Optika.id - Isu yang ramai dibicarakan publik belakangan ini ialah perselingkuhan. Banyak kisah viral yang menunjukkan bahwa keromantisan dan kebaikan pasangan tidak menjamin bertahannya kesetiaan.
Psikolog Klinis dari Sociamedic Clinic, Sofia Halifa Fatma menjelaskan jika perselingkuhan dapat terjadi akibat relasi dalam hubungan yang cenderung melemah namun tidak kunjung disadari. Misalnya, semakin kurangnya komunikasi, tidak ada lagi kedekatakan emosional dan fisik, hilangnya rasa hormat, kepedulian, dan sebagainya.
Baca Juga: Begini Cara Memakai Parfum yang Benar Agar Aroma Tak Cepat Hilang
Bisa dikatakan, jika seseorang yang memutuskan selingkuh pada umumnya merasa tidak terpenuhinya kebutuhan emosional dari pasangan. Di sisi lain, munculnya perasaan benci dan cinta terhadap ikatan pernikahan juga dapat memengaruhi seseorang untuk berselingkuh.
Yang mendasari seseorang selingkuh ada banyak, seperti kebutuhan emosional, adanya masalah dalam pernikahan, nilai-nilai yang cenderung permisif, ambivalensi tentang pernikahan, dan adanya kesempatan, ujar Sofia, Selasa (30/8/2022).
Dalam ilmu psikologi, perselingkuhan sangat mungkin berkaitan dengan masalah kesehatan mental.
Sofia menjelaskan jika selingkuh adalah sebuah tindakan negatif yang masuk dalam kategori perilaku maladaptive atau bersifat merugikan diri sendiri serta orang lain. Begitupun sebaliknya, seseorang yang memiliki mental yang sehat, perilaku yang dimunculkan akan cenderung adaptif dan tidak merugikan.
Perlu dipahami, ketika seseorang berselingkuh lebih erat kaitannya dengan karakteristik kepribadian dibandingkan dengan kualitas pernikahan itu sendiri, tambahnya.
Tak hanya itu, kasus perselingkuhan merupakan hal yang kompleks meskipun pada umumnya terjadi pada relasi pernikahan yang bermasalah. Akan tetapi, hal tersebut tidak menutup kemungkinan perselingkuhan juga dilakukan akibat gangguan kepribadian yang dimiliki.
Baca Juga: Aksi Akrobatik Orang Narsis dalam Panggung Politik
Terkait hubungan antara karakteristik kepribadian dengan sifat mudah selingkuh, banyak studi yang menunjukkan hubungan tersebut. Salah satunya ialah kepribadian narsistik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dilansir dari Mindbodygreen.com, disebutkan sifat narsistik ditandai dengan sifat sombong. Mereka percaya bahwa mereka lebih tampan, bugar, pintar, dan berharga daripada pasangan mereka. Hal ini membuat orang-orang dengan kepribadian narsistik merasa berhak untuk berselingkuh.
Sofia menyarankan agar pasangan melakukan konseling pernikahan bersama tenaga profesional, agar saling memahami dan menyadari masalah yang terjadi dalam hubungan pernikahan yang mungkin menjadi penyebab perselingkuhan. Apakah terkait kondisi rumah tangga ataupun gangguan kepribadian.
Hal ini bisa membantu untuk saling belajar agar hal tersebut (perselingkuhan) dapat diminimalisir dan tidak terulang kembali, tutur Sofia.
Baca Juga: Sebelum Menikah, Penting Bahas Keuangan Dulu!
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi