[caption id="attachment_19035" align="alignleft" width="150"] Oleh: Ruby Kay[/caption]
Optika.id - Kita sudah sering membaca kasus-kasus pembunuhan. Ada yang diracun, ditenggelamkan hingga ditembak didepan banyak orang. Motif pelaku juga beragam, dilakukan dengan menyuruh orang lain untuk melakukan eksekusi.
Baca Juga: Persidangan Sambo dan Misteri Pembunuhan 6 Orang Laskar FPI di KM 50
Beberapa kasus pembunuhan itu akhirnya terungkap. Tapi banyak pula kasus kematian yang masih menjadi misteri hingga saat ini. Jasad Marsinah dan Wiji Tukul sampai sekarang tak pernah ditemukan. Aktivis Munir tewas karena diracun dengan arsenik saat sedang berada diatas pesawat Garuda Indonesia. Sesampainya di bandara Schipol, Amsterdam, ia sudah menjadi mayat. Siapa yang menjadi otak pembunuhan aktivis HAM itu? Entahlah, hanya seorang pilot bernama Pollycarpus yang dijadikan kambing hitam.
Tahun 2001, kita dikejutkan dengan pembunuhan hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita. Ia tewas saat sedang dalam perjalanan menuju kekantor. Tak dinyana, mobil Honda HRV yang dikendarainya diikuti oleh dua orang pembunuh bayaran. Saat melintasi jalan Sunter Raya dekat Kemayoran, hakim Syafiuddin dieksekusi didepan banyak orang. Empat peluru tajam menewaskan sang hakim yang sedang mengadili perkara mega korupsi.
Usut punya usut, yang menjadi otak pembunuhan itu adalah Tommy Soeharto. Motifnya sepele, Tommy merasa diperlakukan tidak adil dalam perkara korupsi yang ditangani hakim Syafiuddin Kartasasmita.
Tahun 50 Hijriyah, seorang cucu Rasulullah, anak hasil pernikahan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah yaitu Hasan bin Ali tewas setelah mengkonsumsi makanan yang dibubuhi racun. Hasan tewas karena kisruh politik, perebutan tahta dalam kekhalifahan islam.
Lalu siapa yang tega meracuni cucu kesayangan Rasulullah itu? Bukan orang majusi, bukan yahudi, bukan pula orang nasrani. Melainkan istrinya sendiri yang bernama Ja'dah binti Asy'ats. Ayah Ja'dah adalah Asy'ats bin Qaid Al Kindi, salah satu tokoh ternama dalam masa permulaan Islam. Sedangkan ibunya adalah saudara perempuan Abu Bakar Ash Shiddiq, khalifah pertama pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Jelas sudah kalau Ja'dah binti Asy'ats bukanlah perempuan sembarangan. Secara garis keturunan ia berasal dari keluarga baik-baik. Pamannya adalah orang yang sangat mencintai Rasulullah beserta keluarganya. Lalu kenapa Jas'ad tega meracuni suaminya sendiri yang notabene cucu tercinta baginda Rasulullah?
Baca Juga: Langkah Anies di Antara Politisi Tua
Motifnya apalagi kalau bukan harta. Jas'ad sepertinya tak betah hidup melarat bersama sang suami yang terkenal sederhana. Ia tergoda oleh rayuan manis Yazid bin Muawiyah. Dijanjikan kenikmatan materi dan akan dinikahi, Jas'ad tega meracuni Hasan bin Ali. Kala menyajikan makan malam untuk suaminya, Jas'ad masih berpura-pura menjadi istri solehah. Tanpa curiga sedikitpun, Hasan melahap makanan yang disajikan oleh istrinya. Tak berapa lama kemudian, Hasan merasa perutnya seperti terbakar, ia menghembuskan nafas terakhir dipangkuan saudaranya, Husein bin Ali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apakah setelah peristiwa tragis itu Jas'ad serta merta dinikahi oleh Yazid? Tidak. Muawiyah melarang anaknya menikahi Jas'ad. Alasannya sederhana, ia tak mau Yazid bernasib sama seperti Hasan.
Lalu bagaimana nasib Jas'ad dimasa kekhalifahan Muawiyah? Tak jelas. Sebagian riwayat menyatakan ia kabur ke Irak, adapula ulama yang menyatakan ia dibunuh secara diam-diam oleh orang suruhan Yazid bin Muawiyah.
Intinya, Jas'ad binti Asy'ats akan selalu dicatat dalam sejarah islam sebagai istri yang pandai bersandiwara, bermuka dua, gila harta. Hanya demi kepingan emas dan iming-iming akan dinikahi, Jas'ad tega meracuni suaminya sendiri.
Baca Juga: Aisyah dan Pernikahan Zaman Dahulu
Inilah kisah perselingkuhan pertama kalinya dalam sejarah islam. Istri Hasan bin Ali diam-diam menjalin affair dengan Yazid bin Muawiyah, seorang pria yang notabene bukan muhrimnya. Tak hanya itu, mereka juga berkonspirasi untuk membunuh cucu kesayangan baginda Nabi.
Sejarah islam itu seru sekaligus menegangkan. Didalamnya termaktub kisah tentang kejayaan, keadilan dan juga pengkhianatan. Pelajaran berharga buat ummat islam akhir jaman.
Editor : Pahlevi