Optika.id - Presiden Joko Widodo telah menamai vaksin virus corona (Covid-19) buatan dalam negeri yakni vaksin Inavac dan Indovac. Nama Inavac diberikan untuk vaksin Merah Putih dan Indovac merujuk pada vaksin buatan BUMN.
Kedua vaksin itu saat ini telah memasuki uji klinik tahap ketiga dan selanjutnya akan dievaluasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk penerbitan izin darurat penggunaan (EUA), Senin (29/8/2022).
Baca Juga: Uji Coba Fase 3 Vaksin Merah Putih Libatkan 4000 Relawan dan Butuh Waktu 6 Bulan
Lantas, apa beda kedua vaksin buatan dalam negeri itu?
Vaksin Inavac dengan platform inactivated virus dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia. Sementara Indovac dengan platform subunit protein dikembangkan oleh PT Bio Farma dan Baylor College of Medicine.
Pertama, vaksin Inavac atau Merah Putih Tim Unair. Selain Unair, terdapat sejumlah universitas dan lembaga lainnya yang mengembangkan vaksin Merah Putih. Di antaranya Universitas Airlangga dengan vaksin inactivated virus. LBM Eijkman dengan vaksin subunit protein rekombinan, serta vaksin dari LIPI dengan metode protein rekombinan modifikasi RBD.
Kemudian, ITB dengan metode sub unit protein rekombinan dan Adenovirus vector. Lalu UI dengan metode pengembangan DNA, mRNA, dan platform virus like-particles. Dua yang lain, yakni UGM dengan subunit protein rekombinan, dan dari Unpad dengan dua platform protein rekombinan dan peptida, IgY Anti-RBD.
Progres Inavac (Vaksin Merah Putih)
Vaksin tim Unair yang paling cepat berproses untuk mulai memasuki tahap uji klinik pada manusia. Vaksin Merah Putih Unair yang kemudian diberi nama Inavac sudah mulai melakukan uji klinik pada manusia sejak Februari lalu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya juga berharap vaksin Inavac yang dikembangkan oleh Unair bisa digunakan untuk vaksinasi booster dan vaksin bagi anak usia 3-6 tahun.
Keinginan itu, kata Budi, lantaran pemerintah melihat masih jarang vaksin yang bisa digunakan bagi anak usia 3-6 tahun di Indonesia. Sementara secara global, setidaknya baru vaksin jenis Sinovac, Moderna, dan Pfizer yang digunakan untuk vaksinasi anak usia di bawah 6 tahun.
Vaksin Indovac (BUMN)
Baca Juga: Vaksin Merah Putih Masuki Uji Fase 3, BPOM Siap Keluarkan Izin
Sementara untuk penelitian dan uji klinik vaksin BUMN yang kemudian diberi nama Indovac rampung dilaksanakan di empat pusat studi. Yakni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Diponegoro Semarang, FK Universitas Andalas Padang, dan FK Universitas Hasanuddin Makassar dengan total 4.050 subyek relawan secara nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Vaksin Covid-19 BUMN ini menggunakan teknologi Subunit Protein Rekombinan atau protein Receptor Binding Domain (RBD). Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir juga sempat mengatakan vaksin Indovac akan diutamakan untuk pemberian booster dan anak-anak yang belum mendapatkan vaksin dosis pertama.
Lebih lanjut, tim peneliti vaksin Indovac sebelumnya juga melaporkan bahwa pada uji klinis fase I berjalan dengan baik. Uji klinis fase I bertujuan untuk mengevaluasi keamanan dan preliminary imunogenisitas vaksin, yang melibatkan 175 subjek berusia mulai dari 18 tahun dan dimulai sejak 16 Februari 2022.
Selanjutnya, pada uji klinis fase II, bertujuan mengevaluasi dan memilih dosis vaksin terbaik untuk berlanjut ke fase III, dengan dua kandidat formula dan melibatkan 360 subjek relawan berusia 18 tahun ke atas dan dimulai pada 13 April 2022. Dan terakhir, uji klinis fase III melibatkan 4.050 subjek usia 18 tahun ke atas.
Medical Advisor Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 BUMN saat itu juga melaporkan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang paling umum dilaporkan yaitu nyeri lokal di sekitar area suntik dan nyeri otot dengan intensitas ringan, demam pasca penyuntikan yang hilang dalam kurun waktu 1 hingga 2 hari.
Baca Juga: Persiapan Uji Klinis Fase 2 Vaksin Merah Putih, Rektor Unair: Belum Ada Kendala
Adapun dalam proses pengujian,setiap relawan akan mendapatkan dua kali suntikan dengan rentang waktu 28 hari, dan relawan diminta untuk melaporkan apabila mengalami KIPI.
Para relawan juga akan dipantau selama satu tahun ke depan guna memastikan keamanan serta keefektifan vaksin dalam memunculkan kekebalan dalam tubuh.
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi