Jangan Salah Persepsi, Self Healing Bukan Sekadar Liburan

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Sabtu, 01 Okt 2022 19:22 WIB

Jangan Salah Persepsi, Self Healing Bukan Sekadar Liburan

i

girl-gbcb19d588_1920

Optika.id - Healing kita, healing pernah dengar seruan tersebut di media sosial? Atau sering menggunakannya sebagai kosakata sehari-hari? Ya, kini pergi berlibur kerap diasosiasikan dengan kebutuhan self healing atau melepaskan kejenuhan dari rutinitas hidup yang pelik ini.

Tak hanya self healing, pergi liburan juga kerap dihubungkan dengan perlunya seseorang memberikan dirinya sendiri hadiah atas kerja kerasnya, alias self reward. Padahal, konteks dalam memberikan hadiah untuk diri sendiri dengan self healing sejatinya tidak sesimpel itu.

Baca Juga: Generasi Z Pilih Referensi Liburan Lewat Media Sosial

Menurut psikolog klinik dan forensik, A. Kasandravati Putranto, masyarakat harus lebih luas dalam memaknai istilah self healing atau penyembuhan diri yang kerap diterjemahkan masyarakat sebagai kegiatan rekreasi dan liburan.

Tidak sedikit dari masyarakat yang beranggapan self healing berarti bepergian ke tempat-tempat mahal atau sekedar jalan-jalan yang menguras keuangan. Padahal, tidak semua orang dapat disembuhkan dengan cara tersebut, kata Humas Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu dalam keterangannya, Sabtu (1/10/2022).

Dia berpendapat bahwa istilah yang tengah populer di kalangan kawula muda saat ini tersebut juga sering disisipi dengan pemenuhan kebutuhan merawat diri. Padahal, cara tersebut bisa menimbulkan risiko stres berkelanjutan dan beban yang bertambah.

Fenomena penggunaan istilah healing yang makin marak ini bisa jadi karena masyarakat lebih sadar tentang isu kesehatan mental. Akan tetapi, sambung dia, di balik hal tersebut juga mengandung risiko bahaya dari diagnosis diri sendiri atau self diagnose.

Masyarakat menjadi mudah terbawa penegakan diagnosa sendiri, dengan menilai diri sendiri mengalami gangguan psikologis. Mulai dari burn out, fatigue, trauma, depresi, dan lain-lain sehingga memerlukan penanganan psikologis khususnya 'healing' yang banyak diterjemahkan dengan kegiatan rekreasi dan liburan, ujar Kasandra.

Padahal, kata Kasandra pada dasarnya self healing adalah proses penyembuhan dari luka batin, trauma, atau mental yang sudah terlalu lelah dan dilakukan secara mandiri.

Secara psikologis, Kasandra mengungkapkan mereka yang memerlukan self healing ialah mereka yang baru mengalami kejadian atau kondisi menantang secara emosional atau mungkin mengalami masalah kesehatan baik fisik maupun mental.

Kendati demikian, self healing ini juga merupakan metode yang dapat dilakukan baik dalam kondisi sehat, bugar, maupun sakit.

Pada dasarnya, semua individu memiliki tantangan yang harus dihadapi yang tingkatannya berbeda-beda. Sebagian mungkin memiliki tantangan emosional, sedangkan yang lain bergelut dengan tantangan fisik, atau bahkan memiliki keduanya.

Untungnya, manusia sebenarnya memiliki banyak kekuatan untuk membuat perubahan positif bagi kesejahteraan diri mereka. Seseorang dapat mengubah cara berpikir dan cara melakukan sesuatu agar tercipta sebuah upaya menyembuhkan diri dan pulih dari kesulitan yang dialami.

Kasandra pun membeberkan beberapa cara self healing yang dapat dilakukan, mengutip dari Tchiki Davis dari Berkeley Well-Being Institute, tahu batasan diri atau memiliki rasa belas kasih terhadap diri sendiri merupakan hal yang penting.

Kemudian, mempunyai waktu tidur cukup, melatih pernapasan, meditasi, mendengarkan musik yang menenangkan atau membuat jurnal harian.

Baca Juga: Bisa Untuk Penyembuhan, Simak Manfaat Baca Buku Nonfiksi

Tak hanya itu, cara lain seperti memakan makanan yang sehat dan menjauhi makanan yang tidak sehat, melatih afirmasi diri, meminum teh herbal serta berolahraga dengan cukup juga bisa dilakukan sebagai penyembuhan diri sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Cari Dulu Masalahnya

Sebelumnya, Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Galang Lufityanto juga mengatakan healing atau pemulihan dari kejenuhan, stres, atau capek psikis tidak selalu diwujudkan dengan liburan ke destinasi wisata.

"Cari dulu masalahnya apa, baru healing. Misalnya karena ada masalah dengan rekan kerja atau atasan maka healing dengan liburan atau staycation, jadi tidak cocok, malah seperti melarikan diri," ucapnya.

Saat ini menurutnya timbul anggapan yang salah kaprah terkait konsep healing yang berkembang di masyarakat. Konsep healing kebanyakan dimaknai dengan liburan atau staycation. Padahal, healing sendiri adalah proses penyembuhan diri secara psikologis.

"Healing itu proses membuat psikologis kita jadi sehat lagi atau proses menyembuhkan, mengobati diri secara psikologis," ucapnya.

Tak ada yang salah dalam memilih liburan untuk dijadikan healing. Namun dengan catatan persoalan yang dihadapi terkait dengan padatnya pekerjaan sehingga tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Untuk kasus yang serupa dengan itu, healing dengan liburan atau staycation menjadi cara yang pas untuk mengurai kelelahan dalam bekerja.

Baca Juga: Waspadai Holiday Stress Ketika Liburan, Begini Cara Mengatasinya

Ia menegaskan, ada berbagai cara untuk healing, namun tidak harus selalu dengan berlibur atau staycation di hotel mahal. Bisa dilakukan secara mandiri dan sederhana di rumah seperti membuat proyek-proyek kecil, mengerjakan hobi, merancang tata rumah, menjahit, memasak, dan lain sebagainya.

Melakukan aktivitas ringan yang bisa menghasilkan sesuatu dengan cepat menurutnya memincu perasaan yang lebih bahagia karena mampu mencapai tujuan.

Selain itu, dapat pula dengan mindfulness, yakni teknik melatih fokus untuk memahami diri sendiri dengan apa yang dirasakan dan dialami.

"Mindfulness ini adalah salah satu teknik healing yang cukup efektif. Contohnya bisa dengan relaksasi seperti meditasi maupun mengatur pernapasan," jelasnya.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU