Optika.id - Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi jenis solar yang mengalami kenaikan berbarengan dengan harga Pertalite dan Pertamax pada Sabtu (3/9/2022) lalu. Berimbas pada sejumlah nelayan di Pulau Madura, Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Sumenep. Mereka nelangsa sekaligus mengeluh, lantaran pendapatannya semakin berkurang. Diketahui harga solar yang awalnya Rp5.150 per liter naik menjadi Rp6.800 per liter.
Muhammad Bashiruddin, nelayan asal Desa Prenduan, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep mengatakan, naiknya harga BBM sangat berpengaruh terhadap pendapatannya. Apalagi hingga saat ini harga ikan juga masih belum naik
Baca Juga: Tingkat Kepuasan Publik Menurun, PKS Soroti Hal ini ke Jokowi
Sangat berpengaruh kalau kaya gini, biasanya mendapat Rp500 ribu, namun saat harga solar naik nggak sampai segitu, kata Bashir sapaan akrabnya pada Optika.id, Selasa (6/9/2022).
Para nelayan di satu kapal kecil dalam sehari biasanya membutuhkan sekitar 15 liter solar. Ikan aja belum naik, solar naik, pasti mengeluh lah kalau kayak gini, tak andik pesseh cong, ancor pessenah telor (tidak punya uang, habis uang belanjaan), tandas pria berusia 51 tahun ini.
Hal senada dikatakan oleh Ahmad Jubri, nelayan yang juga dari desa Prenduan ini juga mengaku penghasilannya berkurang. Hingga saat ini harga ikan tangkapannya belum menunjukkan kenaikan.
Kebutuhan solar sehari untuk kapal besar miliknya membutuhkan sekitar 100 liter perhari. Dari penghasilan Rp1 juta perhari, kini berkurang menjadi Rp800 ribu perhari.
Pengaruhnya pendapatan berkurang, biasanya dapat Rp1 juta berkurang menjadi Rp800 ribu karena harga solar naik, tuturnya.
Para nelayan juga masih berharap harga solar tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Namun, jika harga ikan sudah mengalami kenaikan pendapatan perhari bisa terbantu.
Kalau harga ikan naik tidak apa-apa, insyaallah bisa terbantu, tapi kalau harga sembako di sini juga pada naik, deremmah lek (gimana dek)?" kesalnya.
Baca Juga: Menilik Pemberian Subsidi 'Pereda Perih', Pasca Kenaikan Harga BBM
Keputusan Salah
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Syarikat Islam, Ferry Juliantono, menyatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saat rakyat sedang susah di tengah situasi ekonomi yang sedang sulit akibat efek pandemi COVID-19 adalah keputusan yang salah.
Ia menyampaikan akibat lain kenaikan harga BBM ini adalah inflasi yang meroket, kenaikan harga barang, daya beli turun, pemutusan hubungan kerja, sementara bantuan langsung tunai sebagai pengalihan subsidi hanya mampu beberapa bulan saja.
"Ujung semua kondisi ini pemerintah sendiri yang akan rugi, tingkat kepercayaan publik rendah, pemerintah dianggap tak cakap mengelola ekonomi sampai memicu potensi ketidak stabilan akibat perlawanan rakyat," katanya, Selasa (6/9/2022).
Menurut Ferry, pendekatan kebijakan keuangan negara yang masih neo liberal yang pro pasar bukan pro rakyat. Ia mengatakan keadaan rakyat saat ini sedang susah karena pandemi sekarang ditekan lagi dengan kenaikan harga BBM. "Dan kenaikan ini menyebabkan inflasi yang tinggi yang menyebabkan sebagian besar rakyat tambah jatuh bangun untuk bertahan hidup," katanya.
Baca Juga: Dosen UI Bocorkan Teori: Kalau Mau Demo, Pastikan Kekuasaan Jatuh
Ferry menambahkan keputusan pemerintah yang salah akan menimbulkan dampak sosial politik yang besar. Gelombang protes rakyat menjadi wajar ketika aspirasi mereka semakin tidak terdengar. "Ada perasaan umum di masyarakat bahwa negara makin tidak adil," tutur Ferry yang juga pernah dipenjara pada tahun 2008 selama setahun karena menentang kenaikan harga BBM.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi