin tersebut diganjar dengan status Indonesia bebas cacar pada tahun 1974 oleh World Health Organization (WHO).
Editor : Pahlevi